11;

7 0 0
                                    

Tahan napas bentar, gak bikin gue mati kan?

Cowok itu, Dodo, tersenyum cerah ke arah-nya. Senyum yang sama dengan yang Tara lihat di foto itu.

Enggak-enggak. Lebih cerah yang gue liat dong!

Disana Dodo terlihat sedang berbicara dengan Malik, lalu tiba-tiba cowok itu tersenyum ke arah-nya.

Entah itu benar senyum itu untuk Tara atau tidak, yang jelas senyum cerah nan manis itu ditujukan ke arah Tara.

Tidak ingin dilihat sedang salah tingkah, Tara segera membalikkan badan dan menutup semburat merah di wajah-nya dengan telapak tangan.

"Buset dah. Lo kenapa nutup muka gitu?" Tanya Raina.

"Eng-gak kenapa-napa." Jawab Tara diikuti hempasan tangan dari wajah-nya.

Kenapa lo suka yes-no yes-no gini sih, Do? Gue kan bingung jadinya, mau nerusin atau berhenti.

Sepertinya, Tara harus mulai mengambil keputusan tegas atas hati-nya. Apakah akan mengizinkan hatinya untuk berterus-terang, bahwa ia benar-benar menyukai cowok itu.

Ataukah membiarkan perasaannya mati, agar tidak merasakan sakit yang berarti.

---

Sepulang sekolah, Tara berencana untuk ke rumah Alzha dan disetujui oleh gadis itu. Mereka berdua berboncengan menuju rumah Alzha.

Setelah sampai di rumah Alzha dan gadis itu mempersilahkan masuk ke kamar-nya, Tara meyakinkan hatinya untuk bercerita kepada Alzha.

"Zha, sebenernya gue pengen curhat." Ucap Tara sambil duduk di karpet kamar Alzha.

"Curhat? Mau curhat apa? Tentang yang si itu?" Jawab Alzha, memahami isi hati Tara.

"Iya. Gue tuh sebenernya bingung mau ngambil keputusan, mau tetep suka sama Dodo tapi dalam diam atau biarin hati gue mati, biar gue gak rasain sakit hati lagi. Lo tau kan yang kemaren-kemaren itu bikin
gue sakit hati banget." Jelas Tara sambil menundukkan wajah.

Terlalu perih untuk bercerita yang akan
membuka luka belum kering sepenuhnya.

Alzha mengangkat wajah sahabat-nya itu. Menatap Tara dan berkata,

"Hei, gue tau gimana rasanya, kok. Walaupun gue belum pernah ngalamin, tapi sebagai temen yang lo percaya dengan nyeritain hal ini ke gue, gue tau rasanya. Ini adalah langkah lo, keputusan yang lo ambil. Gue gak bisa maksa lo buat harus gini gini gini. Gue cuma bisa ngomong, apapun yang nanti lo ambil, gue harap itu bakal buat lo bahagia."

Tara berkaca-kaca dibuatnya. Segera Tara memeluk teman yang paling ia percaya sampai saat ini.

"Mungkin lo harus bisa tenangin diri lo dulu, Tar. Supaya lo bisa nentuin langkah yang bakal lo ambil. Gue percaya apapun nanti keputusan lo, pasti lo udah mikirin ini mateng-mateng dan gue yakin, itu keputusan terbaik buat lo." Tambah Alzha sambil menepuk-nepuk pelan punggung Tara.

Tara melepaskan pelukan mereka dan menghapus air mati di pipi-nya.

"Thanks banget Zha. Gue bahagia bisa punya temen yang mampu ngertiin gue. Thanks Zha, karena udah ngertiin gue." Ucap Tara, seraya menggenggam erat tangan Alzha.

"Iya, sama-sama. Gue ambilin minum dulu, deh. Tunggu ya." Ucap Alzha, menjauh dari kamar.

---

Tara sampai di rumah-nya sebelum jam 6 sore. Membuka pintu kamar, dan berlari menuju tempat tidur-nya dan merebahkan diri.

Gue harus segerin diri gue dulu. Mandi dulu, deh.

Ia pun berangkat dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh dan pikiran-nya dibawah guyuran shower.

Tak lama, ia sudah siap dengan pakaian rumahan dan duduk bersila di karpet kamar-nya sambil memeluk teddy bear pink kepunyaan-nya.

Tara teralihkan kepada pikiran-nya tentang takdir yang gadis itu punya. Mulai dari perceraian ayah dan ibunya. Benar bahwa bunda-nya sekarang ialah istri baru ayah-nya.

Tentu saja, setelah perceraian ayah dan ibu-nya, Tara memilih ikut sang ayah. Gadis itu mengambil keputusan untuk ikut sang ayah, bukan-nya tidak sayang kepada ibu. Bukan.

Hanya saja, selama bersama sang ibu, ia selalu merasa gagal menjadi anak. Selalu membuat ibu marah dan berakhir memaki dirinya.

Tidak apa jika itu hanya sekali-dua kali. Namun, hampir setiap hari ibu
selalu memperlakukan-nya begitu.

Bukan-nya Tara terlalu mengambil hati, hanya saja batin-nya berdenyut perih setiap kali diperlakukan seperti itu. Ibunya hanya mau Tara selalu menjadi yang terbaik, selalu bisa dibanggakan kepada teman-teman arisan-nya.

Namun, ibu tidak pernah sadar bahwa ia tidak memperlakukan Tara dengan baik.

Ah, gimana kabar ibu sekarang? Gimana kabar Efira sekarang? Gue kangen.

Tara mengusap air mata yang menjalar di pipi-nya. Kembali berpikir bahwa keputusan-nya untuk ikut dengan ayah, benar.

Ia merasa hidup lebih baik dari sebelum-nya. Tidak merasa tekanan batin lagi. Bunda Desi sangat menyayangi-nya. Ditambah, bunda membawa anak semata wayang-nya untuk ikut tinggal bersama mereka, Wafhi.

Pikiran-nya teralihkan oleh sebuah notifikasi grup dari ponsel-nya. Nama Dodo tertera disana.

Ah iya, cowok itu kembali mampu mengingatkan Tara bahwa ia harus mengambil langkah tegas. Gadis itu
mengingat kembali perkataan Wafhi dan Alzha, juga kejadian beberapa bulan terakhir mengenai Dodo.

Bagaimana cowok itu berhasil melelahkan perasaan-nya. Jujur, jika diberi pilihan, maka Tara tidak akan mau dipertemukan dengan Dodo.

Tidak mau berurusan, apalagi urusan hati dan perasaan dengan cowok itu. Jika sudah seperti ini, Tara bisa apa selain menyadari bahwa, takdir-nya telah ditulis oleh Tuhan dan Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk-nya.

Jangan salahkan Tara bahwa dirinya terlalu sulit untuk mengambil langkah. Tara terlalu takut untuk kembali mengambil keputusan, apalagi ini mengenai perasaan-nya.

Ia tak rela jika mengharuskan batin-nya untuk kembali tertekan. Cukup yang kemarin, tidak hari ini.

Sepertinya, Tara harus mulai belajar dari pengalaman kemarin. Bagaimana ia dengan tegas mengatakan bahwa ia memilih ayah.

Bagaimana ia tak cukup kuat untuk menatap wajah sang ibu. Terekam jelas diingatan-nya, isakan kecil sang ibu. Seolah tak percaya, anak sulung-nya ingin menjauh dari hidup-nya.

Tara menyandarkan tubuh-nya di samping tempat tidur. Berusaha menyalurkan penat yang ada. Tak ulung, kembali menegaskan diri atas langkah yang gadis itu ambil tentang perasaan-nya.

Gue harus yakin tentang ini.

***

Hemm, kira-kira apa langkah yang di ambil Tara, ya? Tetep stay di Double Do!

Salam hangat,
Pacar Jungkook bities



Double DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang