Empat sofa telah diduduki oleh sepuluh lelaki sembari menunggu acara dimulai. Tak butuh waktu lama sampai seorang lelaki berwajah ceria keluar dan itu pertanda bahwa sebentar lagi wanita-wanita akan menghadapi takdir mereka.
"Selamat datang Tuan yang terhormat. Saya tidak perlu berbasa-basi dan langsung saja acara pelelangan dimulai," ujar lelaki pembawa acara sembari bertepuk tangan dua kali. Terdapat name-tag bernama Willy yang menyangkut di jas lelaki pembawa acara itu.
Seketika tawa dari beberapa lelaki lepas begitu saja saat para wanita berjalan memasuki panggung dengan pakaian yang sungguh menggoda kaum adam. Termasuklah Jin yang tersenyum lebar dengan mata berbinar, seakan-akan ia baru saja menemukan kebahagiaan terbesar dihidupnya.
"Shit! Kenapa kau baru mengajakku ke sini? Kau ternyata bersenang-senang sendirian, Joon." Jin menggelengkan kepala seraya mengucap syukur karena Tuhan telah menciptakan makhluk yang begitu indah baginya.
Namjoon menanggapi dengan tersenyum tipis. Sudah sangat biasa untuknya berada di tempat itu hingga tidak ada yang bisa dia kagumi lagi. Wanita-wanita yang berdiri dengan wajah penuh takut adalah hal yang wajar dilihat. Mereka adalah wanita yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di sebuah kelab terkenal Only1.
"Kita mulai dengan wanita nomor satu," ucap Willy seraya menarik paksa wanita berambut hitam legam sampai menjadi sorotan dari semua orang. Air mata masih membekas di kedua pipinya dan bibir itu terus bergetar hebat.
"1.300.000 USD" kata lelaki tua yang duduk di sofa belakang. Wanita yang tengah dilelang pun kembali mengeluarkan cairan di kedua matanya setelah memandang seseorang yang berani membelinya dengan harga tinggi.
"1.800.000 USD" tawar yang lain. Lantas lelaki tua sebelumnya memandang bengis lelaki di samping kanannya, tetapi ia memilih bungkam dan merelakan wanita yang diincarnya.
"Saya akan mulai menghitung."
Pembawa acara menghitung mundur dari sepuluh seraya matanya melihat lelaki-lelaki penuh nafsu yang berani mengeluarkan uang sangat banyak demi seorang wanita yang nasibnya tidak begitu baik hingga berada di tempat suram itu.
Jin berbisik kepada Namjoon. "Kau tidak mau menawar? Dia wanita yang sangat cantik. Kau akan menyesal tidak membelinya."
Namjoon mendengus kasar karena ketenangannya dalam memilih terganggu oleh lelaki muda di sampingnya. "Kalau begitu, kau saja yang beli. Diam dan jangan ganggu aku," kesal Namjoon pada Jin.
Willy telah selesai menghitung dan lelaki yang berhasil membelinya tertawa puas melihat wanita yang tengah dilelang menangis sejadi-jadinya. Acara pun dilanjutkan dengan wanita nomor dua yang telah berdiri menggantikan yang sebelumnya.
Kini tubuh tinggi dengan kulit bewarna tan menjadi sasaran selanjutnya. Tidak seperti yang sebelumnya, wanita satu ini begitu tenang walau masih tertera jelas bekas tangisan yang lalu. Mungkin saja dirinya telah pasrah dan mencoba menerima nasibnya.
"1.000.000 USD" Lelaki yang duduk paling depan tampak terpana memandangi wanita yang hanya mengenakan lingerie merah darah.
"4.000.000 USD"
Namjoon sontak terbelalak setelah mendengar tawaran dari Jin. Ungkapan bodoh dilontarkan oleh Namjoon kepada lelaki di sampingnya. "Satu juta menjadi empat juta? Kau serius? Apa kau sangat bodoh dan berlebihan uang?"
"Kau berbicara padaku? Diam dan jangan ganggu aku," jawab Jin yang mengikuti perkataan menusuk Namjoon sebelumnya. Lagi-lagi Namjoon mendengus sebab bersebelahan dengan lelaki gila seperti Jin.
"Aku bertaruh bukan tanpa sebab." Jin mengedipkan sebelah mata kepada lelaki yang tengah mengeraskan rahang sambil memandanginya.
"4.500.000 USD" Lelaki itu pun tak mau mengalah dan berhasil membuat Jin menyeringai. Bagaimana pun juga ia harus mendapatkan wanita yang memandang kosong kakinya sendiri.
"Mereka saling mengenal atau setidaknya salah satu dari mereka mengenal yang lain. Oleh karena itu si lelaki berani menawar lebih tinggi," jelas Jin tanpa Namjoon bertanya.
"Bagaimana jika lelaki itu menyerah? Kau akan kehilangan uang sia-sia demi membuktikan tebakanmu itu." Seorang Jin selalu berhasil membuat Namjoon kebingungan dan terkejut dalam waktu bersamaan.
"Aku tidak asal menebak. Mata dapat menunjukkan segalanya. Aku tadi tidak sengaja melihat pandangan sekilas si wanita kepada lelaki itu. Tentu ada sesuatu di antara mereka."
"Terserah apa katamu. Dasar maniak mata." Jin terkekeh pelan mendengar perkataan Namjoon.
Wanita nomor tiga telah maju. Tidak terlalu tinggi dan memiliki freckles di wajahnya. Sesaat setelah ia berdiri di depan, lututnya terasa lemas dan tak mampu lagi menopang tubuhnya. Ia terduduk di lantai dengan cairan bening yang mulai turun.
"Berdiri!" Wajah ceria sang pembawa acara berubah drastis. Tidak ada lagi senyuman yang tersungging, hanya ada tatapan tajam dengan rahang yang mengeras.
"Berdiri!" ulangnya dengan suara yang begitu rendah. Tidak ada pilihan lain bagi wanita itu. Ia kembali berdiri dengan modal ketakutan akan lelaki di sampingnya. Sisa tenaga yang dimiliki ia fokuskan kepada kaki yang bergetar hebat.
Sampai dua menit kemudian, panggung itu hanya terisi keheningan. Tiada seorang pun yang mengangkat tangan atau mengeluarkan suara untuk membeli wanita itu. Wajah Willy semakin suram lantaran tidak ada satu pun yang tertarik pada wanita cengeng di sampingnya.
"Baiklah. Kita akan lanjut kenomor berikutnya," ujarnya tenang.
"A-apa aku bisa pergi da-dari sini?" tanya sang wanita dengan takut-takut. Ada secercah harapan yang membuat dirinya bergembira. Senyuman pun terbit di wajah berantakan itu.
"Ya, kau akan pergi melayani lelaki yang sudah menunggu di tempat lain." Dua lelaki muncul dan menarik paksa wanita yang tengah berteriak minta dilepaskan. Sungguh malang bagi siapa pun yang melihatnya, terkecuali bagi orang-orang yang hanya memiliki setitik rasa kasihan.
Satu per satu wanita kembali di lelang. Lelaki pertama yang telah membeli wanita nomor satu bahkan sudah membeli wanita lainnya. Tidak seperti Namjoon dan Jin yang masih tidak mengeluarkan sepersen pun.
"Dia adalah wanita terakhir," ujar si pembawa acara.
Wanita yang tak lain adalah Stella merematkan jari-jemarinya lantaran begitu takut dan gugup sekaligus. Keringat dingin telah membasahi wajah dan sekujur tubuhnya, sehingga membuat dirinya tampak sangat menggoda bagi para lelaki yang duduk di sofa. Lingerie hitam dipadukan dengan kulit yang putih bersih, ditambah dengan wajah cantik yang begitu mempesona, sangat menarik atensi semuanya.
"3.500.000 USD," tawar lelaki tua yang telah membeli dua wanita.
"4.800.000 USD," timpal lelaki lain yang tidak mau mengalah.
"Dasar orang-orang miskin. 6.200.000 USDx," ucap lelaki yang dapat dikatakan paling tua di antara lainnya, jelas terlihat dari kerutan yang mendominasi wajahnya.
Willy tersenyum dengan tawaran tertinggi di malam ini. "10 ... 9 ... 8 ... 7 ... 6 ...."
"6.900.000 USD."
Jin membulatkan mata dengan sempurna. Tidak disangka olehnya Namjoon rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membeli seorang wanita.
"8.300.000 USD." Pak tua tidak mau mengalah.
"10.000.000 USD." Namjoon berucap dengan santai.
"12.500.000 USD." Senyum tersungging di bibir milik lelaki tua.
Namjoon mendelik dan menyeringai tipis. Hanya Jin sendiri yang dapat melihatnya. Jin merasakan perasaaan menggebu-gebu mendengar dua lelaki kaya yang tidak mau mengalah satu sama lain.
"14.000.000 USD."
"15.300.000 USD."
"17.400.000 USD."
Jin menyapu rambutnya kasar. Ia kesal dengan penawaran terus-menerus dan memakan waktu yang lama. "Diamlah kalian para lelaki tua. Dia milikku," pekik Jin sehingga mencuri atensi semua orang.
"Anda menawar harga berapa, Sir?" tanya Willy.
"10.000.000.000 USD"
***
Makasih udah baca dan jangan lupa untuk VOTE ya~
Hayoooo gimana part ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Dangerous ||KTH||
RomanceHarap bijak dalam mencari bacaan! Banyak adegan kekerasan dan kata-kata tidak sopan ⚠️⚠️ Kim Taehyung, lelaki yang menderita penyakit serius hingga menjadikan dirinya mendapat predikat lelaki berbahaya bagi siapa saja. Hidupnya telah hancur karena p...