🔹Harapan

9.5K 465 68
                                    


Lima tahun kemudian.

Sampai saat ini Valdan tidak menemukan jejak wanita itu lagi, bahkan tidak ada orang yang tahu dimana keberadaan wanita itu. Pria itu menatap fotonya bersama istrinya itu, yang terlihat sangat bahagia menikmati waktu senja bersama kala itu.

Terlihat mamanya membuka pintu kamarnya, melihat putranya sedang termenung menatap foto itu.

"Valdan" ucap Vanya pelan, duduk di samping putranya itu. Terlihat pria itu masih terdiam melirik sekilas ke arah mamanya. Vanya melihat putranya masih menatap foto itu, sangatlah berharap jika istrinya itu kembali.

"Maafkan mama nak, seharusnya mama tidak menikahkanmu dengan Vaira saat itu" ucapnya terdengar bersalah.

"Apa maksud mama?" tanya pria itu, "Keputusan mama itu benar, Vaira adalah istri terbaik untuk Valdan, hanya saja diriku yang tidak bisa mengerti wanita itu" ucapnya putus asa.

Vanya hanya terdiam melihat putranya itu. "Bagaimana jika kamu menikah lagi nak?" ucapnya memberanikan diri mengatakan hal itu.

"Tidak!" tolak pria itu. "Valdan hanya ingin selalu bersama Vaira" 

"Tapi Valdan, saat ini Vaira sudah..."

"Dia belum meninggal ma, Valdan percaya wanita itu akan kembali" kata pria itu yakin.

"Sampai kapan kamu akan mengelaknya Valdan?, kamu harus melanjutkan hidupmu, bahkan mereka tidak berhasil menemukan jasadnya"

"Tidak, aku yakin Vaira belum meninggal, suatu hari nanti aku akan menemukannya" ucap Valdan bersikukuh.

Vanya hanya mengangguk pasrah, mengerti dengan apa yang dialami putranya itu. Semoga saja ada seorang wanita yang bisa mengubah hidup putranya itu.

🔹🔹🔹

Hari ini Valdan kembali ke tempat bekerja seperti biasa. Dia memakai jas putihnya, tersenyum ke arah semua orang yang ditemuinya.

Valdan dikenal sebagai seorang dokter yang sangat ramah, bahkan, tidak segan- segan ada seorang pasien yang menyatakan cinta kepadanya, yups mereka tahu jika istri dokter ganteng ini dikabarkan meninggal, dan tentu saja banyak wanita yang mengincarnya sekarang. Namun, pria itu menutup hatinya rapat- rapat hanya satu wanita saja yang di dalam hidupnya yaitu Vaira.

Pria itu memasuki ruangannya, namun terlihat seorang suster berlari tergesa-gesa ke arahnya.

"Dokter, seorang anak berusia 5 tahun mengalami kecelakaan, dan kini kondisinya sangat kritis!" kata suster itu sangat khawatir.

"Cepat! Siapkan ruang operasinya!" ucap pria itu bergegas menuju ruangan operasinya.

"Baik dok" sahut suster itu mengikuti Valdan.

Valdan berlari menuju operasi, melihat seorang anak kecil yang tidak sadarkan diri dengan penuh luka ditubuhnya. Terlihat seorang wanita muda yang menangis disamping anak itu, sambil  mengguncang- guncang tubuhnya.

"Maaf, anda harus keluar" ucap pria itu sesopan mungkin.

"Dokter, tolong selamatkan putraku ini, aku mohon dokter" ucap wanita itu menangis.

"Anda bisa menunggunya diluar, mohon doanya agar operasi ini berjalan lancar" ucap pria itu menyuruh secara halus kepada wanita itu, yang kemungkinan adalah ibu dari anak itu.

Setelah beberapa jam kemudian>>>

Valdan tersenyum ke arah anak itu, Operasinya berjalan lancar, akhirnya dirinya berhasil menyelamatkan nyawa seseorang lagi, dan dia sangat senang dengan hal itu.

"Dokter, Bagaimana keadaan putraku?" tanya wanita itu khawatir, melihat Valdan keluar dari ruangan operasi.

"Dia baik- baik saja, dan sekarang masih dalam proses pemulihan"

"Huh, syukurlah" ucap wanita itu terlihat lega. "Terimakasih dokter, aku sangat berhutang budi kepadamu"

"Tidak, ini adalah tugasku" ucap pria itu sambil tersenyum.

Andaikan saja Vaira masih bersamanya, mungkin wanita itu akan bahagia mendengar jika dirinya berhasil menyelamatkan nyawa pasiennya. Tetapi takdir malah memisahkan mereka, sampai saat ini wanita itu belum ditemukan.

🔹🔹🔹

Valdan kembali memeriksa pasiennya, pria itu tersenyum ramah  kepada semua orang yang dijumpainya, tampak tidak terlihat sedikitpun kepedihan dalam hidupnya.

"Pasien mana yang belum diperiksa?" tanya pria itu kepada susternya.

"Hanya pasien anak kecil yang tadi dok" sahut suster yang mengikutinya.

"Baiklah, aku akan segera memeriksanya" ucap pria itu bergegas menuju ruangan anak itu.

"Brakk!"

Seseorang menabrak tubuhnya, sehingga alat- alat yang dibawa Valdan terjatuh.

"Maaf dokter, aku tidak sengaja" kata wanita itu terdengar bersalah.

"Tidak papa, ini semua salahku" ucap pria itu memasukkan alat - alatnya ke dalam wadahnya, "Bukankah kau ibu dari anak itu?" tanya Valdan melihat wanita tadi.

Terlihat wanita itu mengangguk menatapnya. "Perkenalkan aku Vania" ucapnya tersenyum mengulurkan tangannya.

"Valdan" pria itu menjabat tangannya.

"Maaf dok, aku terburu- buru karena mungkin putraku sudah tersadar" kata wanita itu terlihat tergesa-gesa.

"Tunggu! Aku akan kesana untuk memeriksanya juga" ucap Valdan mengikuti wanita itu.

Mereka memasuki ruangan rawat inap. Namun tetap saja, anak itu belum tersadar juga.

"Keadaannya sudah semakin membaik, hanya menunggu untuk putramu tersadar"

"Terimakasih dokter, telah menyelamatkan putraku"

Pria itu hanya tersenyum, "Dimana suamimu, apa dia tahu kalau kalian disini?" tanya Valdan, melihat wanita itu sendirian menemani anaknya.

"Tidak dok, kami sudah berpisah setahun yang lalu" sahut wanita itu.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud"

"Tidak papa dokter"

'Berarti dia membesarkan anaknya seorang diri, sangat hebat' batin Valdan tersenyum melihat wanita itu.

Namun terlihat anak itu menggerakkan tangannya, dia mulai mengerjapkan matanya.

"Dokter, akhirnya putraku tersadar" kata wanita itu tersenyum senang. Valdan juga ikut senang melihat itu.

"Daddy" ucap anak itu ke arah Valdan.

Valdan terkejut mendengar hal itu. 

'Daddy?' batinnya bingung.

Bersambung...

VaivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang