🔹Takdir

10.8K 446 20
                                    

Vaira berlari mengikuti suster yang membawa suaminya ke ruangan operasi.

"Maaf nyonya, anda tidak boleh masuk" ucap suster menutup pintu ruangan operasi.

Vaira menangis terisak memeluk lututnya. Semoga saja pria itu baik-baik saja.

"Hiks, hiks, hiks, Valdan" isaknya.

Hari ini Vaira sangat berharap, semoga pria itu tidak kenapa- napa. Harusnya dirinya yang tertembak, bukan Valdan, tapi pria itu menyelamatkannya.

"Mommy" ucap seorang anak kecil, mendekat kearahnya, yaitu putranya Vero.

Vero kini berada di depannya, Vaira langsung memeluk anaknya itu.

"Vero, maafkan mommy, hiks, hiks, mommy, tidak bisa menjaga daddymu" kata wanita itu menangis terisak.

"Mommy" Vero memeluk ibunya erat.

"Mommy berjanji, kalo nanti daddy Vero sembuh, kita akan tinggal bersama daddy"

"Beneran mom?"

Vaira mengangguk, mencium kepala putranya. "Kau harus berdoa agar daddymu baik- baik saja"

Anak itu mengangguk, "Vero akan doain daddy biar cepet sembuh"

Vaira tersenyum mendengar putranya mengatakan itu.

"Cklk" ruangan operasinya terbuka, terlihat dokter keluar dari ruangan operasi, dengan wajah cemas.

"Dok, bagaimana keadaan suami saya?" tanya Vaira khawatir.

"Operasinya sedang berjalan, pasien kekurangan darah saat ini. Namun, di rumah sakit ini tidak ada darah seperti golongan tuan Valdan. Apa golongan darah anda sama dengannya?"

Vaira menggeleng, golongan darahnya berbeda dengan pria itu.

"Golongan darah ini sangat langka, hanya tersedia di rumah sakit daerah Jakarta. Tapi, tidak mungkin kita harus kesana, membutuhkan waktu yang lama, dan kondisi tuan Valdan sangat kritis. Kami harus mendapatkan secepatnya, jika tidak, kemungkinan kami tidak bisa berbuat apa-apa"

"Dokter, aku mohon, selamatkan suamiku, aku tidak ingin Vero kehilangan ayahnya lagi" pinta wanita itu berlutut sambil menangis.

Dokter itu membantu Vaira kembali berdiri, "Kami akan melakukan semaksimal mungkin, dan sekarang, kami hanya perlu pendonor darahnya saja nyonya" jelas dokter itu.

"Dimana aku harus mencarinya?" Vaira terlihat bingung.

"Maaf dok, apa golongan darah tuan Valdan?" tanya pak Han, supir itu. 

"Golongan AB, pak" sahut dokter itu.

"Golongan darahnya sama dengan saya, apa saya boleh mendonorkannya"

"Benarkah pak?" Vaira terkejut mendengarnya.

"Iya, nyonya. Saya memiliki golongan darah yang sama seperti tuan Valdan, dan saya ingin mendonorkannya"

"Terimakasih pak, terimakasih banyak" kata Vaira sangat senang.

Pak Han ikut bersama dokter, untuk mendonorkan darahnya. Memang, Tuhan sangat baik kepadanya, dia sangat senang membantunya di saat-saat seperti ini.

2 jam kemudian.

Vaira menidurkan putranya di ruang tunggu, dokter itu belum keluar dari ruangan operasi.

"Cklk"

Pintu ruangan operasi terbuka, terlihat dokter keluar dari ruangan operasi bersama susternya.

VaivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang