delapan-libur tiga hari pt.2

114 9 6
                                    

Raline meraba-raba tempat tidur di sekeliling nya untuk mencari keberadaan ponsel pintar keluaran terbaru miliknya. Kalau kata orang di twitter namanya hp boba.

Duk-

Bunyi sesuatu terjatuh menyentuh lantai berbalut karpet warna kuning cerah.

Raline melihat ke arah samping kasurnya. Itu dia hp bobanya! Untung tidak remuk karena tertindih badannya.

Sayang banget, ini baru masuk hari kedua dia bersama si hp boba. Kan gak lucu kalau rusak.

Jemari Raline bergerak mengusap layar ponsel untuk mematikan alarm yang disetel oleh Dimas kemarin saat mengantarnya pulang.

08.00 | MANDI LIN!

08.15 | MANDI PAKE PARFUM WOI!

09.00 | SARAPAN! OJO LALI! NEK LALI TAK TIMPUK NGANGGO KUNCI INGGRIS!

09.30 | DIJEMPUT PANGERAN BERKUDA BESI ❤🙈

Raline tersenyum lucu memandang alarm yang disetel oleh Dimas. Dan lucunya juga, kenapa dia melakukan semua yang di titahkan oleh si pengatur alarm.

Tin-

Bunyi klakson mobil dari luar rumah. Tepat pukul setengah sepuluh.

"Maaaa.... Raline pergi sama Dimas!" Teriaknya sebelum berlari kecil keluar dari rumah dengan gaya modern bercampur klasik di bagian sisi.

"Hai Javanese!" Sapa Raline ceria.

"Hai Sundanese." Sapa Dimas balik.

Raline mengatur posisi tubuhnya senyaman mungkin. "So... We go to????" Tanya Raline.

"Nongkrong." Jawab Dimas singkat.

Raline mengerutkan dahinya. Ada yang aneh dari chairmate nya ini.

"Lo ngapa Dim? Ada yang salah?" Tanya Raline.

Berteman dekat hampir sebulan kurang lebih, Raline hapal. Saat seorang Adimas Helmi Sjah bercerita, sosok itu tidak suka kalau ada yang melihat mimik wajah yang ia tunjukkan. Jadi Raline dengan sengaja bertanya sambil berfokus pada game yang ia mainkan di hp bobanya.

"Haha... You know me so well Lin. Walau kita baru sahabatan deket belom ada itungan tahun, lo tau gua banget yaa." Kata Dimas tidak menjawab pertanyaan Raline.

"Lo tau anak cowok kan Lin? Biasa lah, ribut. Dari jaman gue masih SMP. Sampe sekarang. Tapi gue sama dia udah biasa aja."

"Terus diajak nongkrong di cafe baru punya bokap dia. Gue okein aja."

"Lo gak cerita detail lo ribut kenapa loh Dim." Akhirnya Raline angkat bicara setelah mendengarkan curhatan Dimas di pagi hari yang sebenarnya agak mendung ini. Musim hujan, diawal tahun.

Dimas menggeleng. Tidak mau menceritakan masalahnya.

Raline mengangkat bahu. Oke. Dia gak maksa. Ada saatnya semua orang punya privasi. Gak semua hal bisa di ceritain. Dan ada saatnya juga, kita gak perlu bertanya, dan orang itu bakal ceritain semua masalahnya tanpa diminta.

🕊

Ada yg punya sahabat cowok juga disini???

Drop komen kalian yaaa^^





Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang