"Emang apa? Hah? Lo tuh suka nambah-nambahin cerita tau gak? Entar lo cerita macem-macem ke ayah bunda dan itu alasan gue kenapa ngancem lo!" Ucap Tara marah dan mendekati pintu kamar. Menutupnya dengan kasar.
Itulah ketidaksukaan Tara terhadap adiknya. Wafhi selalu bisa menguras emosi Tara. Entah Tara yang memang tempramental atau memang adiknya itu memiliki bakat membuat orang naik darah.
Tak jarang, sang bunda menengahi keduanya ketika sedang berdebat sengit. Seakan memahami, kedua anaknya ini memang keras kepala, seperti sang ayah.
"Mending gue tidur, daripada mikirin tu anak dugong. Gedeg juga lama-lama!" Ucap Tara, merebahkan tubuhnya di tempat tidur queen size-nya.
Hari ini begitu melelahkan. Lelah karena mengendalikan gemuruh di dada saat di dekat Dodo, dan lelah karena emosinya terkuras.
Tara butuh istirahat. Matanya terpejam pelan. Lamat-lamat suara mulai tersamarkan. Dunianya telah dibawa sang peri mimpi.
---
"Pagi, Ra. Ayo sini sarapan dulu." Sambut bunda saat Tara mendekati meja makan.
Tara mengambil posisi disamping kiri ayah, di depan Wafhi. Suasana meja makan tampak tenang pagi ini dan membuat heran ayah dan bunda Tara.
"Tumben gak ada drama di pagi hari, Bun." Sindir sang ayah.
"Gak tau deh, Yah. Biasanya ada aja diributin, mulai dari susu lah, selai lah, piring lah." Ucap bunda.
Tara memakan roti selai blueberry-nya dengan perasaan campur aduk.
Bete' banget, gue.
"Tara udahan." Ucapnya mengakhiri sarapan dan mulai meneguk susu putih-nya.
"Mau berangkat sekarang, Ra? Adikmu belum selesai sarapannya, tapi." Tanya sang bunda.
Wafhi memang berangkat sekolah bersama dengan Tara. Keduanya mengendarai motor scoopy abu, kepunyaan Tara yang merupakan hadiah 15 tahun ulang tahunnya dari ayah.
"Wafhi bareng ayah aja. Masih mau sarapan." Ucap Wafhi.
Tara yang mendengar itu lantas mengambil kunci motor di atas meja tengah. Kemudian, ia meraba saku rok abu-nya,
Lho? Hp gue, mana? Masih di kamar kali, ya?
Tara bergegas melangkah cepat di tangga menuju kamarnya dan mencari keberadaan hp-nya.
---
"Na, ngantin yuk. Lo masih lama?" Ajak Tara pada teman sebangku barunya itu, Raina.
"Gak terlalu lama juga. Kalo mau ngantin duluan, bareng yang lain aja, gak pa-pa. Eh, pinjem lem kertas dong, Tar."
"Di tas gue, coba lo cari aja. Gue ke bangku-nya Alzha dulu deh, ya. Mau ngajak ngantin bareng." Ucap Tara menjauh dari tempat duduknya setelah mendapat anggukan dari Raina.
Setelah mengajak Alzha, keduanya bergegas pergi ke kantin. Saat di depan kelas, Raina meneriaki Tara,
"Tarrr, kenapa masih ke kantin kalo lo bawa bekal?"
Bekal? Perasaan, gue gak minta bunda buat bikinin bekal.
"Lo duluan aja jalannya. Entar gue nyusul, Zha." Ucap Tara pada Alzha sambil menepuk pundak kirinya dan mendekati Raina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Double Do
Ficção AdolescenteTuhan selalu punya cara tersendiri dalam menuliskan skenario hidup kita. Baik buruknya menurut pandangan kita, Tuhan lebih tahu itu. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita. Entah apapun itu, aku selalu merasa bahagia atas takdirku dari Tuhan. Aku merasa...