Taehyung terbangun di dering alarm keempat. Suaranya masih sama sejak kuliah; aroma familier yang selalu berhasil tariknya bangun.
Bukan nada bawaan dari ponselnya, kebetulan, Taehyung cuma temukan itu di salah satu website. Waktu itu dia sibuk skripsi. Butuhkan something untuk paksa dia buka mata kalau-kalau terlewat jam bimbingan.
Langit di balik tirai masih gelap. Pun matahari pagi ini bersinar malu-malu. Musim hujan di ujung hidung. Satu menit cuaca terik, menit berikutnya kota diguyur. Begitu setiap hari.
Sulit diprediksi.
Tapak kaki sentuh permukaan lantai kayu. Menggigil—cuacanya benar-benar dingin. Tak salah ia bergelung dalam campuran hoodie dan dua layer selimut sekaligus. Taehyung benci dingin. Walaupun dia lahir di penghujung tahun dan seluruh keluarganya panggil dia winter bear.
Lakukan kegiatan pagi dalam tempo biasa. Sikat gigi, showering yang tidak terlalu lama, pilih pakaian, dan sarapan. Kali ini omelette sederhana. Yang dulunya ia buat adonan untuk dua orang, sebulan terakhir ia kurangi takarannya. Hampir terbiasa. Toh, sudah lama.
Okupasi island ditemani mulut laptop yang terbuka. Gunakan waktunya periksa e-mail; dari agensi, dari manajer, beberapa iklan offering, dan yang terakhir, undangan untuk temu konseling. Setidaknya negara ini sediakan organisasi untuk konseling orang-orang sepertinya. Taehyung berikan apresiasi penuh untuk itu.
Oh, ya.
Sedikit informasi saja kalau begitu. Kim Taehyung, 32 tahun, baru saja lepas dari ikatan pernikahan dan resmi lepaskan cincin kurang lebih sebulan lalu. Dan sekarang ia aktif hadiri konseling khusus divorcee dua kali seminggu.
—
Taehyung tolak tawaran kakak sepupunya, Yoongi, yang ingin mengantar dirinya ke gedung organisasi. Alasannya ingin cari angin. Well, tak bohong dan tak salah. Taehyung nikmati waktunya berada di transportasi umum, sumpal telinga dengan earphone, dan duduk diam. Walaupun sebagai konsekuensi dia harus kenakan masker buat tutupi identitas. Haha. Teringat satu waktu dimana dia terpojok oleh orang yang mintakan tanda tangan.
Tapi tidak. Dia benar-benar harus kucilkan diri dulu. Yah, setidaknya selama tiga bulan ke depan?
Berita perceraiannya dengan aktor kesayangan setiap inci negaranya buat dia dipandang sebagai pihak bersalah.
Ketika pada kenyataannya tak ada yang salah maupun benar, komentar publik justru berkelit tajam ke arahnya. Yah, dia masih punya segelintir fans, sih, tapi tetap saja kalah jumlah.
Agensi pun putuskan untuknya istirahat. Tenangkan pikiran, katanya, karena pastilah kejadian ini beri pukulan lumayan besar.
Taehyung menurut saja. Karena benar, dia memang butuh waktu untuk sendiri, berdiri di tengah orang-orang yang dia sayangi, dan setidaknya perbaiki apa yang harus diperbaiki.
Mungkinkah dia memberi terlalu banyak? Mungkinkah dia menerima terlalu banyak?
Entah.
Surat perceraian itu datang di Kamis malam bulan Februari—di luar hujan badai dan Park Seojoon seberangi halaman untuk antarkan itu padanya. Begitu tanda tangannya terbubuh di sana, hati Taehyung kopong. Seolah sebagian dirinya hancur bersama sisa titik air yang antarkan pria itu keluar ruangan.
Seharusnya Taehyung paham. Menginjak tahun ketiga, dan yang terakhir, ada alasan lain bagi Seojoon untuk tersenyum.
Dan itu bukan Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] And I'm Afraid I'll Miss You Forever • KOOKV
Fanfictiontaehyung temuinya di kantor konseling umum bagi mereka yang pernikahannya tak bisa diselamatkan. ketika taehyung bergumul dengan kesedihan; dia mencoba pahami mengapa jeon jeongguk terlihat lebih hidup setelah berpisah dengan pasangannya. tw// divor...