12 Run

164 34 21
                                    

Masih beberapa jam lagi untuk malam hilang ditelan cahaya mentari. Rasa kantuk tak menghampiri seorang wanita yang tengah berbaring di samping Jungkook. Terlalu banyak yang ia pikirkan hingga merasa tidak tenang untuk memejamkan mata.

"Kook, apa yang harus kulakukan?" tanya Stella seraya menatap sendu wajah Jungkook yang tertidur pulas menghadapnya. Wajah yang terhiasi memar yang telah memudar itu selalu tampak bahagia, bahkan di saat tidur pun membawa kedamaian bagi siapa saja yang melihatnya.

Hubungan Stella dengan Jungkook hanya sebatas teman yang baru saja berkenalan, tidak lebih. Tetapi kenapa dua lelaki mengancam dengan Jungkook terluka sebagai akibatnya? Apa salah Jungkook?

Meski hanya beberapa saat, Stella merasa Jungkook lelaki yang baik hati. Jika suatu saat nanti Stella salah menduga, tetap saja wanita itu yakin Jungkook lebih baik dibandingkan dengan orang-orang yang berada di sekitar Jungkook.

"Jika aku pergi, maka kau akan terluka oleh  Jin. Jika aku tetap di sini, maka kau akan terluka oleh Taehyung. Lalu apa yang harus aku lakukan?" Tidak cukup membuat Stella gundah dengan keadaan Jungkook nantinya, Stella pun harus memikirkan apa yang harus ia lakukan jikalau nanti harus menetap ataupun melarikan diri.

Memikirkan itu semua membuatnya haus. Walau malas seketika menghampiri karena sejuknya malam hari, Stella memutuskan tetap turun ke dapur sekadar melepas dahaga.

"Matilah aku!" kata Stella saat dirinya berpapasan dengan Taehyung di ujung tangga. Wanita yang berada dalam kekalutannya tidak tahu pasti apa yang Taehyung lakukan di dapur selain memegang cangkir dengan kepulan uap.

"Kau dibawa oleh lelaki sialan itu. Mungkin karena itulah ancamanku mengenai Jungkook tidak mempan padamu." Melihat Stella yang ketakutan mengingatkannya dengan kejadian tempo dulu. Kilasan lama yang terbayang lagi semakin menyulut emosinya saat ini.

"Pergi!" gumam Taehyung sembari tertunduk. Bahkan untuk menatap wajah Stella, ia tak sudi. Bukan karena wajahnya, namun keberadaan seorang wanita yang ada di rumahnyalah penyebabnya.

Stella membeku di tempat. Hawa dingin dari Taehyung seakan menusuk saraf-sarafnya hingga perintah otak untuk lari diacuhkan. Dua orang di lantai dasar mampu menyelimuti seluruh rumah dengan aura mencekam.

Taehyung dapat melihat ujung kaki Stella yang masih betah di tempat. "AKU BILANG PERGI!" Seiring dengan bentakan itu, air hitam pekat yang beruap panas meluncur mengikuti ayunan sang pemegang cangkir ke arah wanita yang diam membeku.

"Aaaakh!" Stella merintih kesakitan seraya terduduk dan mengipas kaki kanannya yang terasa nyeri. Tangan yang bertugas sebagai kipas tidak memberikan efek besar. Rasa panas semakin menjalar ke sepanjang kaki kanannya. Mata yang berair telah tumpah dan menetes ke kaki yang semakin memerah. Tetesan air mata yang mengenai nyeri di kakinya bagaikan penyejuk saat ini.

Cangkir yang telah kosong jatuh dan berderai, menimbulkan suara nyaring dikesunyian malam. "Kau pikir aku main-main dengan ucapanku?" ujar Taehyung seraya mendekatkan diri ke korban siramannya.

Taehyung berhenti di depan genangan air hitam berada. "Apa kau masih mau di sini?" tanya Taehyung layaknya orang bertanya kepada teman yang masih ingin bersantai di kantin.

Stella menggeleng kuat. Cairan bening di kedua sudut matanya terus mengalir. Keadaannya yang mengenaskan tidak berpengaruh kepada Taehyung yang berhati iblis. Stella tahu apa yang harus dia pilih. Aku harus pergi.

Walau berjalan dengan kaki yang pincang, tidak menghentikan tekad Stella untuk pergi dari sana. Kepergiannya di malam hari hanya disaksikan oleh Taehyung yang bersandar di pintu utama.

Suhu meninggi ketika sinar mentari mulai muncul memapari bumi. Lelaki yang bergulung dalam selimut terbangun hanya untuk melihat wanita yang tidur di sampingnya. Matanya gagal untuk terpejam kembali lantaran tidak menemukan sesosok wanita yang dipanggilnya dengan sebutan mommy.

He is Dangerous ||KTH||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang