10;

6 2 3
                                    

Masa siaga gue, belom abis kan?

Tara tidak habis pikir dengan Zivia. Mengapa selalu bisa merobek-robek perasaan-nya?

Zivia dan Dodo di dalam foto itu. Dengan jari zivia membentuk 'peace' dan Dodo yang tersenyum cerah.

Ahh, mengapa terlihat begitu dekat? Mengapa perasaan Tara menjadi tidak rela. Ingatkan kembali diri Tara untuk bisa men-siagakan diri.

Selama belom ada kabar jadian, gue masih boleh pdkt-an!

Tara meyakinkan diri untuk menghadapi pertempuran perasaan. Kali ini, bukan dengan Dodo. Namun, Zivia. Ya, Zivia.

Ziv, gue tau lo selalu bisa bikin gue insecure batin. Tapi, gue gak akan biarin lo gituin gue lagi.

Tara harus mengambil langkah tepat dan sepertinya Wafhi bisa membantunya dalam hal seperti ini.

---

Wafhi yang sedang chattingan tersentak kaget, mendengar panggilan lantang sang kakak.

"Fhi. Dimana lo?"

Wafhi sungguh tidak merasa heran jika cowok yang dilihatnya bersama sang kakak di pagar depan rumah-nya itu bukanlah kekasih Tara.

Lihat saja, dari segi perkataan, kakak-nya itu bisa langsung di black-list
dari daftar calon menantu idaman.

Suara kakak-nya itu mampu ia dengar lantang dari ruang keluarga, sedangkan Tara, Wafhi tebak pasti sedang di depan pintu kamar-nya.

Tak lama, kakak-nya turun dari tangga dan langsung menghampiri Wafhi yang menatap-nya miris.

"Ngapain lo natap gue gitu?" Tanya Tara sembari duduk di sofa depan tv.

"Gue kasian sama lo, kak." Jawab Wafhi, mengambil posisi di samping sang kakak.

"Kenapa harus kasian sama gue?"

"Pantesan lo jomblo mulu, bacotan-nya gak bisa di tolerir lagi. Kalo pun lo udah dapet pacar, gue tambah kasian sama calon kakak ipar gue. Gak kebayang gimana ngadepin bacotan lo." Jelas Wafhi, iba.

Hal itu sontak membuat Tara melemparkan bantal sofa ke wajah adik-nya.

"Asem lo, badut Ancol. Durhaka lo sama gue." Ucap Tara, sinis.

"Yaudin, maap. Ngapain lo nyari gue? Mau lo babu-in?"

Bugh

“Gemes gue sama lo. Mulut lo lemes banget ya. Ngalah-ngalahin cewek.” Ucap Tara dan mendapat tawa ngakak dari Wafhi.

"Abis gue lempar 2 kali pake bantal sofa, otak lo tambah sengklek gini, ya?" Tambah Tara, bergidik ngeri.

"Kelakuan lo tuh yang di luar nalar. Bikin gue pengen lemes-in lo mulu bawaan-nya."

Tara tidak mengambil pusing dari jawaban sang adik. Ia kembali teringat niat awal mencari Wafhi.

“Udah-udah. Gue tuh nyariin lo, pengen nanya.”

Wafhi merutkan kening. Tak biasanya sang kakak repot-repot mencari-nya hanya untuk bertanya.

Double DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang