dua-debat di hari kedua

193 10 5
                                    

Raline hari ini sengaja datang pagi. Agak malas, untuk berlama-lama dirumah di pagi hari seperti ini.

Padahal hari ini adalah hari jumat. Dimana sekolah hanya untuk kegiatan ekstrakurikuler. Sebenarnya Raline malas juga berangkat sekolah.

Tapi opsi pertama yang merupakan-menetap dirumah seharian dan mendengarkan pertengkaran kedua orang tuanya yang akan merusak akal sehat-dan opsi kedua-datang kesekolah, mendapatkan uang jajan dan jauh dari kata kata kasar kedua orang tuanya-terdengar lebih menggiurkan daripada opsi pertama.

Dan, hei!

Siapa sangka chairmate Raline ini adalah anak yang rajin. Siapa lagi kalau bukan Adimas Helmi Sjah.

Raline duduk di bangkunya. Bangku sebelah Dimas yang sedang memasang wajah bosan menopang dagu memperhatikan layar ponselnya.

"Gue kira elo anaknya malesan." Kata Raline melepas tas yang dibawa.

Dimas melirik Raline malas. "Gue kira elo anti ngomong sama gue." Balas Dimas meniru nada bicara Raline.

Raline mendengus, lalu mengeluarkan ponsel pintar nya. "Kecuali lo virus Corona. Gue bakal jaga jarak sejauh mungkin dari elo."

Ponsel yang Dimas mainkan sedari tadi, dimasukkan ke dalam laci meja oleh si pemilik. Dan Dimas lebih memilih merubah posisi duduknya dan melipat tangan dia atas meja. "Jahat juga ya elo." Kata Dimas memancing emosi Raline.

"Kalau temen-temen elo yang kena virus itu gimana? Tetep elo jauhin atau milih ikutan kena virus itu?"

Raline meletakkan ponselnya. Jadi menatap serius pada makhluk yang duduk di sampingnya itu. "Gue milih ikutan kena virus. Mereka temen gue, ermmm salah. Mereka sahabat gue. Dan dalam kamus pertemanan gue, solidaritas itu tanpa batas." Raline berucap dengan mantap.

Dimas menatap manik di depannya lekat. "Lo bodoh juga ya ternyata."

"Kok lo ngajak ribut?!" Raline memandang kesal Dimas.

Sedangkan Dimas mengangkat bahunya acuh lalu bangkit berdiri membawa ponselnya. "Semoga elo cepet sadar ya. Kasian elo di goblok-goblokin melulu. Ngenes liatnya. Kayak lu gak punya temen aja."

Raline menatap punggung Dimas yang hilang dibalik pintu kelas dengan tatapan bingung bercampur kesal.






Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang