14 🏈 Cabe-cabein

6.7K 735 140
                                    

🍒🍒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍒🍒

Bagi sebagian masyarakat berbagi itu adalah hal yang sangat lumrah. Iya, sangat lumrah jika apa yang dibagi adalah sesuatu yang bermanfaat.

Hanya saja mungkin ada beberapa hal yang terlupa bahwa tidak semua hal bisa dibagi dengan mudah.

Ibu-ibu dengan kajian paginya.

Ah ya, jangan dilupakan mamang sayur yang dijadikan tempat tongkrongan emak-emak sebelum berjibaku dengan bumbu-bumbu dapur di pagi hari. Dan disanalah rasanya seolah mereka seringkali membagi hasil jarahannya.

Jarahan tentang sebuah pengintaian, jarahan tentang potongan percakapan yang akhirnya teracik dan teramu bersama bumbu-bumbu dapur hingga menjadi sebuah santapan pagi yang aduhai. Alamak emak-emak alemong.

Pagi ini tidak seperti biasanya, Nuha memilih untuk berbelanja di tukang sayur bersama ibu-ibu di lingkungannya. Padahal biasanya dia terbiasa belanja di pasar, arah sekolah tempat dia mengajar memang melewati pasar kecamatan. Itu sebabnya dia lebih senang belanja hari ini untuk bisa dimasak keesokan harinya, setiap hari.

Namun karena cuti menikahnya dan ulah Hauzan yang seolah memenjarakannya dua hari terakhir ini membuatnya enggan hanya sekedar untuk melangkahkan kaki menginjak pasar tradisional. Capek luar biasa yang menyenangkan. Apakah itu? perjalanan baru sepasang pengantin baru untuk saling mengenal lebih dalam.

Bagi yang belum menikah, ah pasti belum bisa membayangkan ini. Makanya segera menikah, halal itu nikmat loh. Barokah, menikah itu enaknya cuma 10%. Lah iya begitu? benar, percayalah enaknya hanya 10% yang 90% lainnya uenak banget. Nikmat hingga tetes terakhir, ah bukan mengapa ingatan Ainuha atas Hauzan kembali kesebuah iklan semen yang taglinenya cukup membahana, kokoh tak tertandingi.

Tidak ada yang tahu pagi ini rambutnya kembali basah atau tidak. Karena setiap keluar rumah Nuha selalu mengenakan jilbab lebarnya. Hanya saja dengan menangkap gurat keceriaan dalam senyum paginya yang mengembang dan rona merah muda yang menghias pipinya meski tanpa make up semua orang pasti tahu dan meyakini bahwa hati Nuha sedang berbunga-bunga.

"Wah, aroma pengantin baru nih. Bahagia terus." Sapa salah seorang ibu-ibu diantara lapak mamang sayur yang sudah hebring.

"Bener, goal berapa ronde Nuha?" mengapa pertanyaan mereka semakin vulgar seperti ini, batin Nuha. Seandainya pun bisa goal 10 kali sehari tidak mungkin kan kalau Nuha menceritakan di lapak sayur. Yang benar saja.

Tidak ada jawaban hanya sebuah senyuman yang menandakan bahwa Nuha malu mendengar pertanyaan seperti itu.

"Tidak perlu malu, kami juga pernah berada di posisimu. Sekarang jadi tahu kan bahwa menikah itu menyenangkan, menyehatkan bahkan menyegarkan. Karena sebelum subuh kita pasti harus mandi terlebih dahulu." Sepertinya Nuha lupa bahwa kini dia berada bersama para expert yang mungkin akan menularkan ilmu kepadanya.

"Ah Bu Wanto ini bisa saja, sepertinya kalau Nuha mah bukan hanya sebelum subuh, tapi sebelum sholat lima waktu." Ucapan Bu RT ini disusul gelak tawa seluruh ibu-ibu.

SEPASANG SEPATU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang