- epilog -

12.7K 746 131
                                    


Wanita mengenakan gaun pengantin bercorak emas itu sedang mematut diri di depan cermin yang memantulkan seluruh bayangan tubuhnya. Terlihat sendiri oleh mata kepala Jisoo bagaimana gaun seputih salju itu melekat di tubuhnya dengan juntaian yang menutupi kakinya.

Rambut Jisoo tersanggul rapi dan dihiasi pita-pita kecil berbentuk bunga. Kerah gaun yang sedikit rendah membuat kalung berlian yang tersemat di leher jenjangnya tampak menonjol. Di tambah riasan wajah yang pas hingga membuat Jisoo merasa begitu cantik dan sempurna di hari sakralnya.

"Ya ampun.. anak ibu cantik banget.."

Jisoo menoleh sepersekian detik kearah Ibunya yang baru saja masuk ke ruangan mempelai wanita dan menyatakan kekagumannya dengan raut wajah berseri-seri.

Meskipun Sandara datang dengan wajah bahagia, tapi entah kenapa Jisoo justru ingin menangis. Ia tidak menyangka sudah melalui berbagai jalan yang sulit. Kini waktunya untuk menikmati buah dari pengorbanannya. Semoga keputusannya untuk menempuh hidup baru dalam sebuah tali suci pernikahan akan menjadi awal dari kebahagiaan dan ujung dari penderitaan.

"Ibu nggak nyangka, kamu yang dulu super manja sekarang sudah mau menikah dan menjadi seorang istri"ujar Sandara dengan mata berkaca-kaca sambil mengenggam tangan putrinya.

Jisoo sudah berusaha untuk tidak menitihkan air mata, namun ternyata itu diluar kendalinya. Orangtuanya memang orangtua terbaik di dunia. Rasanya baru kemarin Jisoo berlutut memohon ampun dan menghadapi amarah orangtuanya, tapi hari ini orangtuanya hadir dengan perasaan lapang dada dan ikhlas mendampinginya di hari bahagia.

"Bu, makasih ya? Ibu sudah merawat dan membesarkan Jisoo dengan penuh kasih sayang"

"Jis, kamu nggak perlu berterimakasih. Itu sudah kewajiban Ibu sebagai Ibu kamu. Justru Ibu yang minta maaf karena nggak ada di samping kamu saat kamu melahirkan David"

"Ibu.."

Jisoo memeluk Ibunya dengan penuh rasa terimakasih.

Sandara membalas pelukan Jisoo sambil mengusap punggung putrinya. Memberi kenyamanan sehingga Jisoo merasa lebih tenang, setelah itu baru melepas pelukan kemudian menyeka air mata yang turun di pipi Jisoo.

"Sudah, gak usah nangis. Ini kan hari bahagia kamu"ucap Sandara."Ibu doain semoga hari ini lancar nggak ada halangan ya?"

"Iya, makasih Bu"

"Sama-sama. Kalau gitu kita keluar sekarang ya? Tamunya udah pada dateng, Taeyong juga udah nunggu di bawah"

Jisoo mendadak dihantui perasaan gugup.

"Bu, Ayah mana?"tanya Jisoo sambil meremas kedua tangannya.

"Aduh Jis, Ayah kamu itu dari tadi bolak-balik ke kamar mandi dan nangis disana. Ibu nggak ngerti kenapa Ayahmu bisa secengeng itu"keluh Sandara sambil terkekeh. Jisoo menimpali kekehan Ibunya tapi sebenarnya ia merasa sangat tersentuh dengan sikap Ayahnya."Gak usah khawatir. Siap nggak siap, ayah tetep dampingin kamu ke altar"

"Iya"Jisoo mengangguk tipis.

"Ya sudah, ayo keluar"

Sandara menuntun Jisoo keluar dari ruang rias sekaligus membantu putrinya yang tampak kesulitan mengangkat gaun pengantinnya.

Begitu sampai diluar ruangan, mereka langsung bertemu dengan Jaejoong yang memang sedang menanti mereka.

"Ayah.."panggil Jisoo. Ayahnya terlihat dua kali lebih tampan mengenakan setelan jas berwarna biru tua.

Sambil mengukir senyum, Jaejoong berjalan menghampiri anak dan istrinya.

"Gimana Jis? Kamu benar-benar sudah siap?"tanya Jaejoong, membuat Jisoo bernafas lebih berat sebelum akhirnya mengangguk."Kalau gitu Ayah anter ke altar sekarang, acaranya sudah mau di mulai.

DEMON [TRACK series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang