Gue harus yakin tentang ini. Seharusnya emang kudu coba dulu. Ya masa, gue harus biarin perasaan gue ke Dodo mati, sedangkan gue bahkan belom nginjek garis start.
Tara menegakkan tubuh-nya.
"Gue harus start, mulai dari sekarang." Ucap Tara bersemangat.
---
Sabtu produktif Tara terganggu karena ulah Wafhi. Adik-nya itu menyeret Tara untuk menemaninya jogging di taman komplek.
Akibatnya, disinilah gadis itu sekarang. Menatap pantulan tubuhnya di cermin kamar.
Dengan celana training abu dan sweater navy, serta rambut di kucir kuda, ia pun turun ke bawah untuk menghampiri Wafhi.
"Nah, gini dong. Kan bagus anak gadis pagi-pagi jogging daripada ngebo mulu." Sapa Wafhi riang setelah menatap penampilan kakak-nya.
"Sumpah ya, Fhi. Gue masih ngantuk banget, kalo enggak gara-gara hotspot dari lo, gue gak akan mau jogging." Jawab Tara, sarkas.
Tara tentu tidak mau, hotspot dari Wafhi yang gadis itu gunakan untuk men-download drama korea, diancam tak akan Wafhi berikan lagi. Jadilah, Tara menuruti kemauan Wafhi untuk kali ini.
Keduanya keluar dari rumah setelah pamit dengan sang bunda yang menatap kakak-beradik itu dengan pandangan heran. Terlebih, bunda-nya itu tahu bahwa Tara sangat jarang untuk menghabiskan waktu dengan jogging.
"Gue ke arah sana dulu, deh. Lo kalo ada apa-apa atau mau ngajak balik, temuin gue disana, ya." Ucap Tara, sembari mengarahkan telunjuknya kepada Wafhi setelah mereka sampai di taman komplek.
"Hooh. Lo gak usah kemana-mana. Disana aja." Jawab Wafhi, menjauh dari Tara dan mulai jogging.
---
Tara melirik jam di tangan-nya yang menunjukkan pukul 7.30 bersamaan dengan langkah kaki-nya di teras rumah.
"Gila, baju lo basah kuyup gitu. Lo ngapain sih di taman tadi?" Tanya Tara heran. Gadis itu baru menyadari baju Wafhi yang basah setelah adik-nya itu mendahuluinya.
"Gini yang olahraga asli. Lah elo, keringet netes sedikit aja kagak." Ledek Wafhi.
Tara mengabaikan Wafhi dan masuk ke dalam rumah.
"Assalammualaikum. Tara sama Wafhi balik." Ucap Tara.
"Waalaikumsalam. Ayo sarapan dulu, sana." Jawab Bunda Desi.
Dengan segera, kedua-nya mendekati meja makan yang sudah ada sang ayah disana sambil membaca koran.
"Fhi, kamu mending bersih-bersih dulu, sana. Gak enak aroma-nya kalo masih basah karena keringet, gitu." Ucap bunda sambil mendorong Wafhi naik ke kamarnya.
Setelah itu, Tara, ayah dan bunda melanjutkan aktivitas sarapan.
---
Fokus bunda yang sedang menyirami tanaman di teras rumah teralihkan oleh panggilan Tara.
"Bun, masih lama ngurusin tanaman-nya?"
Tara dan orang rumah serta tetangga sekitar pun tahu, kalau bunda-nya itu adalah pecinta tanaman. Tak heran, rumah mereka selalu gampang dikenali dengan cat hijau-krem dan ramai-nya tanaman di teras rumah.
"Tinggal 3 pot lagi, Ra. Kenapa?" Jawab bunda mengalihkan tatapan-nya kepada anak gadis semata wayang-nya yang sedang duduk di kursi teras.
"Tara tungguin, deh. Tara lagi mau cerita-cerita sama bunda." Ucap Tara, manja.
"Ululu. Bentar ya, sayang."
Tak lama, bunda menghampiri Tara dan mengajak-nya duduk di sofa ruang keluarga.
"Mau cerita-cerita apa? Tumben banget, Ra." Tanya bunda, mengawali pembicaraan mereka.
"Pengen tau deh bun, waktu bunda awal kenal sama ayah gimana?" Jawab Tara dengan pandangan antusias.
