- Tidak bermimpi -
Nyonya Hong tengah berkutat dengan peralatan dapur. Sesekali mulutnya bersenandung, menyanyikan lagu-lagu klasik kesukaannya. Sepertinya pagi ini suasana hatinya sangat lah baik, terlihat dari seumbar senyum yang senantiasa merekah di wajahnya.
Nyonya Hong mulai meletakkan hidangan pagi di meja makan, dia berencana membangunkan Jisoo dan Yeji begitu sarapan telah siap. Kedua kakinya melangkah menuju tangga, tetapi belum sempat dia melintasinya, terdengar seseorang menyerukan namanya dengan heboh dari arah ruang tamu.
"Hyeoyon! Hyeoyon-ah!"
Hyeoyon, selaku pemilik nama, menghela napas singkat. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada Yuri sahabatnya itu, sehingga harus berteriak heboh di pagi hari yang cerah ini."Ada apa denganmu, Yuri-ah?" Hyeoyon menghampiri Yuri, melihat kondisi Yuri yang berantakan dan itu membuatnya khawatir.
"Anakku, anakku hilang, Hyeoyon!" Yuri mengguncang tubuh Hyeoyong sementara suara tangisnya pecah.
Yeji mengerutkan kening kala mendengar suara tangisan yang menurutnya lebih mirip pekikan kuda itu. Dia meletakkan sisir di atas nakas, begitu usai mengepang satu rambutnya. Mengamati penampilannya sesaat pada pantulan cermin, lantas bergegas meninggalkan kamar.
Yeji semakin tidak mengerti kala mendapati ibunya mengusap-usap punggung ibu Mingyu sembari mendengarkan ceritanya. Dia tidak bermaksud lancang mendengar pembicaraan orang dewasa, tetapi mendengar bagaimana nama Mingyu terus disebut-sebut membuatnya reflek bersembunyi di balik tangga, mencuri berita.
Yeji tidak bermimpi, tetapi semalam dia mendengar suara berisik dari kamar kakaknya. Dia jadi berpikir jika itu ada kaitannya dengan manusia jelmaan babi itu-Mingyu. Yeji menggeram, mengepalkan tangan. Dia ingin menendang Mingyu agar terjun sampai antartika jauhnya, dan jangan kembali untuk selamanya.
'Dasar, parasit!'
Yeji mencecar dalam hati, dia bergegas menaiki tangga, tubuhnya pun membungkuk agar tidak terlihat oleh dua wanita dewasa yang sedang duduk di sofa sana.
●°○°●
Jisoo mengerjapkan mata ketika secercah cahaya mengusik tidur pulasnya. Kedua matanya masih terlalu berat untuk dibuka, dan itu membuatnya semakin mengeratkan pelukannya pada guling.
Jisoo merasakan pelukannya sangat nyaman, membuat tubuhnya menolak keras untuk bangun. Kini dia merasakan kakinya kebas, dia ingin menggerakkannya tetapi tidak berhasil saat dia mencobanya. Jisoo memaksa matanya untuk melihat apa yang terjadi di sana.Otaknya memproses saat melihat sebuah kaki bertengger di atas kakinya, kemudian beralih pada tangan yang melingkar di pinggangnya. Jisoo lekas memutar kepala ke samping, dan mendapati wajah damai Mingyu yang tertidur tepat di sampingnya.
Jisoo mendelik begitu sadar jika yang di peluknya bukan lah guling, tetapi tubuh bongsor Mingyu, Jisoo segera menarik tangannya-mengabaikan fakta dia tidur berpelukan dengan Mingyu-dan menendang kaki Mingyu di atas kakinya dengan kuat.
Mingyu hanya mengerang pelan, dan melepas pelukannya, lantas mengubah posisi tidurnya membelakangi Jisoo.
"Bodoh, cepat bangun!" Jisoo mengguncang punggung Mingyu. Dia melirik jam di atas nakas, membayangkan bagaimana Yeji yang kerap membangunkan dirinya pada pukul tujuh membuatnya gusar.
Jisoo mendengar suara derap kaki mendekat ke arah kamarnya. Jantungnya berpacu dengan cepat seiring suara langkah kaki itu mendekat, seolah kini dia merasakan apa yang dirasakan peran utama dalam film thriller yang pernah dia tonton bersama Mingyu. Jisoo kelabakan ketika Mingyu sama sekali tidak bisa dibangunkan, mengguncang si tubuh besar semakin kasar pun tidak membuat sang empu merasa terganggu. Tidak ada cara lain selain dia melancarkan aksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEst FRIEND | Minshua
Romansa-sahabat? Tentu saja mereka adalah sahabat, tapi mungkin mereka tak menyadari ada 'sesuatu' yang bersembunyi di balik kata itu-