enam-my real friends!

138 8 3
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian Raline ribut ditoilet dan berakhir bolos bareng Dimas dan nongkrong di cafe sampai cafe tutup jam sebelas malam.

Raline dan Dimas jadi pasangan chairmate paling klop dikelas. Akur, dan makin lengket. Selagi ada kesempatan mereka pasti berdua.

Dan dari desas desus gibahan dari orang yang sok tau, ada yang bilang mereka pacaran dan apalah. Bodo amat kata mereka.

Seperti sekarang, keduanya lagi ketawa-ketawa tentang hal receh didepan kelas.

Selonjoran di lantai menghadap ke arah lapangan.

"Liat, bolanya glundung Dim. Kalau bola boleh ngomong. Pasti dia udah ngomel karena badannya yang sakit semua karena ditendang dan mukanya yang gak mulus karena nyium lapangan mulu." Kata Raline yang membuat keduanya ketawa sampai ngakak.

"Otak lo tuh yang glundung Lin!" Balas Dimas.

Sekarang gantian Dimas yang menunjuk lantai yang mereka duduki. "Lo mau tau Lin, ini lantai yang kita dudukin barusan bilang ke gua begini. 'Dimassss... Pantat kamu sama pantat Alin bau taik! Belom cebok ya???'." Dimas merubah gaya bicaranya agak dibuat cempreng.

Dan kembali sukses membuat tawa Raline menyembur. "Suara cewek Dim? Ohhh... Jadi selama ini lantai depan kelas punya kelamin. Dan itu cewek? That's amazing!"

Dimas mengangkat bahu. "Yaya, amazing. Se-amazing pikiran kita yang halu tentang benda bisa hidup." Katanya.

Raline memukul jidat Dimas. "Elo pelopornya!"

Dimas tertawa lebar. "Tapi lu seneng begitu. Dan elu member pertama dari halu things!"

Sekarang keduanya terdiam setelah lelah menertawakan hal yang tidak penting.

Kepala Raline mendekati kepala Dimas. Berbisik di telinga cowok yang baru ia kenal dekat dalam hitungan minggu yang saat ini sudah merangkap menjadi sahabat dekatnya.

"Dim, kalau perut bu Nia gue tusuk pake spidol meletus gak?" Bisik Raline bertanya.

Dimas terkekeh. Ikut melihat arah pandang Raline. "Mungkin."

"Tapi kayaknya bu Nia lebih seneng kalau lu keluarin bayinya dari dalem perutnya. Gue yakin pasti meringankan beban hidup banget."

Raline tertawa lalu bangkit dari posisi selonjoran nya. "True answer!" Kata Raline semangat sambil menarik tangan Dimas.

"Sekarang kita cau canteeeennnn..." Raline merangkul pundak Dimas yang sudah berdiri sempurna.

Membuat sosok Dimas yang jauh lebih tinggi Dari Raline harus menunduk. Dan pasrah diseret Raline dengan posisi yang jauh dari kata nyaman.




Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang