15. Danger!

113 14 6
                                    

Jimin dengan telaten mengobati luka memerah bekas siraman air panas di kaki Stella. Tidak hanya itu, di sekitar luka itu pun telah berubah hijau kebiru-biruan. Jimin tidak habis pikir bagaimana Stella bisa berlarian dengan kaki seperti itu. Bisa jadi rasa khawatirnya kepada Jungkook-lah yang menjadikannya lupa akan sakit yang diderita.

"Setelah ini kau harus mengobatiku, Brengsek!" ujar Jin yang berdiri sambil bersedekap. Sesekali ia meringis sembari memegang luka lebam di bawah mata dan di sudut bibirnya.

Stella menjadi gugup. "Ma-maafkan aku, Jin. Aku terlalu cepat menarik kesimpulan." Stella merutuki kebodohannya yang mengatakan kepada Jimin dan Suga bahwa Jin merupakan dalang dari semua yang terjadi kepada Jungkook. Karena perkataannyalah lebam di wajah Jin tercipta yang bersumber dari bogeman Jimin.

Hati Jin menggelegak dengan suhu hampir mencapai titik didih sempurna. Apa yang ia lakukan sampai wajah tampannya harus menerima bogeman keras? Untung saja Stella meminta maaf dengan tulus dan kecantikan paripurna yang terpeta di wajah Stella membuat Jin tak bisa berbuat apa-apa selain menggerutu dan memaafkan.

"Dia sudah sadar," ucap Suga yang baru saja memasuki kamar Jungkook. Matanya melirik sekilas ke arah Stella, kemudian beralih ke Jungkook yang terbaring lemah di kasurnya. "Apa tidak seharusnya kita membiarkannya di rumah sakit?" tanya Suga yang ditujukan kepada Jimin.

Sudah dua jam lamanya mereka sampai di rumah dengan membawa dua orang yang tidak sadarkan diri. Jimin datang tergesa-gesa bersamaan dengan Jin yang datang untuk melihat 10 miliarnya. Melihat pertengkaran Jin dan Jimin menjadi hiburan bagi Suga. Perhatiannya lebih tertuju kepada Stella.

"Dia lebih aman di sini dan kalian tidak perlu khawatir karena ada aku di sini." Jimin terdengar menyombongkan dirinya, namun begitulah apa adanya. Dokter bernama Park Jimin itu ahli dalam banyak hal, satu di antaranya botani. Ia ahli menyangkut opium dan juga racun.

Kecemasan terpahat jelas di raut wajah Stella. Jungkook masih tak sadarkan diri, tetapi setidaknya wajah menggemaskan itu tidak sepucat sebelumnya. "Syukurlah. Jadi, siapa yang dengan teganya melakukan ini semua?" Pertanyaan itu kembali berputar-putar di benak Stella.

Jimin berspekulasi ini terjadi karena ulah lawan bisnis dari Taehyung maupun Namjoon. Kedua orang itu menjadi ancaman bagi banyak pebisnis. Ini bukan pertama kalinya terjadi. Beberapa kali para pebisnis itu mengancam nyawa Taehyung atau Namjoon dengan melakukan sesuatu yang licik seperti menyewa pembunuh bayaran. Jungkook yang menjadi bagian dari keluarga itu pun menjadi sasaran empuk bagi para musuh.

"Racunnya menyebar cepat. Untung saja kau cepat membawanya ke rumah sakit sehingga penyebaran racun itu melambat. Aku tahu racun ini dan tidak sembarang orang mendapatkannya. Semua pasti berhubungan dengan Namjoon atau pun Taehyung," jelas Jimin.

Ketukan pintu membuyarkan konsentrasi mereka dalam berpikir. Telah berdiri di ambang pintu sosok Taehyung sembari bersandar dan melipat tangannya. Kentara dari raut wajahnya jikalau ia tengah menahan amarah.

Suara serak Taehyung pun menggema di kamar yang telah sunyi itu. "Kau ..."-dagunya bergerak seolah-olah menunjuk satu orang-"... kemari!"

Stella tahu bahwa dirinyalah yang menjadi sosok yang diinginkan Taehyung untuk mendekat. Jantungnya berdegub dua kali lebih cepat dari biasanya. Ia pun melangkah sambil menerka-nerka apa yang dilakukan Taehyung kepadanya.

Mereka berdua hilang di balik pintu dan menyisakan Jimin dengan rasa khawatir dan Suga yang masa bodoh. Bukan mustahil kalau Stella kehilangan nyawanya saat ini juga.

"Paman Jimin?"

Suara serak dari Jungkook berhasil menarik atensi dua lelaki yang menungguinya. Penglihatan Jungkook pun masih berkabut seiring dengan sakit kepala yang kembali mendera.

"Syukurlah kau sudah bangun." Jimin merasa lega Jungkook telah sadar. Terlihat dari dua sudut bibirnya tertarik ke atas dan mata yang berbinar bahagia.

Hanya sepintas Jungkook memandangi Suga yang berdiri dengan tampang sangar. Ia heran, kenapa lelaki yang selalu bersama Taehyung berada di kamarnya?

"Daging ... tadi aku membeli daging ... dan kemudian ... apa yang terjadi?" Perkelahian yang terjadi beberapa jam yang lalu telah terlupakan sepenuhnya oleh Jungkook. Ia berusaha mengingat, namun rasa sakit semakin mendominasi kepalanya.

Jimin menceritakan semua hal yang terjadi. Suga sesekali melengkapi cerita dengan memberi anggukan. Penjelasan diakhiri lima menit kemudian dengan Jungkook yang seolah-olah kehilangan kontrol tubuhnya. Mata dan mulutnya terbuka lebar dan sakit kepalanya pun sirna seketika.

"A-apa aku tidak salah dengar? Hyung jadi waliku?" tanya Jungkook untuk meyakinkan salah satu kalimat yang dilontarkan Jimin.

Jimin mengangguk. Ia juga terkejut, tetapi tidak sampai seperti Jungkook yang seperti orang bodoh.

"INI AWAL KEBAHAGIAANKU BERSAMA HYUNG!" pekik Jungkook seraya memegang kedua sisi kepalanya. "Mana momy? Di mana dady?"

Jimin terkekeh. "Stella sedang bersama Tae-"

PRANG!

Semua terperanjat dikarenakan suara pecahnya jendela yang menjadi tidak semulus sebelumnya. Terdapat satu lubang kecil yang menyebabkan retakan di seluruh kaca. Sebuah peluru telah berhasil menggores bahu seseorang dan akhirnya bersarang di perut yang lainnya.

"Sial!" umpat Suga yang langsung berlari menuju tempat Taehyung. Ternyata dua orang yang berada di luar pun ikut mendengar suara pecahan kaca. Stella berlari masuk dengan wajah terlihat khawatir sedangkan Taehyung berjalan dengan luwesnya ke arah kamar Jungkook.

"Kau diserang!" ucap Suga dengan suara tertahan. Luka di bahu kirinya bukan menjadi penyebabnya, melainkan rasa geramnyalah yang membuatnya menggeram marah.

Suara isakan sekejap menusuk pendengaran Taehyung tak lama dari Stella memasuki kamar milik Jungkook. Taehyung berani bertaruh setidaknya ada satu orang yang terluka sehingga wanita itu menangi.

Benar! Taehyung dapat melihat Jungkook yang bertelanjang dada dengan Jimin yang  berusaha menekan perut Jungkook dengan kain putih yang sudah berubah merah. Mereka serius ingin melawanku.

Ruang bawah tanah menjadi tujuan Taehyung untuk saat ini. Bukan tidak mungkin setelah adanya penembakan, maka terjadi serangakain peeistiwa buruk lainnya. Bom misalnya.

Awalnya ia ingin pergi sendiri, namun lirihan Stella yang memanggil nama Jungkook mengehntikan langkahnya. Sesaat setelah ia beepikir, Taehyung kemudian kembali berdiri di ambang pintu.

"Kau, ikut denganku sekarang!"

Rasa antipati Stella terhadap Taehyung timbul lagi. Mendapati Stella yang tidak berniat untuk mengikuti perintahnya, Taehyung menguatkan diri untuk masuk ke kamar itu dan menatrik langsung tangan Stella. Sama seperti yang wanita itu lakukan kepadanya beberapa jam yang lalu.

"Aku tak bisa meninggalkan Jungkook!" Suara itu meluapkan kekesalannya. Stella memberontak dan kembali ke sisi Jungkook yang telah kehilangan kessadarannya sepenuhnya.

Taehyung mendecakkan lidah. "Baiklah! Kalian semua ikut denganku. Di sini tidak aman!" Tak ada lagi yang bisa Taehyung lakukan sekarang. Pandangannya sudah memburam dan secepatnya harus sampai ke ruang bawah tanah.

Ini karena wanita itu! Tapi dia satu-satunya petunjuk untukku ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He is Dangerous ||KTH||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang