act ten

2.1K 364 10
                                    

"You look awfully happy today?"

Faktanya, Taehyung memang merasa ekstatik. Dia berhasil bangun sebelum jam alarmnya berbunyi pagi ini, lakukan stretching sederhana, lalu buat earl grey untuk dirinya. Spasi apartemen diisi wangi teh yang tenangkan diri, sementara ia sibuk siapkan hati. Mia ketuk pintunya setengah jam setelahnya; bawa setumpuk map tentang project yang mungkin cocok untuknya.

"Vogue?" Nada Taehyung tak yakin.

Untuk sebuah comeback, ini terlalu besar. Pun Taehyung akan muncul di halaman depan edisi musim panas—hell.

Alih-alih menjawab, Mia anggukkan kepala. Yakin; bangga. Dia selalu beri dukungan untuk Taehyung. Dan bila menyangkut pekerjaan, tak pernah tanggung. Kerahkan seluruh kemampuannya rayu Taehyung untuk ambil project sulit sekalipun.

Well—jika hal aneh terjadi di tengah-tengah, Mia akan jadi supporter dan konsultan pertama. Entah negara apa yang Taehyung selamatkan di masa lalunya.

"You're far from just enough, Taehyung. Dan lagi, ini akan lejitkan nama kamu. Well—aku bisa bayangkan nanti. Orang-orang yang sebelumnya turn their back on you, will realize hey, I messed up with the wrong person." Mia berkata ekstatik; seolah tubuhnya yang mungil terasa gigantis di spasi luas ini. Excitement dari dalam dirinya menguar, kentara ingin Taehyung terciprat perasaan yang sama. "Kamu seseorang yang kuat, Tae. Dan sungguhnya, aku pun ingin—um, mantan pasanganmu sadari hal sama."

"Mia ...." Taehyung hela napasnya. Sebagian dirinya masih tak ingin sangkut-pautkan kehidupan pribadi dengan pekerjaan. Bahwa apa yang terjadi pada pernikahannya yang hancur, will do nothing on his career. Taehyung akan tetap stay pada jalurnya. Tak perlu ambil lompatan besar hanya untuk tujuan pribadi (garis miring balas dendam, misalnya.)

Mia paham ke mana arah pembicaraan ini. Dia tahu betul.

Kurangi sedikit kadar ekstatik, wanita itu raih jemari Taehyung. "Think of it as a present then, Tae," katanya; kuku setelah manikur beri kilau tersendiri. "Kamu sudah alami hal berat dalam hidup kamu; mari anggap kalau ini adalah sedikit hadiah? Berjalan dari sebuah pernikahan gagal butuh keberanian luar biasa, oke?"

Taehyung tertegun. Tak berpikir sampai ke sana.

Sure, dia alami banyak hal berat setelah surat perpisahannya ditandatangani kedua belah pihak. Can't bear looking at the face of his ex-lover di papan iklan, layar teve, bahkan dengar namanya pun ciptakan gerus asam di ulu hati Taehyung.

Mimpi buruk yang berentet, pikiran muram, bahkan di waktu-waktu terbawah, Taehyung berandai akhiri hidup. Ya, dia menderita.

Namun dirinya yang sekarang adalah seseorang berbeda dari dirinya di masa itu. Sedikit banyak, ada campur tangan orang-orang terkasihnya. Yoongi, Mia, dan Sejeong, tentu.

Tak memungkiri pula, interaksinya akhir-akhir ini dengan Jeon Jeongguk dan malaikat kecil pria itu.

"Kamu lakukannya lagi."

Alis Taehyung menukik tanya. "Hm? Apa?"

"Tersenyum pada diri kamu sendiri," jelas Mia, menopang dagu. "Ada sesuatu yang nggak kamu ceritakan."

Taehyung tahu, he's caught on deer lights.

Well, sue him. Ketika hal yang pagi ini naikkan mood-nya adalah karena Jeongguk kiriminya pesan di kala sinar matahari terlemah biaskan cahaya.

Ada tiga notifikasi. Pembukanya diisi emoji sedih dan permintaan maaf. Dan dua pesan setelahnya diisi foto Haru tertidur pulas.

Saya ingat waktu kamu minta foto Haru yang tertidur gaya bebas, Tae. Well, I woke up this morning and find him in a position like this. I'm sorry if this notification wake you up in the early dawn.

Taehyung rasakan hangat. Di samping pose Haru yang abai akan dunia dan begitu inosen; fakta bahwa Jeongguk mengingat hal sepele tentang permintaan kecilnya. Well, kalaupun Jeongguk lupa, Taehyung tak akan ambil hati, kok.

Tak butuh waktu lama bagi Taehyung balasnya. Dan sejemang kemudian, mereka saling bertukar pesan hingga Jeongguk undur diri karena Haru mulai menggeliat bangun.

"Taehyung."

Pandang mata Mia lukiskan keingintahuan. Lentik bulu matanya beri kiasan ada sesuatu yang menyentil rasa ingin tahu wanita itu.

"I met this guy during my counseling." Taehyung akhirnya menyerah, buka kartunya pada Mia yang kala itu awasi dia lamat-lamat. Contact lens yang digunakan Mia seolah menambah kesan galak. Taehyung tak tahu apakah bijak ceritakan ini. "He's ... nice; I like his kid. We—um, had a talk. Dan maksudnya bicara, maksudku, uh, kita bertemu berkali-kali?"

"Whoa—Taehyung?"

"Eh—bukan! Ya Tuhan, Mia! Jeongguk ada di posisi sama denganku; dia—baru berpisah dan thank God, hak asuh Haru jatuh padanya!"

Mata Mia makin menyelidik. "Jeongguk dan Haru, ya? Lovely."

"Oh Tuhan ...."

Sadari Taehyung yang salah tingkah, Mia gives him a rest. True; kalau wanita itu sedikit trauma akan past relationship Taehyung. Berada di sana dan saksikan bagaimana Taehyung jatuh dalam self-blaming tak sehat. Wajar kalau dia miliki kuriositas tinggi akan orang asing ini.

"Moving on, Mia! Vogue, ya? Oke. I'll try, but please don't leave my side." Taehyung katakan pelan; agak terburu.

Dia tak ingin hal kecil yang senangkan dirinya ini go public—kasarannya. Toh, kepalanya masih berpikir bahwa Jeongguk tak lebih dari teman bicara, dan fakta pria itu miliki kemampuan khusus kenali Taehyung lebih jauh adalah hal tambahan saja. Pun Haru; karena Taehyung memang selalu sukai anak kecil. Mereka menyenangkan, screw him.

Jika Mia beranggapan kalau Taehyung mulai membuka hati lagi, menurut si empunya, ini masih terlalu cepat.

At least—sebelum ada kejelasan di antaranya dan Jeongguk, tentu.

[✓] And I'm Afraid I'll Miss You Forever • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang