🔹First

52.8K 1.4K 8
                                    

Suasana terik matahari di siang hari mulai menyengat kulit wanita cantik itu. Seorang dosen berparas cantik, putih, memiliki senyuman manis, serta body goals, sampai menjadi dosen yang paling hits di kampusnya. Wanita itu melihat alroji yang menempel di tangannya, terlihat pukul 14.00, berarti jam makan siang sudah lewat, dan sekarang waktunya pulang.

Kini perutnya terasa lapar. Wanita itu mencoba untuk pergi ke minimart terdekat membeli sesuatu untuk pengganjal laparnya. Vaira mulai berjalan ke arah zebra cross, dilihatnya kanan kiri terlihat sepi, dan akhirnya wanita itu mulai menyebrang. Namun, pada saat yang bersamaan sebuah mobil hitam melaju kencang dan dari arah yang berlawanan.

"Citttt" suara decitan rem yang mendadak.

Mobil itu berhenti mendadak, terlihat wanita itu jatuh tersungkur dan sedikit mengalami luka lecet.

"Sial!" gerutunya kesal, dengan apa dialaminya sekarang.

Wanita itu terlihat berusaha membangunkan dirinya, dan terlihatlah luka lecet di lutut dan sikunya itu. Memang, saat ini Vaira hanya memakai rok dan baju batik yang melekat pas di tubuhnya. Jadi, lukanya itu terlihat nampak begitu saja.

"Kalo nyebrang hati- hati dong!" kata seseorang yang keluar dari mobil hitam itu. Pria yang cukup tampan, putih, dengan memakai kemeja hitam yang digulung sampai sikutnya.

"Ngapain lo jadi nyalahin gue? Gue tadi nyebrang udah sepi kok, Lo yang kekencengan bawa mobilnya!" sahut Vaira membela dirinya. Memang, benar itulah yang terjadi.

"Tapi semua itu salah Lo!" tolak pria itu.

"Gue nggak terima ya, lo hampir nabrak gue tadi. Untung aja gue nggak kenapa-napa, cuman luka lecet dikit." pekik Vaira melawannya.

"Lo aja nggak hati-hati kalo nyebrang." kata pria itu tidak mau mengakui kesalahannya.

"Ngapain lo terus nyalahin gue sih, jelas-jelas lo yang--" kata Vaira yang terpotong akibat seseorang menyelanya.

"Mbak, mas, jangan debat disini dong, ini bukan rumah mbak, kalian lanjutin di rumah aja ya, kasihan tuh mereka kena macet, gara-gara kalian." kata seorang pengemudi melerai perdebatan mereka.

"Gue nggak punya hubungan ya, sama pria nggak bertanggung jawab kayak dia, jadi ngapain harus lanjutin ke rumah, lo kira gue istrinya?!" decak Vaira kesal.

"Siapa yang sudi punya istri kayak lo?" sahut pria itu dingin.

"Benar, dan nggak bakalan ada cewek yang mau nikah sama pria kayak lo!" kata Vaira melawan dengan kata pedasnya.

"Mas, mendingan masnya tanggung jawab aja, kan mas juga yang hampir nabrak mbak ini." kata seorang pengendara motor lainnya ikut melerai perdebatan mereka.

"Ya udah gue tanggung jawab." kata pria itu mendengus pasrah. "Ayo cepetan sekarang lo naik ke mobil." perintah pria itu.

"Bisa sopan dikit nggak, gue sebel banget lihat mukak lo itu." kata Vaira mendengus kesal.

"Bodo ah, atau gue tinggal."

"Serah, gue bisa kok bersihin sendiri." kata wanita itu mulai berjalan tertatih-tatih meninggalkannya.

Namun, pria itu langsung menggendongnya ala bridal style memasuki mobilnya.

"Lepasin gue, gue bisa sendiri." rengek Vaira sambil memukul dada bidang pria itu.

"Diam, atau gue--" pria itu mulai mendudukkan di kursi mobilnya langsung memakaikannya sabuk pengaman.

"Lo mau bawa gue kemana?" Tanya Vaira gusar.

"Tanggung jawab," sahutnya datar.

"Aduh bisa nggak ngomongnya nggak dikit-dikit gitu, yang jelas dong."

"Kita kerumah sakit sekarang untuk bersihkan luka lo itu."

"Kan bisa sendiri, ngapain harus ke rumah sakit?"

"Nanti infeksi, dan itu bisa buat lo terus menerus nuntut ganti rugi, gue nggak mau berhubungan terus menerus sama cewek kayak lo ini."

"Lo kira gue mau?" sahut Vaira judes.

Wanita itu menghela napasnya kasar, berharap supaya nantinya dijauhkan dengan pria modelan seperti ini.

°°°°
Arsetya hospital 🏥

Pria itu menggendongnya mengarah pada sebuah ruangan, dan kini Vaira sudah didudukkan di atas brankar.

"Suster, tolong data pasien ini." pinta pria itu.

"Baik dok." sahut suster itu menuruti perintahnya.

Vaira tidak menyangka, jika pria itu adalah seorang dokter. Jika dilihat dari penampilannya, memang sih sangat tampan. Mirip dengan dokter kebanyakan.

"Mbak, kok ngelamun?" tanya suster menyadarkan Vaira.

Vaira tersadar dari lamunannya.

"Eh, suster ada di sini?" sahut Vaira kembali menanyakan.

"Baiklah, mbak ini siapa namanya?" tanya suster yang mengisi bagian administrasi.

"Vaira Kamalana." sahut Vaira sambil menahan luka perih di kakinya.

"Umur?"

"27."

"Pekerjaan?"

"Dosen."

"Status?"

"Belum kawin, maksud gue lajang."

"Hubungan dengan dokter tadi?" tanya suster itu.

Vaira merasa janggal, "Emangnya itu masuk ke dalam pertanyaan administrasi ya sust?" tanya Vaira curiga.

"Enggak sih mbak, saya lihat dokter Valdan mesra banget gendong mbak tadi."

Vaira berpikir sesaat. Apakah suster ini menyukai pria itu? Bagaimana jika dia mempermainkan suster ini, mungkin itu akan menarik. 

"Gue calon istrinya dokter itu." ucap Vaira asal ingin menggoda suster ini.

Suster itu nampak terkejut dengan jawaban Vaira. Sepertinya ada seberkas harapan yang gugur setelah Vaira mengatakan hal itu.

"Ya udah mbak, tunggu disini dulu ya, tunggu dokter Valdannya." kata suster itu sedikit cemburu deh kayaknya.

'Mana mungkin gue calon istrinya, gue nggak sudi ketemu pria itu lagi.' gerutu Vaira dalam batinnya.

Bersambung...

VaivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang