"Thanks Van, lo udah selametin gue." ucap Rainbow tulus.
"Udah kewajiban gue sebagai cowok, melindungi cewek." balas Revan diakhiri senyum, yang membuat hati Rainbow berdebar.
Kini keduanya berada di mobil Revan, setelah kejadian tadi Revan menawarkan untuk mengantar Rainbow pulang. Dan Revan akan kembali ke tempat perkemahan diadakan, pasalnya kegiatan itu blum selesai.
"Idih najis! Senyum-senyum mulu dari tadi." ketus Rainbow yang melihat Revan senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Dan itu membuat Rainbow kembali merasakan debaran aneh.
"Gapapa, ini buat lo doang kok senyuman gue." gombal Revan.
"Najis lo buluq!"
"Gans gini, dibilang buluq,"
"Serah lo. Asal seneng aja!"
Setelah itu hening, tak ada satupun yang berniat membuka percakapan.
"Eh, btw nama lo bagus Rainbow, pelangi." Revan mencoba membuka percakapan.
"Iya, Mama gue yang namain, katanya Rainbow itu indah, dan Mama gue berharap gue jadi hadiah yang indah bagi mereka." terang Rainbow.
"Oh gitu, teryata ada asal-usulnya ya nama lo."
"Ga itu aja, Mama gue termasuk orang yang suka pelangi. Karena dia punya pemikiran 'setelah menemui kesedihan pasti akan menemui kebahagiaan'dan layaknya hujan setelah dia turun, ia akan membawa warna pelangi yang indah." jelas Rainbow semangat, karena ia mengigat alasan Mamanya menamainya Rainbow.
"Nama yang indah," gumam Revan.
"Thanks, pujian diterima." kekeh Rainbow.
"Siapa yang muji lo?"
"La tadi?"
"Salah denger lo." elak Revan.
Rainbow langsung mengerucutkan bibir kesal.
"Sampe."
"Makasih."
"Makasihnya ko gak ikhlas?"
"Serah!"
Rainbow segera turun dari mobil dan membanting pintu mobil keras, ia sangat kesal pada Revan.
"Rainbow, jangan lupa mimpiin gue ya!" seru Revan agar terdengar oleh Rainbow.
Rainbow yang mendengar itu mempercepat langkah, tak bisa dipungkiri, pipinya merona malu.
***
Revan sudah memutuskan, untuk mendekati Rainbow, tapi ia masih bimbang. Kalo Rainbow tau, bahwa mantan Revan mirip dengannya, mungkin Rainbow berpikir, ia adalah pelampiasan. Dan satu Velic, cewek itu suka padanya, tapi kalau dia tetep mendekati Rainbow, apakah cewek itu akan marah atau malah... "Ah... Pusing gue! Gini amat mikirin cewek."
"Revan! Makan nak." teriak ibunya dari lantai bawah.
Sebenarnya Revan malas untuk makan malam dengan keluarganya, bukan... bukan keluarganya tetapi cuman ayahnya. Ia tau, akan mendapat omelan dan bentakan, yang membuatnya tak nafsu makan. Ayahnya itu ingin mendapatkan kesempurnaan dari anaknya. Makanya ia terus memaksa Revan, untuk bekerja keras mendapatkan nilai sempurna. Revan memang anak satu-satunya, makanya ayahnya membebani Revan dengan apa yang dia obsesikan. Ia ingin anaknya menjadi dokter spesialis, dengan nilai yang baik. Padahal menurut Revan, nilai itu tidak penting, karena baginya siapa yang sungguh-sungguh yang akan sukses. Ah... Ia malah melamun, padahal kedua orang tuanya sedang menunggu dibawah.
Segera ia bergabung dengan kedua orang tuanya. Tak ada percakapan hingga makan malam usai. "Gimana? Kamu udah setuju, dengan universitas yang dipilih papa? Kamu udah pikirin mateng-mateng kan?" tanya ayahnya membuka percakapan.
"Terserah." balas Revan yang berhasil memancing amarah ayahnya memuncak.
"KAMU! GA SOPAN SAMA PAPA! UDAH BERAPA KALI PAPA BILANG? KAMU HARUS PIKIRIN MATENG-MATENG! PAPA YAKIN KAMU PASTI PUNYA CEWEK KAN? KAMU TAKUT? PISAH SAMA DIA? KALO PAPA TAU KAMU PUNYA CEWEK, LIHAT APA YANG AKAN TERJADI SAMA CEWEKMU!" bentaknya.
"Meskipun aku gak mau di universitas yang dipilih Papa, Papa tetep maksa kan? Papa gak peduli apa yang aku ingin! Makanya aku bilang terserah! Dan lagi, itu sama sekali gak ada sangkut pautnya dengan pacar aku Pa, tapi yang harus Papa tau, aku gak punya pacar! Tapi kalau pun punya itu pun ga ngaruh!" balas Revan dan langsung meninggalkan meja makan.
"DENGERIN PAPA DULU REVAN! JANGAN PERGI GITU AJA! GAK SOPAN!" bentak Wijaya yang melihat anaknya berlalu tanpa mengubris ucapannya.
"Udah Mas, dia mungkin butuh waktu." tenang Vio.
"Sudahlah, dia memang susah diatur!" balas Wijaya, dan berlalu meninggalkan istrinya untuk meredakan emosinya.
Vio hanya menghela nafas lelah, sebenarnya ia tak tega melihat Revan ditekan seperti itu. Seharusnya itu terserah Revan, tapi Wijaya selalu tak membiarkan Revan memilih, dan selalu memaksanya sesuai keinginannya.
***
Up nih! Pada nunggu ga ya? Wkwk
Wijaya egois ga si:v
Ya udah tunggu kelanjutannya ya!Tinggalkan jejak, biar aku tau kalo kalian pernah mampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (HIATUS)
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU] Judul awal: Raivan Judul baru: Move on Rainbow cewek dengan bacodan unfaedahnya, dan selalu semena-mena, entah apa yang merasukinya hingga ia benar-benar jatuh akan pesona cowok itu. Revan Cowok cuek, dingin. Mempunyai masa lalu kelam...