"Bunda sama ayah kamu itu, udah kenal dari SMA. Tapi, Cuma sebatas tau nama doang."
"Terus baru ketemu lagi waktu ayah pindah kantor?" Tanya Tara.
"Iya, yang waktu bunda cerita pertama kali."
"Nah, waktu itu kan ayah baru cerai sama ibu. Bunda tau itu?" Tanya Tara, hati-hati. Gadis itu teramat tahu, topik yang ia singgung sedikit sensitif.
"Tau, pernah dapet berita dari temen kantor." Jawab bunda, memandang Tara seraya tersenyum.
"Terus, waktu bunda mulai deket sama ayah itu gimana?"
"Enggak gimana-gimana sih. Ayah kamu itu pendiam dan sangat menjaga wibawa. Awalnya, bunda juga gak nyangka bisa deket sama ayah kamu." Jawab bunda dan membuat Tara melebarkan mata, tidak
percaya."Masa sih, bun? Ayah di rumah gak pernah gitu. Ngusilin mulu." Melihat bibir Tara yang mencebik tak suka, bunda tertawa gemas.
"Iya, baru tau sikap asli ayah kamu gimana. Beda banget sama diluar."
"Waktu bunda pdkt-an sama ayah, pernah ragu gak sih sama keseriusan ayah?" Tanya Tara lagi.
"Sempet ragu. Apalagi waktu bunda udah deket sama ayah kamu waktu itu, suka di gosipin inilah-itulah sama temen kantor. Bikin bunda ngerasa down banget." Jawaban bunda membuat keseriusan Tara
meningkat."Terus, apa yang bikin bunda akhir-nya yakin sama ayah?"
"Bunda minta petunjuk sama Tuhan. Bunda serahin semuanya sama Tuhan. Akhirnya, bunda dapet jawaban kalo, ngapain bunda harus mundur? Ngapain bunda harus down sama ucapan mereka? Toh, bunda bahkan belum mulai apapun. Yang harus bunda lakuin adalah, bunda harus coba dan yakinin hati bunda untuk mulai semua-nya." Ucapan bunda membuat Tara tersenyum hangat.
Aduh duh, jawaban bunda ngingetin gue sama niat semalem deh.
"Bunda paling bisa bikin baper."
Sontak, bunda mencubit pelan pipi Tara.
"Bisa aja kamu. Kalo enggak kamu yang nanya, bunda gak bakal jadi bucin gini. Tumbenan banget kamu nanya gini. Kenapa?"
"Pengen nanya aja sih, terus kepo juga."
"Kepo atau kepo nih. Jangan-jangan kamu kayak udang di balik batu, deh." Canda bunda sambil menyipitkan mata.
"Serius deh, bun. Udang dibalik batu apaan. Tara cuma kepo doang, kok."
"Iya deh, iya." Jawab bunda.
"Menurut bunda, setelah keyakinan hati bunda itu, bunda bahagia?" Tanya Tara, penasaran.
"Bahagia, sayang. Bahagia banget. Bunda bisa ada di sini, sama kamu sekarang. Bunda bisa jadi bunda yang baik untuk kamu dan Wafhi, dan yang terpenting, bunda bisa jadi istri yang lebih baik lagi." Ucap bunda di akhiri senyum tulus.
Tara melihat itu, melihat kebahagiaan dan ketulusan bunda dalam mengungkapkan-nya.
Detik selanjutnya, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada diri Tara. Tak elak, semesta pun begitu.
Tara percaya, kali ini semesta tak menyadari bahwa ia telah memihak Tara.
Tara percaya, langkah yang ia ambil akan berakhir bahagia, sama seperti cerita bunda.
***
Ululu, suka deh sama keyakinan Tara:) Ada yang sependapat sama Tara? Atau ada pendapat lain? Comment ya!
Salam hangat,
Pacar Jungkook bities
![](https://img.wattpad.com/cover/215057343-288-k829197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Do
Teen FictionTuhan selalu punya cara tersendiri dalam menuliskan skenario hidup kita. Baik buruknya menurut pandangan kita, Tuhan lebih tahu itu. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita. Entah apapun itu, aku selalu merasa bahagia atas takdirku dari Tuhan. Aku merasa...