1. Its okay

14 2 0
                                    

•–—0O0—–•
Ia terdiam dibawah derasnya hujan. Rambut cokelat pendeknya sudah benar-benar basah karena air hujan yang turun begitu deras.
Matanya bengkak karena air mata sialan yang jatuh tanpa meminta izin darinya.

Dirinya hancur,ia menjadi debu yang siap dihanyutkan oleh angin dan hujan. Ia tak tau harus bagaimana,dirinya kehilangan
jiwanya, kehilangan udara segarnya,ia sudah mati rasa, benar-benar ia sudah mati rasa. Hujan,salju bukanlah lagi penenang untuknya.
Ia buka selembar demi selembar kertas di buku diary nya yang berwarna biru laut.
Terdapat sebuah kisah tentang hujan,dan dia.
Pluviophile,sang penyuka hujan..

Duduk sebentar,abaikan sekitar,saya ceritakan kisah dari buku diary nya yang berjudul pluviophile itu...
·
·
Alvenna duduk di bangku taman belakang rumahnya yang sangat mewah dan besar itu. Gerimis mulai turun, perlahan membasahi tubuhnya. Wajahnya terlihat sangat senang,senyum terpancar lebar di wajah gadis berambut hitam itu.

Ia berdiri, memejamkan matanya, merasakan rintik hujan dari langit yang turun ke bumi. Semakin deras,semakin pula Alvenna bahagia. Alvenna memutarkan tubuhnya perlahan,sambil tertawa kecil. Ia sangat sangat gembira. Bajunya basah,ia benar-benar basah,senyum lebarnya tidak redup sedikitpun.

Alvenna suka hujan,sangat sangat suka,ia sangat mencintai hujan. Hujan membuatnya bahagia,hujan membuatnya tersenyum,hujan membuatnya tenang,hujan membuatnya lupa akan segala hal yang membuatnya sedih. Sama seperti Oma,Oma adalah orang yang selalu bisa menenangkan Alvenna. Oma bagi Al adalah hujan dan salju,ketiganya membuatnya sangat sangat tenang.

"Al!!! Masuk!! Hujannya makin deras sayang!!" -oma meneriaki Alvenna dari pintu halaman belakang.

"Iya oma, sebentar!!" -Al. Masih saja ia terus menikmati hujan. Menghiraukan semua perkataan omanya.

Hujan tak lama mereda..
"Terimakasih" -Al. Ia masuk ke dalam rumah,senyum masih saja betah menghiasi wajahnya.

"Heh!! Pakai handuknya!" -oma. Senyum nakal macam anak kecil Al tunjukkan. Ia mengambil handuk yang tergantung di dekat pintu belakang. Alvenna berlari ke kamarnya. Gadis berusia 19 tahun itu adalah gadis yang sangat sangat berhasil dan sukses,mampu menjadi orang terkaya nomor 2 di dunia.

Ia mandi dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian casual. Ia duduk di kursi meja riasnya. Mengambil sebuah bingkai foto Oma dan dirinya.
Terlihat jelas waktu berapa lama lagi Oma akan hidup. 21 tahun. 5 bulan. 3 hari

Alvenna selalu iklhas,ia selalu memahami semuanya,semua adalah rencana Tuhan. Alvenna mengambil kunci mobilnya lalu turun ke bawah.

Al menghampiri omanya yang sedang bersantai sambil meminum teh hangat di depan TV ruang keluarga.

"Oma,Al mau ke cafe sebentar ya,biasa sama anak-anak elv" -Al

"Okay, hati-hati ya sayang,oh iya Al,rumah belakang udah ada yang sewa 10 tahun, laki-laki,Oma lupa nama dia siapa, nanti pulang kamu temuin dia ya,dia bakal sampe sini jam 1an malem,dan Oma seminggu kedepan mau ke Busan okay,Oma kangen sama rumah Oma" -oma

"Okay ma,klo bisa kurang dari seminggu ya,aku ga bisa jauh dari Oma"--Al

"Seminggu kok ya" -oma.

"Yaudah deh ma aku berangkat ya ma, bye" -Al. Ia pergi sehabis mencium tangan dan pipi omanya.


Mobil putih kesayangannya yang ia beri nama,whiti.

Al menuju cafe biasa tempatnya dan the elv bertemu.

30 menit perjalanan,akhirnya ia pun sampai. Ia turun, melihat seorang kakek-kakek yang kesusahan untuk menyebrang. Al menghampiri kakek itu,ia melihat berapa lama kakek itu akan hidup,13 tahun. 2 bulan,1 hari

Al membantu kakek itu untuk menyebrang.

