Sasuke menunggu di depan ruang UGD. Menunggu kabar dari dokter yang sedang memeriksa keadaan Sakura. Kepalanya menunduk dengan rasa penyesalan yang terus-menerus membuat rasa khawatirnya membesar.
Klek!
Pintu ruang UGD terbuka. Dokter dengan raut wajah yang bisa di tebak keluar dari sana.
"Gimana temen saya?" Tanya Sasuke.
"Maaf tapi, dia butuh sekali donor darah sekarang. Dia kekurangan banyak darah dan sekarang kondisinya kritis. Kalau tidak segera ditangani selama 48 jam, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi", jawab dokter.
Sasuke duduk sambil memegang kepalanya. Menjambak rambut indahnya. Khawatir, marah, bingung, bercampur menjadi satu di hatinya.
"Dok, bisa tes golongan darah saya. Siapa tau darah saya cocok sama teman saya", kata Sasuke sambil memandang dokter itu.
Dokter itu yang tak lain, dokter Tsunade mempersilakan Sasuke.
.....
Beberapa jam berlalu dan itu membuahkan hasil. Golongan darah Sasuke O, yang artinya bisa digunakan untuk golongan darah manapun. Kini, senyum sedikit mengembang di wajah Sasuke. Sedikit rasa lega muncul di hatinya. Dan saking paniknya sebelum itu, dia sampai lupa memberikan kabar pada ibu Iashi di rumah.
Dokter Tsunade menyiapkan kantong berisi darah untuk Sakura nantinya. Sasuke keluar dari ruangan pemeriksaan setelah dia mendapat izin.
"Sakura! Dasar nyusahin mulu!" Ketus batin Sasuke. Tapi dia segera sadar bahwa yang selalu menyusahkan adalah dirinya.
Selama berjam-jam Sasuke hanya terdiam merenungkan hal-hal yang mungkin akan terjadi. Berbagai hal negatif juga turut muncul di pikirannya. Dan pikiran itu malah semakin melekat ketika Sasuke berusaha melupakannya.
Ketika Dokter Tsunade masuk dengan membawa kantong darah, Sasuke membuyarkan lamunannya. Dia sebenarnya ingin ikut masuk, tapi suster menghalanginya. Dia hanya bisa kembali duduk.
Tak lama kemudian dokter dan para susternya keluar dari ruangan. Tanpa menunggu lagi, Sasuke memasuki ruangan dimana Sakura terbaring. Memandang Sakura dengan perasaan iba. Mengelus kepala Sakura dengan lembut, dan tanpa sadar dia mengecup lama jidat lebar Sakura.
"Ehhh... bentar! Dia kan bukan siapa-siapa lu Sasuke! Dasar jomblo baru!" Batin Sasuke seraya menepuk jidatnya.
Sasuke pov
Kabarin siapa? Ibu Iashi? Gak! Dia pasti kasih tau mama sama papa. Orang tua Sakura? Gak juga! Mereka pasti nganggap aku pelakunya. Tanggung sendiri? Berat?
Tapi, selagi mama ninggalin rekeningnya aku bisa selesaiin sendiri. Dan semoga gak ada yang tau.****
"Maaf", kata Sasuke lalu duduk di samping tempat tidur Sakura. Saking lelahnya dia tak sadar sampai tidur dengan kepala di tepi tempat tidur.
Sekitar pukul 12.00 p.m. Sakura siumam. Dan yang pertama dia lihat adalah wajah Sasuke di samping tubuhnya. Sedikit senyuman tersungging di bibirnya.
"Sasuke...", panggil Sakura lirih.
Sasuke masih tertidur, suara Sakura terlalu kecil untuk bisa sampai ke telinga Sasuke. Tangannya mulai meraih jari-jemari Sasuke untuk membangunkannya.
Begitu merasa ada yang menyentuhnya, Sasuke terbangun. Dia melihat senyum merekah di wajah Sakura."Kamu gak papa kan?" Tanya Sakura.
"Harusnya aku yang nanya! Kenapa kamu lakuin semua ini?!" Tanya Sasuke.
"Ini udah tugasku buat rawat dan jaga kamu kan? Ini juga demi adikku di kampung. Dia... sakit dan butuh banyak biaya", jawab Sakura dengan suara yang agak lirih.
Sasuke sempat terdiam mendengar kata-kata Sakura. Selama ini dia merasa tidak pernah berjuang untuk orang lain. Sebaliknya, orang lain yang berjuang untuknya.
"Kenapa?" Sakura heran dengan raut wajah Sasuke.
"Apa aku bodoh?" Tanya Sasuke.
"Iya! Nyebelin juga!" Ketus Sakura lirih.
Seketika tawa mereka terdengar. Tapi, itu cuma sesaat. Mereka kembali ke mode kucing ft. tikus.
Sedangkan diluar ruangan itu seseorang merasa cemburu dengan kedekatan mereka yang hanya sebatas teman. Dia merasa Sasuke telah menjauhkannya dari Sakura. *kepo!
--- さすけ
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boy ✔️
Teen FictionSasuke menjadi anak emas keluarga Uchiha sejak kematian kakaknya, Itachi. Dia di perlakukan layaknya bayi. Sasuke sempat risih dengan perlakuan kedua orang tuanya itu. Bahkan saking sibuknya, orang tuanya sampai mempekerjakan seorang baby sister unt...