Di sebuah rumah mewah yang dikelilingi bunga-bunga yang bermekaran. Seorang gadis berusia 16 tahun kini sedang bersantai sambil sesekali menyeruput teh yang masih panas. Aisha Marshalia Amanda, tinggal bersama kedua orang tua dan beberapa asisten rumah tangganya.
Saat ini, ia duduk di kelas 11 di SMA Bina Bangsa. Tak sedikit siswa yang mengenalnya, karena Aisha anak yang cukup populer di sekolah. Dia pernah membawa pulang piala dalam kontes bergengsi The Voice untuk mewakili sekolahnya.
Banyak pria yang menaruh hati padanya. Selain wajahnya yang nyaris sempurna, sifat ramah dan baik hati melekat pada diri Aisha. Papanya adalah seorang pengusaha ternama. Ia hidup bergelimang harta, namun tidak banyak mendapat kasih sayang dari orang yang telah melahirkannya.
Karina yang tak lain adalah ibu dari Aisha, jarang sekali berada di rumah. Seorang ibu rumah tangga sekaligus designer berkepala tiga yang tampak awet muda. Karina lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dan datang ke jamuan bersama teman-teman sosialita-nya. Berkeliling dunia tanpa memperdulikan putrinya yang merindukan sosok seorang ibu.
Sejak berumur empat tahun, Aisha di asuh oleh bi Inah, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah keluarga Skiver. Bi Inah menjaga dan mengasuh Aisha seperti anaknya sendiri. Saat masih kecil, wanita paruh baya itu sering sekali mengajak Aisha ke rumahnya, agar Aisha kecil tidak merasa bosan.
Ia memiliki sahabat disana, Juna, nama panggilan kesayangannya untuk sahabatnya itu. Aisha sama sekali tidak mau tahu siapa nama asli Juna. Karena ia telah memberikan nama yang sangat bagus menurutnya.
Mereka adalah sahabat yang sangat dekat bahkan sudah melebihi saudara sendiri. Mereka berdua tidak pernah terpisahkan. Walau mereka kerab bertengkar karena permasalahan yang sepele. Namun, pertengkaran mereka tidak pernah berlangsung lama.
Tiba pada suatu hari, Hermawan, Aisha memboyong keluarganya pindah ke ibu kota. Tidak ada yang mengetahui alasan di balik kepergian mereka. Sampai saat ini mereka pun tidak pernah bertemu lagi. Entah apa yang direncanakan oleh Sang Maha Pencipta kepada kedua sahabat itu.
***
Setiap paginya, bi Inah selalu membangunkan Aisha. Karena Aisha adalah tipe orang yang susah sekali bangun apabila tidak ada yang membangunkan dirinya. Itulah salah satu kekurangan dari segala kelebihan yang Aisha miliki hingga saat ini. Setelah mandi dan sarapan, biasanya ia langsung berangkat ke sekolah diantarkan oleh supir pribadi sang ayah.
Pak Joko, satpam sekolah yang selalu mendapatkan sapaan dari Aisha setiap pagi. Jika tidak sedang terburu-buru, Aisha selalu menyempatkan diri untuk sekedar bertanya kabar pak Joko juga keluarganya.
Saat memasuki kelas, Aisha selalu mendapati laci mejanya yang penuh dengan bunga, coklat ,dan bahkan surat cinta dari para lelaki yang kurang kerjaan. Tidak terkecuali Rendi, teman sekelas-nya yang juga salah satu dari pengagum Aisha.
Aisha sudah memiliki banyak pengagum sejak pertama kali masuk ke SMA Bisa Bangsa, karena paras cantiknya dan juga talenta yang dimilikinya.
"Gue ga ngerti kenapa mereka selalu aja menuhin laci gue." terdengar dengusan Aisha melontarkan kalimat kesal pada orang yang ada disampingnya.
"Dimana-mana selalu ada mereka. Gue jadi ragu, sebenernya mereka itu manusia apa setan sih! Ngintilin mulu," sambung Aisha menarik napas panjang seeasa mendudukan diri di bangkunya.
"Mereka itu suka sama lo sapi! Termasuk si Rendi," jawab gadis yang tengah memainkan pulpen ditangan kanannya -Zara Nandayuna- sahabat Aisha.
"Tapi gue ngga suka sama mereka, Ra," tampik Aisha langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Friend [ H I A T U S ]
Fiksi RemajaAisha dan Rizky, sahabat yang diibaratkan sepasang merpati putih. Yang selamanya akan tetap bersama, sampai maut yang memisahkan. "Serius, Sha!" "Jawab dulu pertanyaan gue?!" "Yang mana?" jawab Rizky sok lupa. "Kapan kita pacaran?" tanya Asha. Rizk...