act sixteen

2K 342 19
                                    

Berapa kali pun Jeongguk coba buang ingatan tentang wajah Taehyung yang ketakutan, dia gagal.

Yang pandangi layar teve dengan tatap kosong, yang tubuhnya gemetaran, yang kesulitan bahkan untuk keluarkan kata-kata.

Beruntung. Taehyung tak menolak saat Jeongguk beritahunya akan bawa dia ke kamar tamu. Angkat tubuhnya, dan baringkan. Haru duduk manis di kereta dorong.

Bawa Haru serta ke kamar tamu dan perhatikan si kecil yang mulai mengantuk, Jeongguk tarik sofa single ke sisi ranjang Taehyung. Tungguinya. Napasnya mulai teratur, namun hazel masih memejam.

Dia ragu. Hendak singkirkan anak-anak rambut Taehyung yang mulai memanjang. Urung. Belum ada kata persetujuan di antara mereka.

Jadi, Jeongguk harus puas dengan hanya tarik selimutnya sebatas dagu.

Dia sudah kabari Yoongi. Mengangguk dan akan penuhi janji dari permintaan kakak sepupu Taehyung. Aku masih meeting, tolong jaga Tae dulu, Guk. Aku jalan ke rumah selepas ini.

"Saya nggak tahu sesakit apa efek perpisahannya dengan kamu, Taehyung. Saya nggak paham apa yang kamu rasakan, karena di sisi lain, saya justru baru bisa bernapas lega selepas berpisah dengan Jiyeon." Jeongguk menggumam; figur Taehyung tak balasnya apa pun. "Saya ingat waktu Yoongi hyung cerita tentang kamu. Kamu hebat, Taehyung. Berdiri buat diri kamu sendiri. Itu yang buat saya adore kamu. But then, saya dengan Jiyeon, dan kamu punya jalan sendiri. Siapa sangka kita ketemu di situasi begini, mm?

"Kalau mungkin kamu izinkan saya, Taehyung ...." Kalimat Jeongguk menggantung di udara, onyx fokus pada figur di hadapannya. "Saya akan buat kamu jadi orang paling bahagia di dunia."

Yoongi biarkan Taehyung menginap di rumah Jeongguk pada akhirnya. Terbangun sekian menit sebelum pukul sepuluh, merengek lapar dan menyambut teriakan Haru dari kereta dorong. Keempatnya berkumpul di ruang tengah menunggu food delivery.

Kaus rumah Jeongguk terlalu besar di figur Taehyung, buat sang model terlihat lebih kecil. Yoongi tentu perhatikan ini. Tak sadar maniknya awasi bagaimana cara Jeongguk perlakukan si adik sepupu. Sesekali berbisik kecil pada Haru, "Ayahmu terlihat sangat khawatir, eh?"

Lalu si kecil tertawa, muntahkan liurnya ke tangan Yoongi yang memangkunya. "Ung! Ung!"

Yoongi isi pembicaraan di meja makan dengan project barunya. Sebuah kerja sama, katanya, bersama seorang soloist. Hendak rayakan ulang tahunnya yang akan datang, dan dia ingin lagunya memorable.

"Harus putar otak untuk ini." Yoongi bilang. "She's one of a kind. Idolamu, Guk."

Sontak, Jeongguk hentikan suapannya. "Se-serius? IU?"

Yoongi mengangguk acuh. Matanya tangkap Taehyung yang tahan tawa. "Yep. Tanda tangan?"

Jeongguk bisu, dia tersenyum malu.

"Oke. Nanti aku minta."

Lepaskan beban yang kungkung tubuhnya, Taehyung loloskan tawa pelan. Indra perasanya tak bekerja baik malam ini, hanya ingin kembali ke kamar tamu Jeongguk dan tarik selimut. Pun berada dalam pakaian pria itu dan dipenuhi wanginya. Taehyung rasakan pipinya menghangat.

Acara cuci piring dipenuhi keributan. Lagi.

Taehyung hanya ingin membantu; sebagai tamu. Dan lagi, Jeongguk sudah berlaku banyak hari ini.

Tapi, well, ada Yoongi di sana. Jadilah, dia harus duduk dengan Haru di ruang tengah. Keluarkan gerutunya pada Haru yang tak berhenti melonjak riang.

"Lagi pula, apa salahnya cuma cuci piring, iya kan, Haru?"

"Unggg! Da! Da!"

"Jeongguk dan hyungie berlebihan, kan?"

"Daaaaah!"

"Cuma Haru yang mengerti Taetae."

"Ung!"

Jeongguk dengar itu semua—kerahkan seluruh kekuatan dalam dirinya untuk tak pergi ke sana dan menyerah akan gerutuan Taehyung. Demi Tuhan. Jika Yoongi sadar akan Jeongguk yang sibuk tahan tawa, dia memilih diam.

"Mulai terpesona, sepertinya."

Yoongi asal bicara. Selesai dengan pekerjaannya mengelap meja makan dan kembalikan lagi tata mejanya.

"He's just ... special. Just like that. Just being ... him."

Haru kini beralih ingin cubit kedua pipi Taehyung; duduk menghadap sang model dan angkat kedua tangan gemuk mungilnya.

"He is, Jeongguk," ujar Yoongi, mengamini. "Maka tolong, jaga dia baik-baik."

Yoongi putuskan pulang sepuluh menit sebelum pukul dua belas, waktu Haru sudah dipindahkan ke boks bayinya dan terlelap dalam.

Berikan petuah pendek pada Taehyung, untuk tidak repotkan Jeongguk, menurut apa kata tuan rumah, dan tak boleh bandel. Taehyung kerucutkan bibir. "Bukan anak kecil lagi, ih, hyungie!" protesnya.

Setelahnya, sang produser berbalik pada Jeongguk, berikan pria itu tepukan pelan di bahu. Hanya sebaris kalimat bisu, dimengerti oleh keduanya. Taehyung yang agaknya buta tentang ini.

"Tidur? Kamu pasti lelah, Taehyung."

Yang namanya dipanggil rasakan wajahnya menghangat. "Iya ...," gumamnya. "Terima kasih, Jeongguk. Terima kasih lagi."

"Saya sudah berhenti hitung terima kasih yang kamu ucapkan, Taehyung." Jeongguk hela tawa kecilnya. "Saya mau make sure, kalau saya bisa jaga kamu."

Demi Tuhan.

Mungkin pipi Taehyung sudah semerah stroberi sekarang.

"Jeongguk?"

"Ya?"

Taehyung gigit bibir bawahnya. Entah apakah permintaannya kali ini masuk akal atau tidak. "Antar ke kamar?"

"Tentu, Taehyung."

[✓] And I'm Afraid I'll Miss You Forever • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang