13 Urgent

162 31 7
                                    

Orang-orang yang tengah berkendara, dengan kesadaran penuh langsung menepi ketika mendengar suara sirene ambulans yang bersahutan. Lima ambulans melaju kencang menuju rumah sakit terdekat dari tempat kejadian perkelahian. Ambulans pertama membawa seorang lelaki tanpa luka namun dalam keadaan tak sadarkan diri. Seorang perempuan sebagai orang pertama yang mendapati banyak orang tak sadarkan diri, tengah duduk sembari terus menggenggam tangan lelaki yang tak lain adalah Jungkook.

"Bangunlah Kook ...." Belum sampai 24 jam dirinya pergi, Stella telah kembali bertemu Jungkook dengan tidak terduga. Hanya ada dua orang yang ia curigai sebagai dalang dari tak sadarnya Jungkook. Jin atau pun Taehyung. Tetapi dengan perginya dia dari rumah megah Namjoon, hanya satu orang yang patut dicurigai.

Ambulans sampai di rumah sakit. Seiring Jungkook dibawa untuk diperiksa, Stella terus mengikuti sembari menahan tangis yang siap ia curahkan. Seorang dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Jungkook. Stella masih bersyukur lantaran Jungkook hanya pingsan tanpa ada luka lainnya. Ia berharap lelaki yang tampak memucat itu segera sadar.

"Detak jantungnya melemah." Dokter yang didampingi seorang perawat segera memeriksa Jungkook melalui kecanggihan fasilitas di rumah sakit besar itu. Kentara kerutan di kening dokter.

Mendengar ucapan dokter, Stella merasa detak jantungnya ikut melemah.

"Keadaannya memburuk! Apa Anda walinya?" tanya sang dokter.

Stella gelagapan, "Bu-bukan, tapi aku tahu keluarganya." Stella tidak mengerti bagaimana pastinya keadaan Jungkook, namun melihat dari raut tegang dokter dan perawat, ia menyimpulkan keadaan lelaki itu sangatlah serius.

"Hubungi walinya."

Stella mengusap kasar wajahnya. Bagaimana caranya ia dapat menghubungi Namjoon? Stella akan memikirkan itu nanti, sekarang dirinya perlu tahu bagaimana keadaan Jungkook.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Stella dengan cemas.

"Sebenarnya untuk sekarang kami tidak tahu pasti apa yang terjadi dengannya. Ini terjadi untuk pertama kali. Tetapi yang dapat kami beritahu adalah kondisinya tidaklah baik."

Bagaikan petir yang menyambar di hari yang cerah. Stella merasakan sesak di ulu hatinya. Kaca bening di kedua matanya pun pecah membasahi pipinya. Semua terjadi karenanya. Perasaan berkecamuk dan merasa bersalah menyelimuti Stella.

"Aku harus mencari Namjoon," gumam Stella, kemudian ia berlari keluar rumah sakit. Tidak sengaja ia menubruk seseorang berpakaian pasien. Segera Stella meminta maaf dan kembali berlari. Namun, langkahnya terhenti dan kembali lagi kepada lelaki tadi. "Maaf, apa kau tahu jalan untuk ke mansion?"

"Mansion?" ulang lelaki yang tampak bingung.

"Temanku sedang darurat. Aku pendatang di kota ini dan yang aku tahu dia tinggal di sebuah mansion di dekat sini. Mansion yang serba putih di luarnya." Berdasarkan pemikirannya, mansion Jungkook tidaklah jauh dari rumah sakit itu. Stella menemukan Jungkook tidak jauh dari kediaman yang ia tinggalkan. Waktu yang dibutuhkan ambulan untuk sampai ke rumah sakit pun tidak sampai 15 menit.

"Hanya ada satu mansion bercat serba putih di sekitaran sini. Kau bisa menaiki taksi," ujar lelaki itu seraya menyebutkan alamat yang dapat dituju.

Stella mengusap tengkuknya. "A-aku tidak punya uang."

Lelaki berwajah oriental itu merasa ada yang aneh dengan Stella. Manik matanya menelisik penampilan Stella dari bawah ke atas. Terlalu cantik dan bersih untuk dicap sebagai orang tidak waras. Seorang penipu? Entahlah, lelaki itu tidak mau menduga lebih jauh.

"Pergilah," suruh lelaki tadi sembari memberikan beberapa lembar uang kepada Stella.

Pertolongan dari orang yang tak dikenal merupakan harapan yang diberikan oleh  Tuhan. Stella bersyukur di kota besar yang tidak pernah ia jejaki sebelumnya, dapat bertemu dengan lelaki yang baik hati. "Terima kasih. Berapa nomor teleponmu? Akan kukembalikan nanti."

"Tidak perlu. Sepertinya kau buru-buru. Pergilah cepat." Walau tidak mengetahui jati diri wanita aneh namun cantik di depannya, tetapi ia berharap dapat membantu apa pun yang tengah dialami oleh Stella.

"Aku pergi, terima kasih ya."

Tidak butuh waktu lama sampai taksi berhenti dan membawa Stella ke tempat kediaman yang bagaikan neraka baginya. Benar dugaannya, mansion Namjoon tidak jauh dari rumah sakit. Begitu ia sampai di depan pintu kokoh yang tertutup rapat, Stella berharap seseorang berada di rumah sehingga ia dapat menyampaikan keadaan Jungkook.

Stella mencari bel atau sejenisnya, tetapi rumah itu tidak terdapat benda-benda seperti itu. Kebingungannya sirna setelah seorang wanita paruh baya berpakaian rapi dengan rambut putih sebahu tiba-tiba membuka pintu. Senyum yang terbit namun alis yang menyatu dapat diartikan bahwa wanita paruh baya itu ingin tahu siapa gerangan wanita cantik di depannya.

"Siapa kau?"

Stella seakan langsung tersadar dengan tujuannya datang ke situ. "Apa Namjoon ada di rumah? Jungkook masuk rumah sakit dan dokter meminta kehadiran walinya."

"Astaga!" Segera wanita paruh baya itu masuk dan langsung menghubungi Namjoon melalui telepon rumah. Beberapa menit terbuang dengan sia-sia, Namjoon tidak dapat dihubungi. Wanita yang bekerja sebagai pembantu di mansion itu pun mencari nomor lain yang ternyata terhubung dengan resepsionis di perusahaan Namjoon.

Wanita tadi menutup telepon dengan kecewa. Resepsionis mengatakan Namjoon belum tiba di kantor dan tidak tahu di mana keberadaan lelaki itu. Stella ikut kecewa. Otaknya kembali berpikir siapa lagi yang dapat ia minta pertolongan.

"Aku akan menghubungi Jin."

Mata Stella membulat sempurna mendengar penuturan Rose si pembantu yang baru ia tahu namanya. "Jungkook terluka karena Jin. Bisa-bisa dia membunuh Jungkook. Lebih baik ..." Stella menggigit kukunya dan seketika nama seseorang terlintas dipikirannya. "... Lebih baik kita memberitahu Taehyung."

Rose tampak tidak yakin dengan ide itu. "Lebih baik kita menunggu kabar dari Namjoon." Ya, Rose lebih menyukai idenya. Pilihan buruk menghubungi Taehyung untuk menjadi wali dari Jungkook. Ia lebih percaya bahwa Taehyung-lah yang dapat membunuh Jungkook.

"Kondisinya memburuk. Kita harus cepat. Ayolah, tidak ada pilihan lain untuk saat ini."

Tidak ada pilihan lain, Rose menghubungi nomor majikannya. Nihil, tiada jawaban dari seberang.

"Di mana alamat tempat kerja Taehyung? Aku akan ke sana."

Rose terkejut bukan main. Ia menebak Stella hanya mengenal Taehyung luarnya saja.

"Kau serius? Aku tidak tahu siapa dirimu, tetapi aku dapat mengatakan dengan pasti bahwa Taehyung tidak akan peduli dengan Jungkook." Rose mengkhawatirkan nasib wanita yang ia yakini adalah kekasih Jungkook.

"Kita tidak tahu sebelum mencobanya. Berikan saja alamatnya ... dan aku ingin meminjam uang untuk naik taksi."

Rose menyerah menghadapi wanita keras kepala di sampingnya. Alamat perusahaan Taehyung pun ia berikan bersama beberapa lembar uang. Sebelum perginya Stella, ia sempat bertanya nama dari Stella. Rose lega Jungkook yang malang mendapatkan kekasih yang baik hati.

"Semoga Tuhan melindungimu, Nak," lirih Rose seraya menatap punggung Stella yang menghilang di balik pintu.

***

Jangan lupa vote ya guys~~

Btw, alurnya kelamaan gk sih?

He is Dangerous ||KTH||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang