tujuh-libur tiga hari pt.1

130 8 2
                                    

Raline mengangkat ponselnya yang sedari tadi berdering dengan nyaring. Lantas menggeser ikon berwarna hijau dilayar.

"Yok! Dim! Ngape bro?"

"Jadi gak woi?! Malah tanya ngape. Dasar tua bangka!"

"Sial."

"Gue udah depan rumah elo. Nge trip kita. Cimory lah kuyy.."

"Siap bos! Lima belas menit oke? Parkir ujung jalan sana!"

Tut-

Raline bergegas mengganti pakaiannya menjadi pakaian santai yang cocok dipakai untuk jalan-jalan.

"Ma! Pa! Raline jalan sama Dimas!" Pamit Raline berteriak dari pintu depan rumahnya. Terserah mau kedua orang tuanya dengar atau tidak. Paling mereka tidak perduli.

Berlari kecil menyusuri trotoar hingga sampai di mobil yang dibawa Dimas.

"Dimas!" Sapa Raline dengan wajah secerah mentari pagi.

"Bahagia amat kayaknya?" Tanya Dimas menggoda.

Raline tertawa sambil memasang seatbelt. "Masa mau nangis? Nanti lu ngomong nya gini lagi. 'Sama orang ganteng kok nangis Lin? Mending tawa sama babang'." Kata Raline menirukan suara Dimas.

Mobil mulai melaju meniti jalanan aspal kota jakarta yang ramai.

Hingga setelah perjalanan beberapa lama, akhirnya mobil yang dikendarai Dimas sampai dikawasan puncak, Bogor.

Dimas memilih Cimory Riverside sebagai tempat tujuan mereka ke puncak.

Dimas merangkul puncak Raline. "Lin, kalau lo macem-macem. Nanti lo gue jeburin ke sungai." Kata Dimas.

"Aw atut!"

"Serius Lin. Secara muka lo tuh, tampang tampang penjahat gitu. Kan bahaya kalau gue diapa-apain."

"Serah maneh!" Ketus Raline memukul punggung Dimas.

Raline melepas rangkulan Dimas dan berjalan terlebih dahulu menuju meja yang kosong.

"Siapa yang bayar Dim?" Tanya Raline sembari matanya fokus membolak balik halaman buku menu.

"Dim???" Panggil Raline karena tidak ada sahutan.

"Gue aja kalau lo gak jawab." Putus Raline pada akhirnya.

Dimas melihat ke arah Raline lalu tersenyum tipis. "Jangan. Gue aja yang bayar disini, buat makan siang. Nah nanti malem baru elo yang bayar pas makan malem. Kita makan di warung indomie di puncak sana." Terang Dimas dengan cengiran.




Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang