Kendaraan roda empat yang ditumpangi dua lelaki dan satu wanita melaju pesat di jalanan yang tampak lengang di tengah malam. Meski di luar begitu sunyi, tetapi sangat berbeda dengah di dalam mobil mewah itu.
Jin sebagai pengemudi membuat dua orang penumpangnya merasakan mual. Stella yang awalnya berkeringat dingin lantaran dibawa oleh lelaki yang membelinya, kini bulir keringat itu muncul karena takut nyawanya melayang beberapa saat lagi.
"Perutku mual," ujar Namjoon sembari memegangi perut dengan tangan kanan dan sebelahnya menutup mulutnya.
"Akhirnya kau mau bicara juga. Jangan seperti anak kecil, Joon. Aku memenangkan wanita itu secara adil. Kenapa kau marah padaku?" ucap Jin dengan raut memelas, sekilas berubah menjadi raut jengkel.
Lelaki yang duduk di belakang kursi pengemudi tidak merespon ucapan Jin. Salahnya sendiri membiarkan Jin ikut bersama dalam acara pelelangan. Namun, tetap saja ia merasa kesal lantaran tidak mendapatkan wanita yang dia inginkan.
Namjoon semakin kesal kepada Jin yang menginjak gas sesuai dengan intonasi sewaktu dia bicara sepanjang perjalanan. Sesaat mobil melaju ketika Jin meminta maaf namun terdengar seperti seseorang yang tengah memarahi anak-anak. Beberapa saat kemudian, tubuh Namjoon tersentak ke depan ketika Jin menghela napas atau pun menggerutu pelan.
"Aku ingin muntah," lirih Stella yang juga menutup mulutnya. Lelaki paruh baya yang duduk di samping mengulurkan tangan untuk mengelus punggungnya, tetapi Stella menghindar dengan menggeser duduknya hingga tercipta jarak semakin lebar. Tentu wanita yang sudah mengenakan pakaian layak itu sangat takut kepada dua lelaki asal Korea Selatan yang tengah membawanya entah ke mana.
"Jin, menepilah dan berhenti sebentar," pinta Namjoon.
"Kenapa Pak Tua? Kita belum sampai," ujar Jin yang malah melontarkan pertanyaan.
"Wanitamu ingin muntah," jawab Namjoon dengan penekanan di kata pertama. Alhasil, Jin merengut namun tetap menuruti perintah bosnya.
Begitu mobil berhenti, langsung saja Stella membuka pintu dan memuntahkan cairan kuning. Ia teringat jika dirinya melewatkan makan malam. Pada akhirnya hanya cairanlah yang berhasil ia muntahkan, hingga membuat perutnya sangatlah sakit.
"Aku akan memecatmu!" Namjoon mengucapkan itu sambil mengurut tengkuk Stella. Kali ini dia tidak mendapatkan penolakan.
"Ini sudah kesekian kalinya kau memecatku. Apa karena caraku mengemudi? Ayolah, Bung. Seharusnya kau sudah terbiasa dengan sahabatmu ini." Jin bersandar di pintu mobil dengan memasang tampang pongahnya.
"Aku serius!"
Stella berdiri dengan bantuan Namjoon. Kepalanya sedikit pusing dan pandangannya memburam. Meski begitu, Stella masih menjaga kesadarannya. Jangan sampai ia pingsan saat bersama dua lelaki berbahaya baginya.
"Aku akan tetap menemanimu di kantor setiap hari walau kau tidak menggajiku," ucap Jin seraya kembali masuk ke mobil.
Tidak ada lagi percakapan di mobil itu hingga sampailah mereka di depan sebuah bangunan yang lebih tepat disebut mansion. Stella sampai terngaga melihat kediaman seseorang yang ia curi dengar bernama Namjoon. Hanya melihat pondasi yang diukir dengan naga sudah berhasil membuat Stella terkagum-kagum.
"Ikuti aku," perintah Namjoon kepada Stella. Wanita itu refleks mengikuti langkah lelaki paruh baya itu, seakan-akan ia lupa alasan mengapa dia berada di situ. Stella hanya ingin tahu bagaimana penampakan dalam mansion serba putih di depannya.
Tidak hanya Stella yang masuk, tetapi lelaki yang berperan sebagai sopir juga ikut masuk. Jin kembali mengomel dan menarik lengan Stella. Terdengar ringisan dari mulut wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Dangerous ||KTH||
RomanceHarap bijak dalam mencari bacaan! Banyak adegan kekerasan dan kata-kata tidak sopan ⚠️⚠️ Kim Taehyung, lelaki yang menderita penyakit serius hingga menjadikan dirinya mendapat predikat lelaki berbahaya bagi siapa saja. Hidupnya telah hancur karena p...