🔹Ragu

11.5K 517 21
                                    

Wanita itu melangkahkan kakinya menuju toko kue, rencananya dia ingin membeli kue untuk suaminya itu. Memang, hari ini adalah hari ulang tahun suami tercintanya itu. Tapi cintanya bohong.

Memang sih, wanita itu tidak mengucapkan happy birthday ke suaminya, biar dikira nggak peduli gitu, kan jadinya bisa ngasih surprise nantinya.

"Mbak kue cheese chocholate satu ya" pesan Vaira kepada mbak penjaga toko cake.

"Yang kecil atau yang besar mbak?" tanya mbak cake itu.

"Yang besar aja, biar gue puas" sahut wanita itu.

"Dikasih nama siapa mbak?" tanya mbak cake itu, menanyakan nama untuk siapa kue itu.

"Suami dokterku tercinta" kata Vaira sangat santai mengatakan itu. Sedangkan mbak cake nya, tersenyum mendengar Vaira mengatakan itu.

Tapi, wanita itu tetap santai menunggu pesanannya, tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain terhadapnya alias bodo amat. Memang, hidup itu harus bodo amat, biar nggak pusing ngurusin orang yang iri sama kita, yang punya hidup kan kita, jadi terserah kita mau melakukan apa.

"Ini mbak sudah selesai" kata mbak cake, yang sudah memasukan kuenya ke kantong belanja yang sudah dibawa oleh Vaira.

"Makasih" kata wanita itu setelah selesai membayarnya.

•••••

Drt..drt..drt..

Terdengar suara dari ponsel mahal Vaira.

<<<<+62 (unknown number)>>>>

Terlihat nomor tidak dikenal meneleponnya.

"Halo" wanita itu mengangkat telponnya.

"Halo Vai, ini gue Vivi" sahutnya dari seberang sana.

"Tumben lo nelpon gue?"

"Hari ini kan ulang tahunnya pacar gue, gue mau kasih surprise buat yang beb"

"Jadi?"

"Gue mohon ya, sore ini lo jangan pulang dulu, biar nanti kemesraan kita nggak terganggu"

"Tenang aja, gue nggak ganggu kok, buat pacar lo bahagia hari ini"

"Thanks y.."

Tut..tut..Tut..

Vaira langsung mematikan ponselnya, bodo amat ngomong sama pelakor murahan.

Memang sih pelakornya perusak suasana, tapi Vaira nggak mau menggangu keuwuan mereka. Wanita itu berjalan keluar dari toko kue itu, sungguh tidak peduli lagi, mendingan kuenya dimakan sendiri, mungkin suaminya udah kenyang nanti dikasih kue sama pelakor, kan mubasir juga.

"Brukk!"

Seseorang menabrak wanita itu.

"Eh, maafin gue, nggak sengaja" kata pria itu.

Terlihat seorang pria tampan membantunya berdiri.

Vaira melihat pria itu, 'Kayaknya kenal deh, tapi dimana?' batinnya.

Akhirnya dia teringat, pria ini menolongnya saat malam itu.

"Lo Victor kan?" tanya Vaira menebak- nebak.

"Eh, lo wanita yang dimalam itu, Lo Vaira kan? Sorry gue kira bukan lo tadi" kata pria itu sambil tersenyum.

"Eh nggak papa kok, nggak nyangka kita bakalan ketemu lagi" kata wanita itu tersenyum.

"Gue kira bukan lo tadi, sumpah cantik banget sih lo"

"Apaan sih, biasa aja kali" sahut Vaira terdengar malu.

"Ya udah, gimana kalo hari ini kita ke restoran aja? Sekalian ngobrol-ngobrol gitu" tawar pria itu.

Vaira memikirkan sejenak, daripada pulang ke rumah mengganggu keuwuan orang, mendingan bersama pria ini.

"Hmm, ya udah deh" kata wanita itu tersenyum.

Vaira mengikuti pria itu ke arah mobilnya, dengan romantis Victor membukakan pintu mobil untuk wanita itu, selayaknya pacaran gitu.

"Hmm, lo kerja dimana?" tanya pria itu sekedar basa-basi.

"Gue dosen, baru aja pulang"

"Apa dosen? Wah-wah orang pintar nih"

"Eh nggak juga sih, biasa aja"

"Kalo lo kerja di mana?" tanya wanita itu.

"Gue CEO di perusahaan xxx"

Mereka mengarah ke arah restoran yang cukup terkenal dan mahal, alias tempat makannya orang sultan semua.

"Eh, nggapain makan disini kan mahal?"

"Nggak papa, ini udah biasa buat gue"

"Ayo silahkan turun"

Wanita itu hanya tersenyum di perlakukan bagai seorang kekasih. Mereka memilih ditempat mojok, biar nggak ada yang ganggu ato orang yang kepo dengan urusan mereka.

"Hari ini biar gue traktir lo sepuasnya" kata pria itu.

"Harusnya gue yang traktir lo, bukannya gue yang di traktir" kata wanita itu, mengingat pria ini pernah menolongnya.

"Nggak papa lah, sekali-kali sama cewek cantik"

Wanita itu hanya tersenyum, terkesan malu dihadapan pria itu.

"Lo udah nikah?" tanya pria itu, melihat cincin yang dipakai Vaira.

"Hmm, iya" sahut wanita itu, kayak nggak bahagia gitu.

"Yah, gagal deh, kalo gue mau temenan sama lo" kata pria itu terdengar kayak di PHP-in.

"Eh tenang aja, suami gue nggak gitu kok, dia bebasin gue mau pergi kemanapun dan sama siapapun" kata wanita itu meluruskan agar tidak salah paham.

Pria itu hanya mengangguk. Mereka bercerita panjang lebar tentang kehidupan masing-masing. Setelah mereka selesai kencan, eh maksudnya ngobrol-ngobrol gitu, pria itu mengantarkan Vaira sampai depan rumahnya.

"Makasih ya, traktiran malam ini"

"Iya sama-sama, anggep aja gue sahabat lo"

"Ya udah, masuk sana udah malem juga" kata pria itu.

"Makasih ya Victor" kata wanita itu tersenyum sangat senang.

Pria itu mengangguk sambil tersenyum.

"Bye" kata wanita itu sambil melambaikan tangannya.

Vaira berjalan menuju rumahnya, namun dia berpapasan dengan pelakor yang baru saja pulang.

"Gimana berhasil?" tanya Vaira kepada wanita itu.

"Inget, gue bakalan bikin Valdan balik sama gue lagi!" kata pelakor itu bergegas keluar, kayak baru dimarahin gitu.

"Good luck, sist" kata Vaira sedikit tersenyum, tapi kayak ngeremehin juga.

Vaira memasuki rumah itu dan terlihatlah the cold husband sudah menunggunya di depan pintu. Kayak bokap yang siap-siap marahin anak gadisnya pulang tegah malam.

"Kemana aja lo tadi?" tanya pria itu.

"Jalan sama temen gue" sahut wanita itu santai.

"Temen cowok lo?"

"Ya terserah gue dong, mau cewek kek, atau cowok lah, itu bukan urusan lo"

"Minggir sana!" kata wanita itu ketus.

Vaira langsung memasuki kamarnya, tanpa mengucapkan happy birthday ke suami tercintanya, dan menaruh kue yang dibelinya itu begitu saja di ruangan tamu.

Valdan melihat bungkusan di atas meja itu, dia langsung membukanya karena mungkin pakdoknya kepo, dan terlihat kue ulang tahun yang bertuliskan,

"Hbd suami dokterku tercinta"

Pria itu tersenyum membaca hal itu.

Berarti wanita itu peduli dengannya.

Bersambung...

VaivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang