Hidup di kota terpencil di negara maju seperti Amerika Serikat tak bisa menjadi tolok ukur bahwa seseorang hidup dengan makmur. Kehidupan memang terkadang di atas dan kapan saja bisa berada di titik terendah. Sama seperti kehidupan wanita yang tengah berjalan pulang seusai dia bekerja di salah satu toko bunga yang hanya memiliki dua karyawan.
Sepanjang ia melangkahkan kaki menuju rumahnya, pikirannya jauh melayang memikirkan nasib yang selalu tidak memihak padanya. Orang tuanya pergi meninggalkannya seorang diri di stasiun kereta api saat dia berumur 8 tahun. Kemudian, ia diangkat menjadi cucu seorang nenek yang menemukannya dan dengan baik hati menampungnya di rumah yang sederhana. Di umurnya ke-19, dirinya begitu sedih lantaran nenek baik hati itu menutup mata selama-lamanya. Pada akhirnya ia diusir oleh anak dari nenek tersebut yang kerap dia panggil dengan sebutan ayah.
Setelah kejadian itu, wanita yang bernama Stella Aldercy memulai hidup barunya seorang diri dan bekerja di toko bunga demi bertahan hidup. Ya, setidaknya itu untuk 15 menit yang lalu. Sekarang wanita berambut cokelat itu tengah berjalan tak semangat menuju rumahnya. Wajahnya tak menampakkan keceriaan seperti biasanya lantaran dia baru saja dipecat dengan alasan yang begitu membuatnya kesal.
"Bukan aku yang mencuri bunga-bunga itu, kenapa aku yang dipecat?" gerutunya dengan mencebikkan bibirnya kesal. Sesulit apapun kehidupannya, Stella tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mencuri beberapa tangkai bunga tidak akan menguntungkan baginya. Apalagi dia sangat bergantung dengan toko itu untuk membiayai seluruh kehidupannya. Jika memang dia memiliki niatan buruk, Stella lebih memilih mencuri uang daripada bunga yang tidak bisa digunakan untuk mengisi perutnya.
Di sisi jalan seberangnya, terparkir mobil hitam yang dari luar tidak menampakkan gerak-gerik mencurigakan. Terbalik dengan yang ada di dalamnya, terdapat dua pria berbadan tegap yang dibaluti dengan jas hitam berpakaian sangat rapi.
"Lumayan, bagaimana menurutmu, Harry?" tanya pria yang memiliki postur lebih pendek dari yang ditanya.
Lelaki bernama Harry sejenak memicingkan matanya memandangi wanita yang tak lain adalah Stella. Setidaknya Harry dapat menilai jika wanita itu memiliki tinggi lebih dari enam kaki. Sebelah sudut bibirnya tertarik ke atas saat sorot matanya menangkap lekuk tubuh yang begitu ideal, bagaikan model papan atas.
"Boleh juga, Bob," balasnya sambil terkekeh. Tangannya terulur ke saku celana belakang dan mengambil sapu tangan putih. Begitu juga dengan Bob yang mengambil kantong kecil berisi bubuk putih dari saku celananya.
Tidak salah mereka menunggu beberapa jam disalah satu jalan raya yang lengang akan kendaraan. Awalnya ada keraguan untuk menunggu mangsa yang nantinya akan dibawa ke markas. Semua keraguan itu lenyap setelah melihat Stella yang mewakili kata kesempurnaan dari seorang wanita. Sungguh beruntung pikir Harry.
Stella Aldercy berkulit putih pucat dengan rambut kecokelatan tergerai hingga bahu. Ia merupakan waniat bermata abu-abu keturunan Inggris. Tatapan matanya begitu tajam, di sisi lain mata itu mampu memikat kaum adam.
Stella berhenti sejenak lantaran merasa ia tengah diawasi oleh orang lain. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, namun yang bisa Stella lihat hanya sebuah mobil yang terparkir di seberang jalan.
Jantungnya mulai berdegup lebih cepat seiring iris matanya menangkap dua sosok pria yang baru saja turun dari mobil hitam itu dengan seringaian yang terpatri jelas untuknya.
Tanpa berpikir panjang, Stella berlari menjauh dari dua lelaki itu. Sesekali ia menoleh ke belakang dan jantungnya semakin berdegup kencang lantaran Harry dan Bob semakin mendekatinya dan juga oksigen semakin menipis di paru-parunya.
Teriakan meminta tolong tak memberi bantuan sama sekali. Hanya ada beberapa orang yang menampakkan raut ketakutan dan memilih untuk menyelamatkan diri sendiri. Teriakan dari bibir mungil itu terhenti ketika sehelai sapu tangan membekap mulut dan lubang pernapasannya. Tidak sampai semenit lamanya, Stella sudah jatuh di dada bidang Harry.
*
Stella tidak tahu sudah berapa lama ia tak sadarkan diri. Dia juga tidak tahu ada di mana dan pukul berapa sekarang. Rasa nyeri di pergelangan tangan dan mulut serta mata yang tertutup sudah dapat memberikan Stella kesimpulan bahwa ia diculik saat ini. Wanita itu tidak berusaha untuk melawan. Dia tidak sebodoh itu untuk melawan dua orang atau lebih yang tentunya memiliki senjata yang bisa membolongi kepalanya kapan saja. Mungkin memahami situasi adalah hal yang paling tepat untuk Stella lakukan. Saat ini satu hal yang ia tahu, yaitu mereka berada di dalam mobil yang Stella sendiri tidak tahu ke mana tujuannya.
"Apa lebih baik kita nikmati saja dia?" tanya Bob memulai percakapan. Sedari tadi matanya tak lepas melihat wajah wanita yang sungguh menarik seluruh atensinya. Memang semua korban penculikan mereka adalah wanita yang cantik, namun kali ini jauh lebih cantik dan indah dari biasanya.
"Ingatlah kalau kau bekerja seperti ini demi istri dan anakmu, Bajingan!"
Bob tergelak ketika lelaki yang lebih muda darinya selalu mengeluarkan kalimat yang sama di saat ia mulai lepas kendali dari nafsu birahinya. "Kalau begitu, bagaimana kau saja yang menikmatinya? Dia sungguh luar biasa. Sangat disayangkan kalau kita langsung menjualnya."
Harry menampakkan senyum asimetrisnya. Dia memang tak bisa memungkiri bahwa Stella adalah wanita tercantik yang menjadi korbannya. Ah tidak, Harry mengakui kalau Stella adalah wanita tercantik yang pernah dia lihat. Hanya saja, masih ada keraguan yang selalu menghalanginya untuk menjalin hubungan secara fisik maupun dengan penuh cinta dan kasih sayang.
"Ya sudah kalau begitu. Jangan menyesal ketika kita sudah menyerahkannya." Bob terkekeh lalu keluar dari mobil sembari menarik paksa wanita terikat yang sedari tadi mencuri dengar.
Stella tidak tahu akan dibawa ke mana dirinya. Walau begitu, dia memiliki spekulasi setelah mendengar percakapan dua lelaki yang menculiknya. Langsung ia menggelengkan kepala, berusaha mengenyahkan pikiran terburuk dan berdoa semoga saja apa yang ia pikirkan tidak terjadi.
"Wow! Kali ini wanita mana lagi yang kalian bawa?" ujar seorang lelaki yang Stella yakini sebagai pemilik tempat yang ia pijaki sekarang. "Buka tutup matanya!" perintahnya dengan suara yang berubah menjadi sangat berat.
Seberkas cahaya lampu langsung menyapa mata abu-abu milik Stella. Butuh tiga kali mengerjapkan mata untuk membiasakannya dari kegelapan ke cahaya terang. Kini, Stella dapat dengan jelas menatap lelaki yang telah memberikan titah untuk melepaskan ikatan di matanya.
Lelaki itu tertawa nyaring. "Kalian memang tidak pernah mengecewakanku." Dia berjalan perlahan dan akhirnya berdiri tepat di depan Stella. Tangannya mulai menggerayangi lekuk tubuh nan indah milik wanita yang matanya sudah berkaca-kaca. Kecupan lembut dia berikan di atas lakban yang menutupi bibir indah Stella.
Perlahan-lahan lelaki itu menarik ujung lakban dan tentu saja tetap membuat Stella merasa sakit karena benda yang menempel kuat di bibirnya itu. Setelah seluruh wajah Stella terlihat sepenuhnya, dia menunjukkan seringaian yang membuat Stella meremang seketika.
"Selamat datang di duniaku, Cantik."
*
Hola! Aku kembali dengan genre yang berbeda dari yang biasa aku tulis. Ini cerita ke-4 dan aku harap kalian juga memberikan dukungan untuk ceritaku yg satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Dangerous ||KTH||
RomanceHarap bijak dalam mencari bacaan! Banyak adegan kekerasan dan kata-kata tidak sopan ⚠️⚠️ Kim Taehyung, lelaki yang menderita penyakit serius hingga menjadikan dirinya mendapat predikat lelaki berbahaya bagi siapa saja. Hidupnya telah hancur karena p...