Entah siapa yang harus disalahkan karena sampai saat ini kedua mata gadis itu sama sekali tidak mau tertutup. Saat ia sudah memejamkannya, beberapa detik setelahnya justru kembali terbuka. Rena seakan memang tidak ditakdirkan untuk tidur malam ini.
"Mungkin gue emang ditakdirin buat jadi alarm bangun mereka. Gue nggak mau ngambil risiko kalau mereka bakalan telat bangun," kata gadis itu, "Jadwal pertandingan mereka, 'kan pagi."
Saat gadis itu menoleh untuk melihat jam dinding di kamarnya, ia bisa melihat kalau sekarang baru pukul 3 pagi. Pada akhirnya Rena terbangun dari posisi tidurnya, melangkah menuju ke kamar mandi.
"Daripada gue diem doang, mending gue solat Tahajud. Berdoa buat pertandingan mereka besok," ucapnya.
Gadis itu memutuskan untuk menunggu waktu Subuh yang sebenarnya juga masih lama. Ia hanya berusaha untuk mengalihkan pikirannya, sehingga bisa memikirkan hal yang baik-baik saja.
"Euhm... apa gue bangunin aja, ya? Sekalian bilang kalau udah masuk Subuh," kata Rena yang baru saja menyelesaikan salatnya.
Ia masih sedikit ragu untuk mengirimkan pesan yang sudah ditulisnya itu. Ada sedikit perasaan tidak enak bila harus mengganggu waktu istirahat mereka. "Tapi..."
Ini 'kan demi kebaikan mereka juga, kata Rena dalam hati.
Rena : Selamat pagi temen-temen. Bangun, yuk! Udah masuk Subuh, lhooo
Rena : Jangan lupa berdoa, yaaa, biar nanti pertandingannya dilancarin :)
Gadis itu mengerutkan keningnya, beralih mengembuskan napas panjang ketika tidak kunjung mendapat respon dari para anggota basket. Sesekali ia menguap karena mulai merasa mengantuk, tapi tentunya saja langsung kembali tersadar.
"Mereka bener-bener masih tidur... aku harus gimana?" tanyaku kepada diri sendiri.
Setelah beberapa menit berpikir, ia kembali teringat dengan masalah kostum yang disewa oleh ekskul basket untuk pertandingan pada hari ini. Seingatnya, ia belum membaca informasi mengenai kostum itu, apakah sudah diambil atau belum.
Rena : Oh iya... kalau kostumnya udah pas, kak? @Edo
Rena : Udah diambil?
Gadis itu terus memandangi layar ponselnya, hingga akhirnya ia melihat kalau pesan yang dikirimnya barusan sudah dibaca. Awalnya ia ingin tersenyum saat melihat salah satu senior-nya baru saja memberikan balasan, namun Rena malah mengubah raut wajahnya menjadi bingung.
Edo : Oh iya, Sis. Gimana kostumnya? Udah sama lo, 'kan? @Sisca
Sisca : ASTAGA! GUE LUPA NGABARIN ELO, KAK
Edo : Hah? Kenapa lo ngegas gitu?
Hans : Ada apaan, sih Sis? Pagi-pagi udah heboh aja
Sisca : Kak, gue minta maaf banget. Gue lupa ngambil, soalnya gue sekeluarga tuh pergi, kak. Dadakan banget ada urusan di luar kota
Nugi : Yahh, elo Sis. Terus gimana nasibnya kostum, tuh?
Edo : Kok lo bisa seceroboh ini, sih Sis? Kita hari ini ada tanding
Sisca : Kak... gue bener-bener minta maaf
Rena : Lo ada kontak tukang sewaannya, 'kan Sis? @Sisca
Rena : Lo bilangin kalau ada mau yang ngambil kostum itu
Sisca : Siapa yang mau ngambil, Ren?
Rena : Biar gue aja. Tempat sewaannya deket rumah lo, 'kan? Ga jauh dari rumah gue berarti
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer Series
Roman pour Adolescents[DIMOHON UNTUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] . Kalian pernah menyukai seseorang dalam diam? Atau bahkan sampai melabeli diri kalian sebagai Secret Admirer-nya? Mungkin kalau kalian pernah melakukannya, akan memahami bagaimana sulitnya untuk memendam...