14. Silly Face

146 24 6
                                    

Saat ini Stella melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini Stella melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis. Sebelumnya ia sempat dibuat kaget dengan kemegahan bangunan berkilau karena pantulan sinar mentari. Stella tak habis pikir seorang pegawai di tempat itu bisa membangun sebuah mansion yang sebelumnya sempat ia tinggali.

Beberapa orang memandangnya dengan tatapan aneh seperti terusik. Mungkin karena penampilannya yang sangat berbeda dari orang-orang di sekitarnya. Stella tak peduli dan misinya untuk saat ini adalah menemukan Taehyung.

"Permisi," ucapnya sedikit ragu. Stella tak yakin apakah resepsionis mengenal lelaki bernama Taehyung, sebab ia sadar begitu banyak karyawan berlalu-lalang sedari tadi.

"Ada yang perlu dibantu?" tanya resepsionis dengan ramah.

Stella semakin kikuk, namun jika ia tak mencoba maka lebih sia-sia. "Apakah aku bisa bertemu dengan Taehyung?" Wanita itu berharap sosok Taehyung dikenal oleh banyak orang, setidaknya ketampanan bagaikan aktor papan atas itu bisa menjadi andalan.

"Apa sebelumnya Anda sudah membuat janji?"

Stella bernapas lega. Artinya resepsionis tahu siapa Taehyung. "Tidak, tetapi aku harus menemuinya sekarang." Stella menunjukkan tampang memohon.

"Maaf, presdir tidak menerima tamu tanpa membuat janji terlebih dahulu," tolak resepsionis.

Helaan napas kasar dari Stella membuat resepsionis menjadi bingung. Dalam benaknya ia mempertanyakan siapakah wanita cantik berpenampilan tidak menarik yang memiliki keperluan dengan presdirnya.

"Aku mohon padamu. Setidaknya beritahu dia kalau aku ada perlu dengannya."

Resepsionis tampak segan untuk menelepon, tetapi hati kecilnya merasa tak tega melihat Stella. Ia pun menelepon dan tak lama seseorang berujar dari seberang. Sejenak ia berhenti untuk menanyakan nama. Stella yang peka langsung saja menyebutkan nama sebelum pertanyaan itu terlontar.

Dan di sinilah Stella sekarang berada. Di ruangan besar dengan tidak terlalu banyak barang-barang berada. Hanya lemari besar berisi botol-botol minuman yang sempat Stella cermati. Waktunya tak banyak untuk memperhatikan setiap inci ruangan itu. Bahkan ia tak sempat menunjukkan keterkejutannya bahwa Taehyung pemilik perusahaan besar itu.

"Kau punya nyali untuk menemuiku. Apa kau ingin menerima siksaan lagi dariku?" tanya Taehyung dengan suara berat dan seraknya. Suga yang duduk sembari memainkan pistol tidak begitu peduli dengan Stella. Lelaki itu hanya peduli dengan uang.

Rasa takut kembali menghantui Stella dan terbayang-bayang bagaimana Taehyung memperlakukannya sebelumnya. Keheningan bebarapa saat menjadikan ruangan itu semakin suram. Namun, Stella harus memberanikan diri. "Jungkook masuk rumah sakit dan kondisinya buruk. Aku di sini untuk memintamu menjadi walinya. Aku berusaha menghubungi Namjoon tetapi tidak ada jawaban dari dia," jawabnya dengan sekali napas.

Suga seketika tertawa lepas dan berhasil mendapatkan pelototan dari Taehyung. "Apa aku melewatkan sesuatu? Sepertinya seorang Taehyung sudah menjadi malaikat yang baik hati." Kemudian Suga kembali tertawa sembari memegangi perutnya.

"Kau pikir aku peduli?" kata Taehyung tanpa menunjukkan ekspresi terkejut atau khawatir.

Pertama kalinya Stella merasakan ini. Perasaan menggebu seakan-akan terdapat bongkahan batu besar yang ingin ia layangkan kepada seseorang di depannya. Ya, mungkin lebih tepatnya Stella tengah muak kepada Taehyung.

"DIA DALAM BAHAYA!" pekik Stella dengan tangan terkepal dan napas memburu.

Bentakan yang diterima Taehyung tidak berpengaruh sedikit pun. Ia tetap bersantai sembari menatap tajam Stella melalui gelas cocktail-nya. "Pergi dari sini!" perintahnya dengan tegas.

Bagaimana caranya membawa Taehyung ke rumah sakit? Benak Stella seakan kosong dan tidak ada cara lain yang dapat ia pikirkan selain menarik Taehyung untuk menjadi wali. Memang perlu keberanian besar, tetapi nyawa seseorang jauh lebih penting saat ini.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Saat itu juga, Stella terdorong dengan bokong yang menghantam keras lantai marmer. Sakit, tentu saja. Baru saja memegang punggung tangan lelaki itu, Stella telah mendapatkan perlakuan di luar ekspetasinya.

"Kumohon .... selamatkan Jungkook ..." ucap Stella dengan lirihan.

Tubuh Taehyung membeku. Napasnya menggebu seiring detak jantung yang semakin cepat. Pandangannya sedikit memburam sehingga memaksa Taehyung untuk menutup mata dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Tak lama, sentuhan lembut kembali menyapa punggung tangannya.

"Aku tak peduli apa yang akan kau lakukan padaku nanti ... setidaknya sekarang kau ikut denganku." Stella mencoba menarik Taehyung. Ajaibnya, tidak ada dorongan dan makian yang ditujukan kepadanya. Taehyung seperti anak kecil yang menuruti ke mana sang ibu membawanya.

Luar biasa! Suga yang merasa takjub dengan kejadian yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri pun mengikuti Stella. Jujur saja Suga ingin tahu siapa sebenarnya Stella sehingga membuat Taehyung masih berdiri tegap untuk saat ini.

"Pergi dengan mobilku. Ke rumah sakit mana kita harus pergi?"

Stella bersyukur ada Suga yang baik hati menawarkan bantuan. Berbeda dengan Taehyung yang masih menutup mulut rapat tanpa mempedulikan pandangan pegawainya terhadap dirinya.

"Tae, kau tidak apa-apa?" tanya Suga yang ditujukan kepada Taehyung dari tempat kemudi.

Tampilan wajah bengong dari Taehyung sangatlah asing bagi Stella. Ini pertama kali baginya memerhatikan wajah lelaki kejam dengan begitu dekat. Stella merasa kikuk mendapat tatapan Taehyung yang tidak lepas darinya. Ia berusaha menarik tangan yang sebelumnya menggenggam erat tangan Taehyung, namun lelaki itu tidak mau melepaskan genggamannya.

"Ta-taehyung?" Tidak ada jawaban yang diterima Stella. "Ada apa dengannya?" bisik Stella kepada Suga. Suara masih dapat didengar oleh Taehyung, namun tetap saja lelaki berwajah datar itu masih bergeming di tempatnya.

Suga mengedikkan bahunya. "Entahlah. Kau orang pertama yang membuatnya terlihat bodoh seperti itu."

Sesampainya mereka di rumah sakit, Stella kembali menarik Taehyung dengan Suga yang mengekor. Pukulan keras di bokong dilayangkan Suga lantaran Taehyung masih bungkam setelah dokter menanyai beberapa hal.

"Berhenti menjadi bodoh!" Suga berdecak kesal.

Akhirnya Stella dapat sedikit tenang. Ia tidak terlalu mengerti apa yang terjadi, bahkan dokter pun menjadi bingung dengan kondisi Jungkook. Seandainya ada yang bisa mengerti apa yang terjadi kepada Jungkook.

Sekelebat bayangan seseorang seketika membuat Stella berdiri. "Dokter Jimin! Kita harus memberitahu dia!" ucap Stella entah kepada siapa.

Taehyung dan Suga terdiam dan tampak tidak peduli dengan keantusiasan Stella. Suga sibuk memainkan ponselnya sedangkan Taehyung sibuk memandangi tangannya.

"Ayolah! Bantu aku menghubungi Jimin."

Suga menepuk bahu Taehyung. "Hubungi Jimin." Tatapan tajam Taehyung yang telah kembali, membuat Suga memilih menghubungi Jimin.

"Dia akan ke sini sebentar lagi," kata Suga setelah menghubungi Jimin. Ia melirik Taehyung sekilas. Lelaki itu tampak baik-baik saja. "Akhirnya kau bisa menginjakkan kakimu di rumah sakit," ungkap Suga lalu tersenyum tipis.

Mendengar ucapan itu, sontak Taehyung mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Banyak pasien dan beberapa perawat serta dokter yang berlalu-lalang. Suara batuk seorang pasien yang berjalan ke arahnya, menggema dan memenuhi pikirannya seketika.

"TAEHYUNG!" pekik Stella lantaran terkejut dengan tidak sadarnya Taehyung yang tiba-tiba.

*****

Aku kembali setelah hiatus~~

Jangan lupa vote, guys...

He is Dangerous ||KTH||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang