9;

8 2 1
                                    

Dodoo
Cttn lo rapi, gue mudah pahaminnya. Thx ya. Tidur, udah malem.

Gimana gak tambah naksir, kalo lo nya gini-in gue.

Tara menghirup napas dalam-dalam, lalu membuangnya pelan, sebelum membalas pesan cowok itu.

Tarasha Syakina
Bagus deh. Lo juga, tidur.

Entah apa yang akan cowok itu pikirkan tentangnya nanti. Yang jelas, Tara merasa semesta berpihak kepadanya.

Semesta, boleh-kah selamanya begini?

Sepertinya semesta sedang ingin bercanda sebentar. Tak ayal, bercandaan sang semesta selalu mampu mendebarkan Tara.

Tapi, Tara harus kembali mengingatkan diri. Jangan mudah terbawa arus yang cowok itu datangkan. Tara harus mampu mengkondisikan dirinya.

Ini nih lebih dari segala ancaman militer di Indonesia! Gue harus selalu siaga, gak boleh kendorin diri.

Tara lantas merapikan alat tulis dan buku catatannya ke tempat dimana ia mengambilnya. Lalu, berbaring di tempat tidur-nya dengan mendekap hp.

Awas aja dateng ke mimpi gue, entar sinyal siaga gue auto lemah.

Tak lama, matanya menutup pelan. Bersamaan dengan larut-nya malam itu.

---

Wafhi menutup mulutnya menahan tawa melihat wajah sang kakak pagi ini.

"Pfft, muka lo kenapa di buat-buat sangar gitu, sih?"

Tak elak, sang ayah dan bunda juga mengatakan hal sependapat dengan Wafhi. Sedangkan Tara, tetap mempertahankan mimik wajahnya sambil berkata,

"Tara lagi dalam masa siaga. Lagi gak boleh kasih kendor."

Ketiga-nya lantas tertawa mendengar jawaban Tara.

"Kenapa ketawa, sih? Ini tuh serius. Sekarang, Tara mau ngisi amunisi buat hari ini."

Tara melangkahkan kaki-nya ke kursi kosong di samping kiri sang ayah.

"Bun, nasi goreng kornet-nya yang banyak. Tara harus ngisi amunisi yang cukup."

Sang bunda mengangguk dan menyerahkan piring berisi nasi goreng untuk Tara.

Pagi ini, pagi dengan pertempuran perasaan dan Tara harus bisa membawa perasaannya kepada kemenangan.

Pas dikelas nanti, gue harus sebisa mungkin jangan natap Dodo dulu. Gak baek buat siaga gue, kalo pagi-pagi udah dibuat ambyar.

Setelah nasi goreng kornet-nya ia habiskan dan meminum habis minumannya, Tara segera mengambil kunci motor dan berseru,

"Yah, Bun, doain Tara semoga selalu siaga." Ucapnya berapi-api, penuh semangat.

"Fhi, ayok berangkat." Wafhi segera melangkahkan kaki menuju sang kakak yang aneh pagi ini.

---

Para guru sedang rapat dan membuat jam pelajaran di setiap kelas kosong. Tak terkecuali kelas X Mia 2. Semua siswa sibuk membuat kelompok-nya sendiri.

Double DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang