bab 4

46 15 0
                                    

Happy reading guys:")

Smoga suka:") dan jangan lupa vote:3

Rania berjalan dengan langkah yang girang. Ia sangat senang telah membalaskan dendamnya kepada Samudra.

Rania merasa ada yang tidak beres. Seketika ia berbalik dengan cepat. Ia merasa sedang di buntuti oleh seseorang. Nampaknya tidak ada seorangpun yang mengikutinya dari belakang. Seketika ia bergeming. Mungkin itu hanya khayalannya saja

Rania berhenti didepan sebuah restoran yang nampaknya restoran itu sangat bagus. Ia masuk kedalam dan mrnjumpai seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri di depan pintu masuk berpakaian rapi dengan rambut yang ia kuncir

"Maaf bu sedikit terlambat. Tadi ada masalah pribadi bu" ujarnya tersenyum sambil menundukkan kepalanya memberi hormat.

Ia tidak tahu ada sesosok lelaki dengan memakai hoddie berwarna hitam dan kaca mata khasnya

Ia mencoba mendekatkan diri ke arah sana. Masuk kedalam dan duduk di bangku bagian belakang.

"Maaf mas mau makan apa?" tanya salah satu writers di sana

Lelaki itu memesan makanan dan minuman. Lalu menyuruh writers itu untuk pergi dari sana

Terlihat Rania yang sibuk melayani beberapa pelanggan lainnya

Lelaki berhoddie hitam itu mengambil benda pipih dari kantungnya dan merekam Rania yang sedang melayani pelanggan

**

"Ma aku pulang" ujar Rania sambil membawa beberapa kantung plastik yang berisi makanan dan obat untuk sang ibu

"Eh anak mama udah pulang? Kok lama banget sayang?" ujar Lia

"Maaf ma. Tadi itu Rania ada kerjaan tambahan dari yang punya restoran. Jadi Rania pulangnya lama" ujarnya sambil tersenyum

"Maafkan mama sayang. Seandainya mama ga sakit-sakitan kayak gini, kamu juga ga akan kerja keras sayang" lirih Lia.

Berat rasanya bagi Lia melihat Rania yang masih sekolah tetapi sudah bekerja keras demi keuangan keluarga dan demi kesehatan Ibunya

Rania seharusnya merasakan kebahagiaan seperti anak lainnya. Tertawa bebas dan bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan. Tetapi semenjak ayahnya tiada, ia malah menjadi tulang punggung keluarga ditambah lagi ibunya yang mengidap penyakit

Rania memang bukanlah gadis remaja yang lahir dari keluarga kaya. Ia lahir dari keluarga sederhana. Walaupun begitu, ia tetap saja tersenyum dan bersyukur kepada Tuhan tentang keadaan yang ada. Walaupun begitu ia selalu percaya bahwa apapun yang terjadi pasti ada hikmahnya

Rania memeluk tubuh Lia "gak usah khawatir ma, Rania kuat kok. Liat nih kuat" ujarnya samhil menunjukkan ototnya yang tidak seberapa

Lia tertawa lepas melihat aksi putrinya itu. Ia sangat bangga terhadap anaknya. Walapun ia tidak seperti anak yang lain, ia tetap tahu bersyukur dan tetap berada di jalan Tuhan

"Yaudah sekarang mama tidur ya, Rania bakal mandi dan makan. Stelah itu Rania bakal tidur" ujarnya dan di balas dengan anggukan oleh Lia

Rania menuntun tubuh ibunya itu masuk ke kamar dan menutup pelan pintu kamar itu

Rania menghela nafasnya kasar. Ia harus memikirkan banyak hal di usia yang terbilang muda ini

Rania mengambil benda pipih dari kantung rok sekolahnya. Ia mencoba menelfon seseorang

"Wan. Lu ada kerjaan tambahan gak?" tanay Rania sambil berjalan ke arah depan

'Lah kenape?' tanya Wandi

"Gue.. Mau kerja, terserah jadi apa aja yang penting halal deh" ujar Rania

'Lah bukannya lu udah kerja di restoran ntuh?' tanya Wandi

"Masalahnya kan lu tau sendiri, mama gue juga sakit, sementara kan uang gaji dari restoran itu aja gak akan cukup buat beli obat Mama. Belum lagi makanan sehati-hari juga pasti bakal menipis" lirih Rania

'Yaudah deh kalo gitu gue bakal bantuin lu buat nyari kerjaan. Tapi gue ga bisa janji ya" ujar Wandi

"Makasih Wan. Lu memang sahabat terbaik gue"

'Santai' ujar Wandi

Rania mematikan Handphonenya dan menuju ke arah kamar. Ia menidurkan tubuhnya di atas kasur dan mulai memejamkan matanya

Tbc..

Okey readers gimana? Seru gak? Kalo ga  seru maapin ya hehe:v

Sampai sini dulu ya wk:v

Salam manis author😊

SAMUDRA RANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang