tiga-ribut

158 9 3
                                    

Entah sudah berapa lama Raline bertahan di balik bilik kamar mandi yang ia tempati ini.

Raline menatap nanar pada pintu yang terdapat beberapa coretan itu.

Kok tiga orang yang ada di balik pintu ini tega? Raline punya salah sama mereka?

Raline baru tau, apa yang dirasakan oleh orang-orang yang pernah menjadi korban gibahan Raline dan ketiga temannya itu sakit. Dan sekarang Raline yang jadi objek gibahan.











Menarik napas panjang, perlahan Raline membuka pintu dan memasang poker face nya.

Dapat Raline tangkap wajah terkejut ketiga sahabatnya, ralat mantan sahabat dan mantan temannya itu. "Lah Lin? Lu disini?" Tanya mereka kaget.

Raline mengangkat alis. "Kenapa? Kaget?" Tanya Raline balik.

Memutar keran westafel, lalu mencuci tangan. Mencoba untuk tetap tenang. "Kaget ya gue denger semua omongan kalian tentang gue?"

Dengan gerakan yang seakan mendapat efek slow motion, Raline memutar badannya dan bersandar pada pinggiran westafel menatap wajah tiga orang itu.

"Apasih Lin? Ngaco. Kita gak ngomongin elu. Kita ngomongin Raline yang lain. Gausah nyari masalah deh. Udah ayo balik kelas."

Teman Raline itu tersentak akan gerakan tiba-tiba Raline. Orang itu hingga terdorong menyentuh tembok.

"Lin, jangan gila. Gue temen lu."

Raline tertawa sinis. "Temen? Yakin lu? Gak halu? Memang elo pada mau temenan sama anak broken home kayak gue gini? Memang salah gue kalau gue punya nyokap bokap yang gak akur?! Salah gue gitu?!"

Raline menatap dengan sangar wajah di depannya ini. Lalu menurunkan tangannya yang mendorong pundak tersebut.

Raline tertawa miris. Menertawakan dirinya sendiri. Mau hidup senang ribet ya?

Raline menutup kedua matanya dengan telapak tangan kanannya. Tangan kirinya berada dipinggang. Berusaha menutupi matanya yang memanas. "Gak nyangka hidup gue ternyata seberguna itu buat kalian makan enak tiap hari, Jalan-jalan tiap hari. Semoga selalu terkenang buat lo pada. Standing applause for you all."

Brak-

Bunyi pintu keluar toilet dibanting dengan keras dari luar.

Sedangkan Raline yang baru saja mengeluarkan segenap tenaganya untuk membanting pintu hanya berjalan lemah menuju kelas.

Runtuh sudah pertahanan nya selama ini.

Topeng sok baik-baik saja miliknya hancur berceceran hanya karena omongan orang yang sudah ia percayai.

Raline berjalan sambil menundukkan kepalanya. Menyembunyikan wajahnya. Agar tidak banyak orang tau kalau saat ini dia sedang hancur.

"Don't cry. Don't be shy. Kamu cantik apa adanya... Syukuri..." Bisik seseorang yang baru saja merangkul Raline.


Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang