07 🏈 Sidang Isbat

6.6K 712 81
                                    

🍒🍒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍒🍒

Yang harus kita ketahui bahwa ketika meniupkan ruh ke dalam tubuh kita, Allah sesungguhnya sedang memberi hadiah terbesarnya yaitu kesempatan bagi kita untuk bisa menikmati kehidupan dunia. Tidak hanya itu, Dia juga menghadiahkan karunia lain yang jauh lebih agung, kemampuan untuk merasa dan memelihara cinta.

Adanya cinta, kehidupan dunia bisa menjadi lebih dari kesenangan yang fana. Kedamaian yang juga bisa tercipta. Kenalilah Aku supaya aku mengenalmu dengan lebih begitu pula cintailah Aku, maka aku akan mencintaimu dengan lebih. Dari cinta Allahlah kita bisa mengerti rasa damai itu ada.

Namun sebagai ciptaanNya, kita seringkali lupa. Cinta pada Allah yang seharusnya kita letakkan di deretan paling atas justru kita letakkan di urutan nomor dua, ketiga, keempat atau bahkan ada yang berada di deretan terbawah. di bawah rasa cinta pada manusia dan yang lainnya. Kedamaian sejati pada akhirnya dikompromikan demi kebahagiaan sementara. Lucunya, saat akhirnya kita dikecewakan oleh cinta manusia, yang akan kita salahkan adalah Allah, bukan diri kita. Padahal, Allah tidak pernah sengaja menelantarkan kita. Kitalah yang memilih untuk perlahan menjauh dan meninggalkanNya.

Mengapa kita lebih mudah menggantungkan harap dan asa pada manusia? sementara Allahlah yang sebenarnya memegang kuasa atas terkabul atau tidaknya sesuatu yang menjadi harapan kita. Mungkin karena manusialah yang seolah lebih dekat dengan kita, manusia makhluk yang kasat mata sementara Allah tidak bisa dilihat namun selalu dekat dengan nadi karena Dia yang memiliki hidup kita.

Padahal, ini hanya karena Allah sendiri terlalu rendah hati untuk menampakkan diri. Bukan karena Allah tidak mau mendekatkan diri dengan makhluk-makhluk yang diciptakannya. Karena Allah yang tidak terlihat itulah, kita mudah lupa bahwa Dia selalu ada dan mengawasi apapun yang kita lakukan. Sementara pada manusia, kita mudah percaya. Apalagi karena dalam hal bersilat lidah dan merayu, manusia adalah jagonya. Lantas mengapa kita masih menggantungkan diri kepada makhluk Allah yang justru tidak sempurna ini?

Sementara Allah tak pernah mengingkari janji. Dia memang tak selalu menjawab doa hambaNya dengan kata "Ya", langsung dikabulkan, menunggu saatnya tiba atau diganti dengan sesuatu yang lebih berkah. Bagaimanapun, Allah tak pernah menyengsarakan makhluk ciptaanNya hanya karena Dia ingin melihat mereka tersiksa. Ketika Allah memilih untuk menunda atau belum mengabulkan apa yang kita harapkan, bukan berarti Dia sengaja. Karena Allah lebih tahu rencana lain yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan.

Kebahagiaan dalam hati itu syaratnya hanya satu, kita tulus menyerahkan hati untukNya dan memprioritaskan cinta kepadaNya. Menyadari dengan penuh bahwa cinta paling tulus bukanlah cinta yang ada sesama manusia, namun kepada sang pemilik hidup dan mati. Dengan begitu, kita harus melakukan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang olehNya.

Sungguh tidak pernah mudah untuk melakukannya, mencintai sebuah dzat yang bahkan wujudnya tidak pernah kita lihat. Namun sebagaimana janji-janjinya yang lain, Allah akan selalu memberikan keadilan. Apakah ada alasan kita untuk tidak mencintaiNya, saat Dia selalu siap memberikan cinta dengan kadar berlipat untuk kita?

SEPASANG SEPATU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang