"Kamu tahu, Nis. Aku pernah mendengar bahwa perceraian itu akan mengguncangkan Arsy. Kamu pasti lebih paham soal ini," kata Lowee setelah sekian lama mulutnya terkunci. Ia teringat ceramah di masjid kompleks. Matanya menubruk cangkir teh yang menjadi penghuni di atas meja. Tanpa dijamah, tanpa disentuh, keduanya menjadi saksi bisu.
Nisa tersenyum, meraih tangan Lowee kemudian menggenggamnya. Masih hangat, perempuan berbibir tipis itu masih seperti yang Lowee kenal dulu. Hangat dan tenang.
"Itu hadisnya dha'if, Mbak. Memang salah satu yang paling membuat Allah marah adalah perceraian. Tapi, ada beberapa alasan yang membolehkan cerai," terang Nisa masih dengan senyum mengisi bibir, mencipta celah yang membuat wajahnya makin terlihat tenang. Tanpa beban, walau yang disampaikan bukan kabar membahagiakan.
"Lalu alasanmu apa? Bukannya kalian selama ini baik-baik saja? Dia kasarin kamu?" Lowee mengangkat wajah demi menemukan sepasang mata jernih tanpa kepalsuan. Berkilau bak pualam, di mata bulat itulah ia merasa bersalah.
"Nggak, Mbak. Mas Byan baik, dia bukan orang kasar."
Aku tahu.
"Terus? Apa kamu keberatan dengan pernikahanku sama dia? Kalau kamu nggak mau, biar aku saja yang mundur, Nis. Jangan kamu!"
Lekas-lekas Nisa menggeleng sebagai penolakan dan pengelakan. Ia menolak tawaran Lowee, pun mengelak dengan pernyataannya. "Bukan itu alasannya, Mbak."
Kedua perempuan itu terlihat kontras, tidak hanya kontras warna kulit, jua raut muka keduanya. Lowee dengan garis-garis muka khawatir, sedang Nisa dengan wajah tenang penuh sahaja.
"Kalau bukan, ya sudah, jangan cerai. Atau karena kalian tinggal berjauhan? Kamu boleh, kok, tinggal di sini. Kita tinggal bersama-sama, kita susah senang bareng. Kamu mau kan, barengan sama aku?"
"Saya mau, sangat mau barengan sama Mbak Lowee, tapi bukan sebagai istri Mas Byan. Melainkan sebagai sepupu dari suami Mbak."
"Lalu apa alasanmu, Nis?"
"Alasan saya... sudah ditulis semua di SINGLE KEDUA yang PO mulai hari ini sampai tanggal 15 Maret. Di sana banyak cerita yang belum Mbak tahu."
"O yah?"
"Iya. Kabarnya, Dedek Wardah sudah menyiapkan bonus PO banyak buat pembelian RANJANG SEBELAH dan SINGLE KEDUA."
"Apa saja, Nis?"
"Ada paper bag, kaus kaki, masker, dan dua bonus rahasia lainnya."
Lowee tertawa seketika. "Itu kaus kaki sama masker buat apaan memangnya, Nis?"
"Kurang tahu, Mbak. Katanya sekarang karena musim virus congorna, masker itu buat nutupin. Biar penyebarannya bisa dikurangi."
"Ah, anak itu ada-ada saja. Terus sekarang dia ngapain?"
"Dedek Wardah lagi promo BUNDLING RS+SK+5 BONUSNYA. Kabarnya limited, Mbak. Makanya buat yang mau, silakan chat saja ke 087880117791"
Lowee mengangguk-angguk sebelum bertanya, "Kalau beli satu nggak bisa, Nis?"
"Bisa banget, Mbak. Cuma jatohnya lebih mahal. Kalau beli sepaket harganya 155.000, beli satuan per novel harganya 80.000. Mending dua sekalian kan, Mbak, biar bayar ongkir sekali. Hehehe."
DEMIKIAN IKLAN INI DIBUAT UNTUK KEPENTINGAN PROMOSI.
#ranjangsebelah
#singlekedua
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGLE KEDUA: Catatan dari Nisa
SpiritualitéTentang kenangan yang menerungku seseorang. Stereotip pada janda tidak pernah memilah mantan siapa. Seperti Nisa yang mantan istri Gus Byan dengan pesantren besarnya turut mengalami kencang-kendur pandangan tetangga, sekalipun dia memilih bercadar. ...