Revan tidak mau jika rasa suka pada mantannya yang mirip dengan Rainbow akan menimbulkan kesalapahaman. Ia tak mau melukai perasaan Rainbow, perlahan rasa pada mantannya hilang dan berganti dengan perasaan lain kepada Rainbow. "Gue gak bisa deketin Rainbow, kalo dia tau awal gue deketin dia karena mirip dengan mantan gue bisa kacau semua. Lebih baik gue deketin Velic aja, nanti kalo mau tentang Rainbow bisa tanya-tanya ke Velic." pikir Revan bimbang.
"Tapi kalo Velic tau yang sebenarnya... Gue gak tau gimana nasib persahabatan mereka." gumam Revan lagi. "Sudahlah itu urusan mereka." Revan tak tau jika keputusannya ini berakibat fatal bagi persahabatan Rainbow dan Velic.
***
"Rai, gue ada kabar gembira ni!" ucap Velic semangat.
"Bodo Vel, palingan lo dapat cowo baru lagi." balas Rainbow malas.
"Tolol, bukan itu...."
"Apa si?" tanya rainbow malas-malasan.
"Kemarin gue di chat sama Revan, dan nanti pulang sekolah gue dijemput sama dia! Ups...." jawab Velic keceplosan. Padahal kemarin Revan mengigatkan padanya untuk tidak membocorkan bahwa mereka pulang bareng. Tapi terlanjur sudah ucapan Velic didengar Rainbow, dan siap-siap Velic tidak pulang bareng dengan Revan.
"Ha?" hati Rainbow serasa tercabik karena mengigat perlakuan manis Revan kepadanya minggu lalu. Rupanya benar tidak seharusnya kita terlalu berharap pada apa yang tak akan terjadi.
"Plese, jangan bilang Revan, soalnya kata dia jangan bocorin ini." mohon Velic.
"Bodoamat Vel, ngapain juga pulang bareng gak boleh di bocorin, heran sama Revan!" balas Rainbow tak acuh.
"Ga tahu juga, ya udah si terserah dia, pokoknya gue seneng banget pulang sama dia!" Velic hanya senyum sumringah.
"Serah lo bambank." Ada rasa sakit ketika mengetahui Revan jalan sama yang lain, padahal harusnya Rainbow sadar dia siapa.
***
"Ayo vel, lo bawa helm kan?" tanya Revan yang sudah menaiki jok motor ninjanya.
"Bawa dong, ini!" Velic menunjukkan helm yang dibawanya dari rumah. "Gue seneng banget bisa pulang bareng lo, gak nyangka." ucap Velic histeris.
"Oh ya? Kenapa seneng?" tanya Revan sambil melajukan motornya meninggalkan parkiran sekolah.
"Soalnya... Gu... Gue–"
"Udah diem, gue tahu jawabannya." potong Revan.
Ketika motor melewati halte, tak sengaja mata Revan melihat Rainbow duduk di sana dengan 2 laki-laki di kanan dan kirinya, tangan pria di samping kanan mencoba masuk ke tas Rainbow. Tanpa menunggu lama Revan menghentikan motornya dan turun meninggalkan Velic yang bertanya-tanya. "Hei! Ngapain kalian?" tanya Revan yang mengurungkan dua laki-laki untuk mengambil uang di tasnya.
"Siapa lo? Jangan ikut campur!" ketus laki-laki dengan celana sobek-sobek.
"Kenapa? Kalian mau nyuri kan?" tantang Revan.
"Apa si Van, mereka gak ngapa-ngapain gue." ucap Rainbow.
"Gue lihat Bow, tangan pria itu masuk ku tas lo, lihat tas lo kebuka tuh!" balas Revan emosi.
"Diem lo bocah!" segera kedua pria itu menyerang Revan yang berhasil mengagalkan rencana mereka.
Revan yang notabenya anak karate segera melakukan tangsisan dan membalas pukulan mereka dengan tendangan yg berhasil merobek bibir pria bercelana sobek-sobek itu. Pria satunya lagi tak terima segera melakukan tendangan serupa, tapi belum sampai ia malah terjatuh akibat kulit pisang yang ada di jalan. "Kabur bos!" ucap salah satu pria itu. Akhirnya mereka lari terbirit-birit meninggalkan halte. Tidak ada luka sama sekali di wajah Revan, karena setiap kali dipukul ia selalu menangkis serangan.
"Lo, pulang sama gue." perintah Revan.
"Lo kan udah sama Velic, mau bonceng tiga? Gak mau. Gue bukan cabe-cabean!" tolak Rainbow.
"Udah ayo. Velic biar nunggu di sini, nanti gue balik."
"Gak usah, gue mending naik bis aja."
"Gak ada bantahan!" Revan menarik tangan Rainbow menuju motornya.
"Rai, lo gak papa kan?" tanya Velic khawatir.
"Gak, tenang aja soalnya tadi di tolongin sama monster di samping gue." jawab Rainbow.
"Hahaha...."
"Vel, lo nunggu di sini dulu ya, biar gue anter Rainbow pulang." ucap Revan.
"Tapi Van, gak bisa gitu dong. Lo janjian mau anter gue pulang duluan, jadi biar Rainbow yang nunggu di sini! Gak keberatan kan Rai?" tanya Velic ke Rainbow.
"Gue si mau naik bis aja, ni gebetan lo maksa." ucap Rainbow malas.
"Lo nunggu, atau gak gue anter pulang sama sekali?" tanya Revan ketus.
"Gak adil banget lo Van!" balas Velic mulai turun dari motor.
"Mending lo anter Velic deh Van, gue bisa kok naik bis," Rainbow merasa tak enak kepada Velic.
"Gak ada bantahan! Lo pulang sama gue." Revan segera naik ke atas motor dan memegang tangan Rainbow untuk naik ke motornya.
Perasaan gue naik tadi gak di perlakuin gitu deh. Batin Velic perih. Kenapa di saat rasa sukanya tak main-main malah dipermainkan seperti ini. Rasanya sakit, apalagi yang di perhatikan Revan adalah sahabatnya, sakit itu berkali-kali lipat. Seharusnya Velic sadar dari awal kalau Revan tak akan mencintainya, dia terlalu berharap. Tak tahu apakah pantas sekarang Velic membenci Rainbow?
***
Update gaes... Setelah lama gak up:( soalnya lagi sibuk wkwkw
Makasih yang masih bertahan bacanya awoakwok. Typo? Benerin yak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (HIATUS)
Teen Fiction[FOLLOW DULU] Judul awal: Raivan Judul baru: Move on Rainbow cewek dengan bacodan unfaedahnya, dan selalu semena-mena, entah apa yang merasukinya hingga ia benar-benar jatuh akan pesona cowok itu. Revan Cowok cuek, dingin. Mempunyai masa lalu kelam...