🔹Untukku

11.6K 468 104
                                    

Vaira melangkahkan kakinya menuju halte, memang hari ini dia pulang agak sore. Wanita itu menunggu taxi, melihat hari mulai petang. Namun, kenapa tidak ada satu taxi pun yang lewat saat ini. Tiba-tiba, sebuah mobil mewah berhenti di depannya, mobil yang tampak asing baginya.

"Lo mau pulang? Gimana ikut gue aja?" tawar seorang pria tampan, yang sangat dikenal oleh wanita itu.

"Iya nih, lama banget nungguin taxinya"

"Ayo masuk, biar gue anterin pulang"

Vaira mengangguk, lalu masuk kedalam mobil itu. Memang nggak ada pilihan lain, tapi lumayan juga mumpung gratis.

"Lo baru pulang juga?" tanya Vaira melihat pria itu memakai pakaian kerjanya.

"Iya nih, barusan aja" sahut Victor sambil tersenyum.

"Gimana kalo kita makan dulu aja?" ajak pria itu.

"Boleh juga, kebetulan gue laper banget"

"Ya udah, kita ke restoran seperti biasa ya"

Wanita itu mengangguk, lumayan lah dia bisa bersama pria yang perhatian seperti Victor, daripada dia selalu diacuhkan oleh suaminya itu.

Mereka menuju ke salah satu restoran, mereka memilih duduk di samping jendela.

"Lo, nggak ngabarin suami lo?" tanya pria itu, karena ini hampir malam.

"Ngapain juga ngabarin dia, nggak bakalan peduli juga"

"Jadi kalian marahan?"

"Nggak tahu gue, dia aja yang sensi banget sama gue"

Pria itu hanya mengangguk mendengarkan wanita itu ngedumel gak jelas.

"Apa kalian nikah nggak didasarkan cinta?" tanya pria itu.

"Nggak, gue kepaksa ngelakuin itu"

"Hmm, seharusnya lo pisah aja sama dia"

Vaira merasa ada sesuatu yang aneh kepada pria yang dihadapannya, tidak menyangka, jika dia akan mengatakan hal seperti itu.

"Hmm, gue juga mikir begituan"

Mereka bicara panjang lebar selayaknya sahabat, memang Victor adalah pria baik yang bisa dijadikan tempat curhat.

Akhirnya, pesanan mereka datang juga, Vaira langsung memakannya dengan lahap.

"Kalo makan pelan-pelan dong, sampe segininya" kata pria itu langsung mengusapkan noda di bibir Vaira yang belepotan kayak bocil.

"Hehe, sorry"

"Makasih ya Vic" ucap wanita itu sambil tersenyum.

Mereka melanjutkan dinner nya, namun terlihat seseorang yang memperlihatkan kemesraan mereka itu.

"Sial! Kenapa dia ada disini?" gerutunya melihat gerak-gerik mereka.

Dengan langkah tegapnya pria itu langsung berjalan ke arah mereka, sambil mengepalkan tangannya.

"Ohh, Jadi gara-gara pria ini lo nolak gue?!" tanya pria itu terdengar membentak.

Vaira mendongak, terlihat suaminya dihadapannya sekarang.

"Apa-apaan sih, ini nggak ada hubungannya sama sekali" ucap Vaira membela dirinya.

"Nggak ada hubungan ya? Kenapa dia berani nyentuh lo tadi?"

"Dia cuman..."

"Cukup! Gue udah lihat semuanya" kata pria itu ketus.

"Tapi itu nggak ..."

"Diam!" bentak Valdan terdengar marah.

"Heh, jangan berani bentak Vaira ya!" bela Victor turun tangan.

"Jangan pernah ikut campur Lo! Dia itu istri gue!"

"Ohh, jadi lo suaminya? Beneran dia lari ke gue"

"Memang, pria kayak lo nggak pantes dicintai!" sambungnya dengan nada sinis.

Bugh!

Pukulan langsung mendarat di wajah pria itu, hingga akhirnya tersungkur di lantai.

"Valdan! Kenapa lo pukul Victor?!"

"Kenapa semua wanita yang gue suka, direbut sama pria ini?"

"Karena lo itu nggak pantes buat dicintai Val!" sahut pria itu meremehkan pakdoknya.

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat di wajah pria itu.

"Jangan pernah rebut wanita gue lagi! Dia ini istri gue, milik gue!" kata pria itu menekankan kalimatnya.

"Ayo kita pulang!" ajak Valdan langsung menarik istrinya.

"Tapi...?"

"Pulang!" bentaknya.

Wanita itu hanya mengangguk mengikuti suaminya yang sangat posesif itu.

💠💠💠

Di sisi lain, Vivi yang tadinya datang bersama Valdan kini tidak melihat pria itu lagi.

"Dimana Valdan?" katanya, sambil melihat sekelilingnya.

Memang, dia ke toilet sebentar, dan menyuruh Valdan menunggunya disini. Namun, kini pandangannya tertuju kepada seseorang yang babak belur meringis kesakitan.

"Sayang, kamu kenapa? Kenapa bisa babak belur begini?" Vivi langsung menghampiri pria itu.

"Aku obatin ya" ucapnya khawatir.

Memang Vivi itu adalah pacarnya Victor, hubungan mereka dimulai semenjak Valdan memperkenalkan pacarnya kepada sahabatnya Victor, memang dulu Valdan bersahabat dengan pria itu, tapi setelah beberapa lama, akhirnya terungkap juga, ternyata mereka maen dibelakang pakdoknya alias selingkuh.

"Awhh!" rintihnya.

"Ya udah, sini aku obatin" kata wanita itu langsung mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

Pria itu hanya mengangguk, membiarkan pacarnya itu mengobatinya.

"Lihat kelakuan pria itu, memang, kurang ajar banget!"

"Jadi, dia udah tahu kamu sama Vaira?"

Pria itu hanya mengangguk.

"Tunggu saja nanti, dia akan merasakan lebih dari ini!"

"Tapi, jangan sampe segininya juga, kan ada aku yang bantuin kamu juga"

"Tapi gue nggak mau lo kenapa-napa" kata pria itu tersenyum ke arah wanitanya.

"Kan ini demi kita berdua Vic, aku akan selalu bersamamu"

"Makasih sayang" kata pria itu memeluk pacarnya.

"Rencana ini tetap berjalan, sampai semuanya berhasil" kata pria itu tersenyum sinis.

"Harus berhasil" sahut Vivi tersenyum.

Bersambung...

VaivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang