"H-ha itu... gue lagi ngaca, iya ngaca. Gue kan baru bangun tidur, Zha." Elak Tara, menutupi gugup dan gemuruh di dada.
Alzha menatap gue spontan. Menepuk-nepuk pipi kanan gue.
"Masih sempet-sempetnya tidur, ni anak."
"Heheh, kebablasan Zha." Ucap Tara seraya mencubit pelan pipi Alzha.
---
Oktober berjalan luar biasa dengan menampakkan magisnya. Patah hati, tak terlalu dirasakan Tara dengan Dodo di setiap harinya. Entahlah, Tara sudah seperti terbiasa dengan kehadiran dan tawa Dodo di dunianya.
Tanpa Tara sadari, dada yang bergemuruh seirama dengan pikirannya tentang laki-laki itu. Saat Dodo tertawa, saat Dodo memangku gitar, saat Dodo tertidur di meja, saatㅡ.
Semuanya terasa menyenangkan bagi Tara. Setidaknya untuk saat ini. Dunianya membutuhkan tawa. Dunianya membutuhkan hiburan. Dunianya membutuhkan Revaldo.
Tok tok tok
"Siapa? Masuk aja, gak dikunci, kok." Teriak Tara yang sedang marathon drama di tempat tidur queen size-nya.
Pintu kamarnya dibuka. Menampilkan wajah bangun tidur adik laki-lakinya, Wafhi.
"Ada bunyi bell dari pintu depan. Gue liat dari jendela, style-nya kaya' elo. Temen lo, kak." Ucapnya malas.
Wafhi adik laki-lakinya yang masih duduk dibangku kelas 9 SMP. Dengan postur yang tingginya melebihi Tara, tak jarang adiknya itu dianggap sebagai kakak Tara.
"Kenapa enggak lo bukain pintu terus suruh ke kamar gue?"
"Gak liat gue lagi gimana? Gila aja." Protes Wafhi.
Wafhi yang sedang dalam keadaan naked atasan dan hanya memakai bokser dongker.
Malu kali ya?
"Udah ah, gue ke kamar dulu. Ayah sama Bunda lagi kondangan. Kalo perlu apapun, whatsapp gue aja." Ucapnya membalikkan badan dan menjauh dari kamar Tara.
Adiknya itu, memang paling the best.
Berasa gak jomblo-jomblo banget deh gue.
Segera Tara menuruni tangga dan membuka pintu rumahnya.
"Tara, gue udah lumutan disini." Ucap orang itu cemberut.
"Heheh, maap Zha. Lagi nge-drama gue, gak kedengaran bunyi bell-nya." Ucapku pada Alzha sambil memeluk dia.
"Udah sini-sini masuk. Ambil yoghurt mangga kesukaan lo di kulkas gue." Hibur Tara.
Dengan sigap, Alzha menyeret tangan Tara mendekat ke kulkas di dapur rumah Tara.
"Wuih, gesit ya lo, Zha." Tawa Tara.
---
"Tar, gue copy-in yang drama ini ya." Ucap Alzha senang.
"Iya."
"Eh tapi, gue gak bawa flashdisk. Gue pinjem punya lo dulu, ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Double Do
Teen FictionTuhan selalu punya cara tersendiri dalam menuliskan skenario hidup kita. Baik buruknya menurut pandangan kita, Tuhan lebih tahu itu. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita. Entah apapun itu, aku selalu merasa bahagia atas takdirku dari Tuhan. Aku merasa...