Bagian : 6

74 25 57
                                    

1200 kata

spesial buat readers-ku tersayang, ea

*

Koridor jurusan MIA di lantai 4 memiliki sebuah tontonan menarik di setiap jam istirahat pertamanya. Di mana para anggota Tari Saman yang tengah melakukan latihan pada saat itu. Mereka seakan tidak peduli dengan suara yang dihasilkannya, saat mereka ikut menyanyikan lagu pengiring dari tarian itu.

Tapi untungnya, suara itu terlalu enak didengar sehingga tidak menghasilkan protesan apapun dari mereka yang sekarang sedang menontonnya. Satu dari sekian banyaknya adalah Rena, gadis itu benar-benar merasa adem ketika melihat kekompakkan tiap anggotanya.

Semoga aja basket bisa sekompak itu, batinnya sambil menyunggingkan senyum.

"Ooh, jadi ini yang bikin lo lebih betah di lantai 4, ya? Jangan-jangan, malah ada niat buat gabung sama saman," celetukan seseorang langsung membuat gadis itu menoleh.

Entah sudah berapa lama orang itu berdiri di sebelahnya karena ia tidak menyadarinya sama sekali. "Kok lo ngomong gitu, Gin? Gue nonton karena temen gue ada di sana. Nggak salah, 'kan?" tanya Rena, yang tidak tau kenapa jadi seperti emosi, padahal mungkin Gina hanya bertanya saja.

Gina juga tampak mengubah raut wajahnya. Ia sepertinya menyadari kalau temannya itu salah mengartikan candaannya. "S-sorry, lo nanggepinnya serius banget, Ren," ucapnya.

Rena memandang gadis itu sekilas, kemudian kembali melihat ke arah anggota saman yang sepertinya sudah menyelesaikan latihannya. Ia tidak merespons ucapan Gina yang masih berdiri di sebelahnya.

"Lo lagi banyak pikiran, Ren? Cerita aja sama gue," kata Gina. Dirinya seperti bisa melihat sesuatu yang tengah membebani gadis itu.

"Nggak ada, Gin. Gue gapapa," balas Rena, tanpa menoleh ke arahnya.

"Lo ada masalah sama gue?" pertanyaan itu hanya membuat Rena melihatnya dengan raut wajah bingung. "Nggak," ucapnya.

"Hoi Ren, nggak masuk, lo?" perkataan Ranti membuat gadis itu mengangguk kecil, lalu berjalan bersama masuk ke dalam kelas tanpa mengakatan hal lain kepada Gina.

xxx

Ruangan XII IIS 4 tampak tidak begitu penuh. Lindra sedang menuliskan sesuatu di papan tulis, di sebelahnya ada Edo yang sudah siap untuk menjelaskan. "Sebelumnya maaf, ya, buat yang nggak kepilih ikut cup—soalnya kita masih ada pengeluaran buat sewa kostum karena kostum yang sekolahnya belom bisa jadi tepat waktu," kata Edo.

"Gapapa, kali kak. Kita 'kan juga ngerti," balas Galuh.

"Dan maaf juga buat yang ceweknya. Kita belom bisa ikutan cup kali ini," Mita menimpali, "Soalnya tim cowok lebih besar peluangnya. Dan jujur, kita kayaknya belom terlalu siap."

"Kak, yang patungan kita semua atau yang ikut main aja?" ceplos Nina.

"Hmm, bingung juga, gue," kata Edo, "Menurut lo gimana, Jod?"

"Nggak enak juga sama yang nggak main. Tapi kalau misalkan menang, 'kan dapet ke kita semua," balasnya.

"Bener juga, tuh," kata Jaki.

"Yee, lo emang nggak mau rugi," sambar Nina.

"Kalau misalkan yang nggak ikut main sedikit keberatan. Mungkin dibedain aja, kak. Kayak lebih sedikit gitu, atau seikhlasnya," Rena memberi usul.

"Setuju sama Ka Rena," sambar Dean.

Lindra menyilangkan kedua tangannya sembari melihat ke arah para anggota basket. "Dan karena itu juga, kita nggak bisa daftarin banyak anggota, biar pengeluarannya nggak terlalu gede," kata gadis itu.

Secret Admirer SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang