"Jisoo! Jangan lupa buang sampah!"
Teriakan sang ibu membuat Jisoo menghentikan gerakannya yang hendak menutup pintu kamar.
"Yeji saja eomma! Aku sudah tidak bisa menahan kantuk!" balas Jisoo berteriak.
"Yeji sedang cuci piring. Kau pikir jam berapa sekarang, apa yang kau lakukan semalam, hah?!" bentak Ibu Jisoo sudah berdiri di ujung anak tangga, menatap Jisoo.
"Eomma, bahkan dunia ini tahu kalau minggu adalah hari untuk tidur," balas Jisoo memelas. Ayolah, sejak pagi bahkan dia belum bertemu dengan tempat tidurnya. Tetapi ibunya itu terus saja mengulur waktunya untuk berjumpa dengan ranjang.
"Tidak ada kata tidur sebelum kau menyelesaikan tugasmu, Hong Jisoo!"
Jisoo membuang napas panjang, dia melangkah tanpa daya, kantong plastik hitam berukuran besar itu diseretnya keluar halaman rumah. Wajahnya ditekuk merunduk, diam-diam dia merutuki ibunya, mudah sekali langsung memerintah, lagi perintahnya tidak bisa ditolak!
"Hai Jisoo ..."
Jisoo lantas mendongak. Mendapati Seungcheol berdiri di depan pagar rumah tersenyum menyapanya. Dia merasa ada yang berbeda dari Seungcheol saat ini lalu menatapnya saksama dari ujung sepatu hingga kepala.
"Wah, apa hyung mau berkencan?" Jisoo tidak bisa menahan tanyanya setelah melihat penampilan Seungcheol yang terbilang amat rapi untuk di hari libur ini. Bahkan dirinya saja belum menyempatkan diri untuk ke kamar mandi walau hanya sekedar mencuci muka.
"Ya, berkencan denganmu," balasnya dengan senyum yang masih setia menghiasi wajah tampannya.
"Hah?"
Seungcheol tertawa lalu mengusak rambut Jisoo gemas."Aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke suatu tempat. Bukankah kencan itu berarti menghabiskan waktu berdua?"
Sret!
"Tidak bisa, Jisoo sudah memiliki janji denganku."
Mingyu mencengkeram pergelangan tangan Jisoo dan memberikan tatapan tajam pada Seungcheol. Jisoo mendengus pelan, merotasikan mata, resah dengan kelakuan Mingyu yang tiba-tiba datang dan memotong pembicaraan seenak jidatnya. Dan lagi dia tidak ingat memiliki janji dengan Mingyu, mengingat dia hanya ingin mengabdi dengan tempat tidur selama waktu libur berlangsung.
"Aku ingin mendengarnya langsung dari Jisoo," balas Seungcheol tegas, mencoba melawan aura membunuh Mingyu yang terasa semakin pekat setelah mendengar sahutan darinya.
"Hah?! Kenapa kau keras kepala sekali, perkataanku sudah mewakili Jisoo!" Suara Mingyu naik beberapa oktaf.
Tanpa mereka sadari Jisoo telah melenggang pergi dari sana, melanjutkan tugasnya membuang sampah. Dia hanya mengembang kempiskan lubang hidung saat mendengar pertikaian antara Seungcheol dan Mingyu yang di rasanya sangat konyol. Tiba-tiba sebuah ide cemerlang muncul dalam kepalanya, segera ia berlari memasuki rumahnya.
"Sudah kukatakan, aku ingin mendengannya dari Jisoo bukan dari mu bocah, kenapa kau mengesalkan sekali?"
Seungcheol menahan kekesalannya, lantaran setiap dia ingin berhubungan dengan Jisoo, entah dari sambungan telepon atau bertemu secara langsung tak jarang Mingyu selalu mematahkannya. Lama-lama dia merasa mengapa Mingyu jadi terlihat seperti kekasih yang over protective pada Jisoo?
"Apa kau cemburu denganku, wahai teman Jisoo?" Seungcheol menyeringai sambil menekan kata 'teman' membuat darah Mingyu seketika mendidih sampai ujung ubun-ubunnya.
Srak!
Mingyu menarik kerah kemeja Seungcheol dengan cepat.
"Apa kau sedang menantang mantan adik kelasmu ini, hyung?" Mingyu memasang seringai mengerikan dengan tangannya yang sudah mengepal kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEst FRIEND | Minshua
عاطفية-sahabat? Tentu saja mereka adalah sahabat, tapi mungkin mereka tak menyadari ada 'sesuatu' yang bersembunyi di balik kata itu-