.
.
.
"Annyeong nae dongsaeng...
Adakah yang merindukanku?" Sapa lelaki itu sambil tersenyum lebar.Kedua mata Mingyu dan Jisoo terbelalak. Dengan rasa dan pikiran yang berbeda. Jisoo berbinar senang, tak percaya hyung kesayangan nya itu berkunjung dengan cepat. Bahkan Jisoo mendengar kabar kedatangan nya baru kemarin siang, dan kini Seungcheol sudah berada di depan matanya.
Menyapanya dengan senyuman yang sejak lama ia rindukan. Sejenak ia melupakan pertengkaran kecil yang terjadi antara dia dan Mingyu beberapa menit lalu."Seungcheol hyung?! Benarkah itu kau?"
Jisoo sedikit menaikkan nada suaranya tak percaya dengan apa yang dia dapati. Binar senang tersemat di wajahnya yang pucat. Terburu-buru menyampaikan perasaan bahagianya membuatnya lupa nyeri di kepalanya yang kini semakin berdenyut sebab tekanan tinggi yang terjadi pada kinerja otak. kembali menyandarkan kepala pada punggung ranjang sembari memejamkan mata dengan kening berkerut tajam. Seungcheol masih berdiri di ambang pintu menyadari Jisoo yang tidak dalam keadaan baik-baik saja langsung mengahampiri Jisoo dengan panik.
"Kau tidak apa-apa, Jisoo-ah?" tanya Seungcheol sembari menyentuh kening Jisoo yang di rasanya panas dari punggung tangannya.
"Tidak perlu berlebihan oppa, Jisoo oppa hanya sakit demam seperti orang pada umum nya," ungkap Yeji dengan ketus.
"Aku pergi." Suara bass sedingin bongkahan es yang membeku di gunung Everest membuat Yeji yang sedang berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada menyaksikan kedua sejoli yang sedang di rundung duka-menurut Yeji- dan Seungcheol yang sedang memasang raut khawatir menjatuhkan tinggi badan nya di samping ranjang serta Jisoo yang sedang berbaring lemah tengah mengatasi sakit pada kepalanya, serempak memusatkan atensi mereka pada Mingyu. Mingyu berdiri dengan cepat dari kursi yang di duduki mencipatakan bunyi decitan disana, memasang ekspresi sedatar papan tulis, membuat Seungcheol dan Yeji tercengang bingung sembari saling melempar pandang seolah bertanya 'ada apa dengan nya?' Lalu di balas dengan cengiran seakan ia mengerti dari Yeji.
Jisoo langsung tersadar oleh kondisi mental rusak Mingyu beberapa saat lalu yang ternyata tak membaik hingga kini, membuang napas panjang. Lihatlah, betapa kekanakan seorang Kim Mingyu dengan tingkah bodohnya. Andaipun Mingyu berdalih dengan suatu masalah yang dimilikinya dengan Seungcheol, Jisoo tetap tidak akan menerima alasan itu yang menjadikan nya bertingkah bodoh seperti sekarang. Menatap punggung lebar Mingyu yang melesat pergi dari kamarnya.
"Mingyu? Tunggu--" Seungcheol yang tidak menyadari wajah dingin Yeonjin sejak tadi kini merasa canggung dan bingung. Ia ingin melempar protes pada ucapan Mingyu namun sialnya tatapan membunuh Mingyu yang di lemparkan pada nya membuat nyalinya seketika menciut dan lupa dengan apa yang baru saja akan dia katakan.
"Pffftt ...." Yeji menutup mulut dengan tangannya menahan tawa.
Seungcheol mengernyit bingung melihat ekspresi absurd milik Yeji. Sedang Jisoo hanya merotasikan mata, paham akan jalan pikir Yeji yang pasti sangat aneh itu.
"Ada apa dengan Mingyu? dia terlihat tidak menyukaiku." Seungcheol mulai mengutarakan sesuatu yang mengganjal di hati.
"Ahh, aku pikir Mingyu sedang marah denganku hyung. Dia memang begitu jika sedang marah, kekanakan sekali.
Jadi abaikan saja." Lagi-lagi Jisoo merutuki Mingyu dalam hati, Merepotkan saja. Waktu yang seharusnya meriah dengan kedatangan Seungcheol jadi runyam karena mood kusut Mingyu yang entah dari mana asalnya."Mingyu sama sekali tidak berubah," kekeh Seungcheol dengan perasaan yang mulai lega.
Seungcheol sangat mengenal sifat Mingyu. Kedekatan nya pada Jisoo di mulai sejak ia kehilangan ponsel miliknya di taman bermain, membuatnya harus berkeliling panik menghampiri semua tempat yang sekiranya dia datangi, hingga sosok pemuda berparas imut berlari tersengal-sengal kearahnya, memberikan barang berharganya yang tengah dia cari hampir pasrah itu. Setelah berbincang ringan keduanya sama terkejut setelah mengetahui fakta bahwa mereka satu sekolah dan lagi Jisoo adalah adik kelasnya. Semenjak itu mereka sering bertemu, atau lebih tepatnya Seungcheol yang mendatangi kelas Jisoo, dan selalu di sajikan ekspresi jutek makhluk jangkung yang selalu menempel pada Jisoo di manapun dia berada bagai anak itik yang setia mengekor induknya. Akhirnya Seungcheol mengetahui fakta baru tentang Mingyu yang tidak suka di abaikan dari Jisoo, karena Jisoo akan lebih memfokuskan perhatian nya pada Seungcheol saat ia datang di banding Mingyu. Dan Seungcheol memutuskan untuk bertemu Jisoo saat di luar sekolah saja, mengajaknya jalan-jalan tanpa Mingyu tentunya. Entah mengapa Seungcheol merasa sangat nyaman berteman dengan Jisoo walaupun berbeda usia. Ia hanya merasa sangat cocok dengan karakter Jisoo yang apa adanya, mungkin itu bisa menjadi alasan untuknya.
"Dia memang tidak akan pernah berubah, sampai berhasil mendapatkan cinta sejatinya, aku pikir begitu." Lanjut Yeji di sertai kikikan geli.
"Jinjja? Senang rasanya mendengar Mingyu menemukan cinta yang normal." Seungcheol menganggukkan kepala menyetujui kabar positif yang dia dengar.
Sejak dulu Seungcheol tahu Mingyu tak pernah memiliki kekasih ataupun wanita yang nampak di sukainya. Dan itu terlihat sangat tidak masuk akal bagi seorang Seungcheol yang kerap bergonta ganti pasangan. Dan ia hanya mampu menampilkan wajah datar setelah mendengar jawaban absurd dari Jisol. 'Mingyu tak bisa jatuh cinta pada manusia karena cintanya telah berlabuh pada PC'.
"Cinta yang normal? Kupastikan kau mencabut kata-katamu oppa setelah mengetahui siapa cinta sejatinya itu." Yeji memasang tampang polos, seakan perihal yang dia ketahui itu sangatlah tinggi untuk spekulasi seorang bocah.
"Yeji, bisakah kau membuatkan ku minuman hangat? Badanku terasa menggigil." Paham kemana arah pembicaraan Yeji, Jisoo segera mengalihkan pembicaraan agar Seungcheol yang tidak mengenal Yeji dengan baik akan mengambil kesimpulan jika apa yang di ucapkan Yeji itu serius, dan begitu adanya.
"Apa suhu badanmu semakin tinggi? Biar kupanggil eomma." Yeji langsung mengulurkan tangannya hendak memastikan suhu panas Jisoo namun langsung di tepis oleh sang empu.
"Tidak, aku hanya ingin sesuatu yang hangat." Jisoo menatap Yeji dengan tatapan memohon.
"Ahh, baiklah"
Yeji mulai melangkahkan kaki menuju pintu lalu menutupnya pelan.
"Aku tidak tahu jika kau sedang sakit Jisoo-ah, sudah sejak kapan?" Seungcheol kembali memulai obrolan tak membiarkan hening menengahi mereka, meski dengan perasaan campur aduk seperti adonan pancake. Percayalah, Jisoo yang sakit saat ini tampak lebih imut dan menggemaskan, di tambah beberapa helai rambut hitamnya yang terjatuh di atas kening memberikan kesan manis di sana.
"Sejak kemarin--"
Brakk!
Sontak Seungcheol dan Jisoo menoleh kearah pintu yang di buka dengan kasar itu dan mendapati Yeji sedang berdiri di sana sambil menaik turunkan alisnya sebelum pintu itu kembali tertutup cukup keras meninggalkan hening yang sangat di hindari Seungcheol sebelumnya.
Seungcheol tersenyum kikuk, menggaruk tengkuknya yang tak gatal meski sebenarnya ia tak mengerti maksud tindakan Yeji. Sedang Jisoo membuang napas kasar merutuki keanehan sosok wanita yang menjelma menjadi adik kandungnya itu. Terlebih di depan Seungcheol yang tidak mengenal karakter aneh Yeji, ia harus menahan rasa malu berlipat-lipat.
TBC.
Votment juseyo~☆
@purple story.
-sen,2,3,2020-
KAMU SEDANG MEMBACA
BEst FRIEND | Minshua
Romance-sahabat? Tentu saja mereka adalah sahabat, tapi mungkin mereka tak menyadari ada 'sesuatu' yang bersembunyi di balik kata itu-