"Terimakasih nona,tuhan memberkati mu" -kakek.

"Iya kakek, sama-sama,jaga kesehatan ya" -Al. Ia memeluk kakek tersebut lalu pergi ke cafe tadi.

Ia masuk,menuju halaman belakang cafe itu. Terdapat para sahabatnya disana juga orang-orang asing yang lagi-lagi langsung terlihat lama hidup mereka. Angka-angka tahun, bulan,hari,bahkan jam usia manusia di tempat itu ia lihat dengan jelas.

Al berlari ke para sahabatnya,lalu duduk bersama mereka,the Elv.
The elv : jackson,Suga,jk,sehun,jaemin,Kai,bambam,Suho,Irene,jihyo

"Peramal kita Dateng guys" -jackson,ucapnya dengan kekehan jail seperti biasa dan Al hanya tersenyum melihat kelakuan sahabat laki-lakinya itu.

"Btw Al,kita jadi kan liburan ke US?" -jihyo yang langsung melayangkan pertanyaan beberapa detik sebelum Al duduk di bangku kayu itu.

"Jadi lah,Minggu depan kan?" -Al

"Iya,mau berapa lama?"-sehun, sembari meletakkan handphonenya di meja kayu berwarna cokelat muda itu.

"1 bulan?" -bambam Tanyanya memastikan waktu mereka berlibur.

"Setuju setuju"-Al

"Okay" -All

"Oh iya guys,sorry bgt ya ntar gua ga bisa pulang kayak biasa,gua jam 12 udah harus sampe rumah,Oma ke Busan dan rumah belakang udah ada yang sewa selama 10thn" -Al

"Buset Napa gak lu jual sekalian aja tuh rumah"-bambam

"Gak ah,rumah itu terlalu banyak kenangan,gua gamau itu jadi milik siapapun" -Al menggelengkan kepalanya sedikit

Obrolan mereka semakin panjang,asik. Penuh dengan candaan dan tawa mereka. Menceritakan hari-hari mereka yang sebenarnya setiap hari mereka selalu bertemu.

Tidak satupun yang memegang ponsel,semua benar-benar asik mengobrol. Namun sedari awal ada satu orang yang Al perhatikan terus,ia diam tidak berkutik. Orang itu tersenyum,namun Al tau bahwa senyum itu senyum palsu.

Al meneguk caramel macchiato miliknya. Ia berpindah tempat ke sebelah orang itu, jungkook. Al tau apa yang sedang ia pikirkan,ia tau apa yang sedang jungkook rasakan.

Al menatapnya yang sedang melamun. Jungkook yang sadar akan tatapan Alvenna,
Ia pun menatap gadis itu kembali,dengan senyuman tipisnya. Jungkook menggelengkan kepalanya pelan, menandakan tidak ada apa-apa.

"Engga,jangan pakai topeng saat sana gue" ucap Al dengan wajah yang sedikit khawatir. Ia mengelus lembut pundak lelaki itu,seolah memberi sedikit ketenangan.

"Kenapa?" Satu kata pertanyaan yang keluar dari mulut Alvenna itu membuat lelaki berambut hitam itu sedikit bergetar,matanya mulai berkaca.

"i'm okay al" ucap Jungkook sekali lagi meyakinkan gadis keras kepala itu.

Al terdiam,ia tau lelaki ini sedang berbohong padanya—ah bukan, maksudnya pada mereka,the elv.

Alvenna memeluk jungkook, menyalurkan kehangatan yang ia miliki untuk batin dan fisik rekannya itu. Ia mengelus punggung kekar milik jungkook. Pria itu menenggelamkan wajahnya ke pundak Alvenna,mencium aroma khas rambut Alvenna.

"Kenapa?" Tanya Al lagi dan lagi. Kali ini jungkook tidak menjawabnya,ia diam di pelukan hangat itu

"Bokap nyokap gue pisah" seketika semuanya kaget mendapati kalimat yang keluar dari mulut jeon jungkook itu.

"Kook,ini udah jalan yang terbaik dari Tuhan buat lu dan bokap nyokap lu,klo ada apa-apa,inget,kita selalu ada buat lu" ucap Suga yang biasanya sangat dingin sikapnya pada situasi apapun

"Kita sayang lu kok,semuanya sayang sama lu,semuanya ada buat lu" ujar jihyo yang semakin membuat jungkook tenang

•—–0O0–—•

" tenang,tuhan tidak akan memberikanmu luka seperih ini jika tidak obatnya "

-Pluviophile- /pcyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang