いち

8.9K 365 30
                                    

Elusan lembut membelai rambut Sasuke, yang membuatnya terbangun. Tadinya sebelum kakaknya meninggal Sasuke gak pernah di perlakuan seperti layaknya anak-anak. Bahkan lebih dari anak-anak, kadang dia diperlukan seperti baby.

"Sasuke, minggu depan mama sama papa ada pekerjaan di luar negeri selama sebulan. Jadi, harus ada orang yang rawat kamu", kata mamanya sambil menyuapinya.

"Bwibwi kwan adwa", balas Sasuke dengan mulut penuh.

"Gak bukan bibi. Mama mau kami dirawat sama seseorang yang cuma khusus buat rawat kamu. Kalau bibi yang rawat kamu kasian dia, dia juga harus rawat rumah kan?" Kata mamanya sambil memberikan suapan keduan.

"Jadi, kapan dia dateng?" Sasuke kali ini membiarkan makanannya tertelan dulu.

"Dua hari lagi. Dia hampir sebaya sama kamu. Cuma beda satu tahun umurnya sama kamu", jawab mamanya.

Sasuke gak memikirkan hal seperti apa si babi suster. Tapi, dia memikirkan berbagai prank untuk perawatnya nanti.

"Tapi... kayaknya gak usah deh...", Sasuke mengelak.

"Kenapa? Mama khawatir loh sama kamu".

"Aku udah dewasa sekarang ma.... Dan mama tau sendiri sekarang aku udah masuk kuliahku di S1, kan?" Tanya Sasuke.

"Iya mama tau... Tapi, mama tetep mau kamu di rawat sama baby suster!" Tegas mamanya sekali lagi.

'MA......!!! AKU BUKAN BABY LAGI!!!' Sasuke berteriak di dalam hatinya.

Apa boleh buat, sekarang Sasuke hanya tinggal menunggu dua hari lagi sampai perawatnya datang. Dan menunggu beberapa hari ke depan sampai orang tuanya berangkat. Dan saat itulah dia bebas untuk menjahili perawatnya. Mungkin dia gak betah dan memilih keluar dari pekerjaanya. Begitu pikir Sasuke.

****

Dua hari kemudian sebuah mobil travel berhenti didepan rumah megah keluarga Uchiha. Satpam yang berjaga di depan langsung membukakan gerbang begitu seorang cewek berambut pink keluar dari mobil. Sasuke melihat cewek itu dengan tatapan nakal. Dengan perasaan tak sabar untuk mengerjainya.

"Ayo masuk. Nanti saya jelaskan tentang anak saya di dalam", kata Nyonya Uchiha.

Sakura, nama cewek itu. Dia mengekor di belakang nyonya barunya.

"Iashi! Tolong tunjukan kamarnya dulu",  nyonya Uchiha memanggil pembantunya.

Pembantu rumah itu langsung mengerjakan apa yang di perintahkan nyonya Uchiha.

"Sehabis itu kamu kesini lagi, ya", kata nyonya Uchiha pada Sakura.

Sakura mengiyakan seraya sedikit menunduk. Lalu melanjutkan langkahnya mengikuti ibu Iashi.

Sampai di kamarnya yang menurut Sakura itu besar, dia langsung meletakkan kopernya di samping tempat tidur. Dan menemui nyonya Uchiha di ruang tamu.

Baru setengah berjalan dia berpapasan dengan Sasuke yang memasang wajah tak bersahabat. Sakura hanya memandang sekilas, lalu melanjutkan langkahnya. Kali ini Sasuke melihat punggung cewek itu dengan tatapan bak psikopat.

Di ruang tamu, nyonya Uchiha banyak bicara tentang anaknya.

"Sasuke itu gak bisa bangun pagi kalau gak di bangunin. Jadi, saya harap kamu bisa bangun lebih pagi"~ Nyonya Uchiha.

Sakura mengangguk sambil terus memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut majikannya.

"Dia gak suka ramen, dan alergi sama seafood"~ Nyonya Uchiha.
"Tapi, kamu harus sedikit sabar sama Sasuke. Dia agak pemalas, dan manja. Saya harap kamu bisa bekerja dengan baik buat anak saya" lanjut nyonya Uchiha.

"Iya bu, saya juga berharap demikian", balas Sakura sambil menyiratkan senyum manisnya.

Sasuke mendengar percakapan mereka dari balik pintu.

"Coba aja kalo bisa. Paling cuma seminggu dia gak akan tahan lagi. Liat aja nanti!" Batin Sasuke dengan senyuman nakalnya.

Dari hari itu Sasuke tinggal menghitung hari sampai orang tuanya pergi ke luar negeri. Kesabarannya sudah mulai habis, saat di hari terakhir orang tuanya di rumah. Rasanya tangannya sudah gatal dengan ide-ide jahil yang muncul di kepalanya. Dan hari penantian Sasuke pun tiba, hari itu juga Sakura harus ekstra sabar.

"Heh, kamu! Ambilin gue air!" Perintah Sasuke pada Sakura yang sedang membereskan beberapa barang di kamar Sasuke.

Sakura cuma bisa nurut dan langsung ambil air buat majikannya yang paling buat dia merasa berada di masa penjajahan. Serasa jadi babu. Padahal emamg babu.

Sekembalinya Sakura dari dapur, Sasuke meminta Sakura membereskan meja belajarnya yang berantakan.

"Ini anak pernah kerjain semuanya sendiri gak sih?! Males amat jadi orang!" Umpat Sakura dalam hati.

"Berapa umur lu?" Tanya Sasuke tiba-tiba.

"19", jawab Sakura.

"Kok muka kamu kayak udah kepala tiga sih? Tua!" Balas Sasuke.

"Terserah lu!" Ketus batin Sakura.

"Kenapa gak lanjut kuliah?" Tanya Sasuke lagi.

"Gak ada biaya", jawab Sakura sambil terus bekerja.

Kata-kata jahil Sasuke terhenti di tenggorokan. Dia benar-benar bingung mau berkata apa lagi.

"Kamu anak ke berapa?" Sasuke terus bertanya.

Kali ini Sakura tau maksud dari semua pertanyaan Sasuke. Dia hanya ingin menjebak Sakura. Sakura melihat Sasuke sambil memperlihatkan tangannya yang menyuncup lalu di bukannya dengan cepat.

"Kepo", katanya begitu kuncupan tangannya membuka.

Sasuke memandangnya sinis. Lalu kembali ke layar ponselnya. Sakura sempat melihat di layar ponsel Sasuke sebuah emot love  besar yang berdenyut. Dan dikirim pada seseorang yang kalau Sakura gak salah liat namanya 'Karine😙' .  Satu umpatan keluar dari mulut Sakura.

"Alay!"







~~~さす💝


Baby Boy ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang