35 🏈 Belalai Gajah

6K 744 101
                                    

Baca mushafnya dulu baru buka WPnya 👍👍
-- happy reading --

🍒🍒

Kehamilan itu bukanlah sebuah penyakit namun untuk kali keduanya setelah sekian lama Ainuha tidak berada dalam fase ini, Hauzan begitu memberikan perhatiannya dengan sepenuh hati. Lebih berbahagia lagi karena hasil USG yang ada dalam kandungan Ainuha bukanlah janin seistimewa Saba.

Memasuki usia kandungan ke 21 minggu perut Ainuha sudah kelihatan membuncit. Saba yang sedari awal telah dikenalkan dengan calon adik yang ada di dalam perut Ainuha selalu ingin membelai dan menciumnya.

Seperti halnya seorang kakak yang lain, Saba juga memiliki naluri bahwa adik yang ada di dalam kandungan mommanya harus disayangi.

"Sudah jangan terlalu capek ngerjainnya." Hauzan meminta Nuha duduk kembali ketika dia mengetahui bahwa istrinya yang sedang hamil itu berdiri di dapur lalu mencuci piring kotor dan berbagai macam peralatan dapur yang baru saja dipakai untuk memasak.

"Mas, aku nggak apa-apa."

"Tapi aku nggak mau nanti kaki kamu menjadi bengkak karena kelamaan berdiri." Tidak ada yang berubah dari Ainuha semua masih sama seperti sebelum kehamilannya yang kedua. Bedanya mungkin sekarang Ainuha hanya merasa cepat lelah. Dan kalau sudah seperti ini dia memilih untuk mengistirahatkan badannya.

Saba tetaplah anak yang selalu manja ketika bersama orang tuanya, baik kepada Hauzan ataupun kepada Ainuha. Terapi yang tahap akhir yang Hauzan lakukan adalah untuk pengendalian emosi dan juga terapi bicara kepada putrinya. Meski sudah banyak sekali kemajuan dalam setahun terakhir ini namun Hauzan tetap menginginkan yang terbaik untuk masa depan putrinya.

"Besok kita USG lagi ya aku ingin tahu calon adiknya Saba laki-laki atau perempuan." Hauzan mengajak Nuha untuk bertemu kembali rekan kerjanya. Kali ini tidak dengan dokter Risyad, Nuha memilih dokter kandungan wanita supaya dia merasa lebih nyaman. Meski setiap kali periksa Hauzan akan selalu berada di sampingnya.

"Sekalian ke rumah mama, Mas. Sudah lama kita tidak mengunjungi beliau."

Meskipun dulu Hauzan pernah berjanji untuk tidak akan menginjakkan kakinya kembali di rumah yang telah menjadi tempat berlindungnya sampai dengan menikahi Ainuha, namun ketika wanita yang telah memberinya kesempatan untuk bisa bernafas di dunia ini meminta untuk datang tidak akan ada sebuah penolakan yang keluar dari bibirnya.

Rasa cinta dan sayang kepada mamalah yang membuat Hauzan akhirnya melanggar janjinya sendiri. Walaupun di rumah itu dia terkesan menjadi orang yang diasingkan oleh papanya sendiri. Jika sudah menyangkut mama Rien, Hauzan memilih untuk melupakan rasa sakit hatinya.

"Iya nanti kita sekalian mampir ke rumah mama." Hauzan menitipkan Saba sementara kepada Rahadi karena tidak memungkinkan untuk mengajaknya serta ke rumah sakit.

"Besok Saba di rumah dengan Akung ya? Momma dan poppa mau ke rumah sakit." Mengetahui kata rumah sakit Saba sudah mengetahui bahwa dia memang harus berada di rumah. Yang dia mengerti bahwa tempat kerja poppanya itu adalah tempat orang sakit yang harus disuntik. Sehingga dalam benaknya dia tidak akan mau mendatangi tempat itu dengan alasan apapun.

"Ya."

"Sekarang kita harus tidur." Hauzan kemudian memeluk putrinya dan menidurkannya.

Ainuha tersenyum bahagia melihat kemesraan suami dan putri mereka. Sedari Saba kecil hingga kini tidak ada yang berubah dari sikap Hauzan kepada Saba. Meskipun usia Saba sudah layak untuk bisa tidur di kamar sendiri, Hauzan lebih memilih untuk memeluk putrinya itu satu ranjang bersama setiap malam, dan menggunakan kamar tamu jika menginginkan malam yang panjang dengan Ainuha untuk beberapa jam di malam-malam panjang mereka.

SEPASANG SEPATU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang