🔹Perhatian

12.5K 517 9
                                    

Wanita itu tersadar mengerjapkan matanya, kenapa kini tubuhnya terasa hangat, seperti berada di pelukan seseorang. Vaira melihat sekelilingnya, dan terlihat seorang pria yang memeluk erat tubuhnya, dengan jarak yang begitu dekat, siapalagi kalau bukan suaminya sendiri.

Tetapi kenapa rasanya tidak ingin melepaskan dirinya dari pelukan itu, dia ingin terus berada dalam posisi seperti ini, ingin terus berada di dalam pelukan suami dokter tercintanya itu.

"Val" kata wanita itu dengan nada serak, baru bangun tidur.

Terlihat pria itu bangun mengerjapkan matanya, dan langsung melepaskan pelukannya itu.

"Sorry gue nggak sengaja" kata pria itu langsung terbangun.

Wanita itu hanya mengangguk seolah-olah terima begitu saja.

"Apa lo masih pusing?" tanya pria itu tampak khawatir.

"Dikit" sahut wanita itu.

"Ya udah nggak usah kerja" saran suami tercintanya.

"Tapi..."

"Nanti makin pusing"

Wanita itu hanya mengangguk menuruti saran suaminya itu.

"Maafin gue Vai, soal kejadian kemarin, ninggalin lo gitu aja dijalanan" kata pria itu terlihat bersalah.

Vaira hanya diam, mengingat apa yang dialaminya kemarin malam.

"Lo mau maafin gue kan?" ulang pria itu lagi.

Sedangkan wanita itu masih diam membisu, tidak menyahuti apa yang ditanyakan oleh suaminya.

"Lo diem disini, gue mau buatin bubur" kata pria itu yang mulai beranjak.

Vaira sangat terkejut, sekaligus nggak percaya. Kenapa Valdan perhatian kepadanya hari ini?

"Apa lo bisa masak? Biasanya anak mami nggak bisa masak" kata wanita itu meragukan apa yang dikatakan oleh suaminya itu.

"Anak mami?" tanya Valdan sedikit heran mendengar wanita itu menyebutnya anak mami.

"Oke, gue bakalan tunjukin kalo anak mami ini bisa masak" kata pria itu tersenyum keluar dari kamarnya.

Wanita itu menggelengkan kepalanya, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah berhasil atau tidak?

Vaira tetap menunggu dikamarnya, beberapa menit kemudian, terlihat Valdan membawa semangkuk bubur ayam yang masih hangat, memang sangat enak jika dimakan kalo sakit gitu.

Tapi berbeda dengan bubur buatannya itu, terlihat tidak enak, dari tampilannya saja tidak menarik untuk dipandang, meskipun berisi toping daging ayam yang dipotong mini-mini.

"Lo makan ya" kata pria itu menyodorkan bubur itu ke arah istrinya.


"Nggak"

"Kenapa?"

"Pasti ngga enak"


"Siapa bilang?"

"Gue tadi"

"Jangan menilai dari tampilannya, cobain rasanya dong" kata pria itu tumben bijak.

"Tapi lo harus makan biar cepat sembuh"

"Gue yakin pasti rasanya nggak enak banget"

"Cobain aja sayang"

"Sayang?"

"Maksud gue, lo harus makan bubur ini, biar cepet sembuh, gue nggak mau ngelayanin wanita manja kayak lo lagi" kata pria itu kembali ke semula.


Wanita itu masih ragu membuka mulutnya, tidak ingin memasukkan sesuap-pun bubur itu kedalam mulutnya.

"Kalo gitu biar gue suapin" kata Valdan mengambil bubur yang masih dianggurin di samping wanita itu.


Benar saja pria itu melakukan apa yang dikatakannya tadi, melakukan hal diluar nalar Vaira, dia menyuapi istrinya itu.

"Gimana enak kan?" tanya pria itu.

"Lumayan" sahut wanita itu memberikan penilaian dari segi rasa bubur buatan suaminya.


Tapi yang membuat Vaira bingung, Kenapa Valdan sangat perhatian kepadanya?

"Setelah ini minum lo harus minum obat, biar cepet sembuh" kata pria itu sambil membereskan mangkuk itu.

Wanita itu hanya mengangguk, menuruti suami dokter tercintanya.

"Val makasih ya, udah ngerawat gue" kata wanita itu dengan setulus hatinya.

"Iya, memang ini sudah tanggung jawab gue" kata pria itu sambil tersenyum.


Bersambung...

VaivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang