Langit pagi yang tertutup oleh awan gelap sedang mengeluarkan tangisnya, menimbulkan hawa dingin diantara keluarga yang saling bercengkrama dengan hangatnya.
"Mahh.. Karena Ana lagi libur, nanti kita pergi piknik yuuuuukk" Rengek seorang gadis kecil yang beranjak remaja itu.
"Iya sayangnya Mama. semoga hujannya berhenti ya, supaya kita bisa pergi bersama" Ucap sang mama menuruti kemauan putri semata wayangnya.
"Oh jadi cuma Mama nih yang diajak, Daddy dibiarin sendiri dirumah gitu?. Haahh Daddy sakit hati, kenapa putri Daddy satu-satunya melupakan Daddy"
Ucap sang ayah mendramatisir dengan memonyong-monyongkan bibirnya laksana ingin ditampol.
"Iihhh Daddy apa sih. Kan Daddy pasti ikuuttt, kalo Daddy nggak ikut, nanti siapa yang nyupirin kita ya Maa? Terus-terus nanti siapa yang bawain barang-barang kita ya kan Ma??"
Ucap polos Ana sambil menoleh ke Mama nya, dan disambut gelak tawa oleh Mama Dan Daddy nya.
Karena merasa gemas dengan putrinya itu, Anggara mengangkat sang putri ke udara lalu dihempaskannya ke sofa, tentu saja dengan hati-hati.
Lalu ia mengelitiki sang putri hingga membuat tawa mereka semua pecah. Pratiwi yang melihat kelakuan suami dan putrinya itu hanya bisa menggelengkan kepala sembari tertawa.
Nyatanya, cuaca tak mendukung niat mereka untuk menghabiskan waktu bersama diluar ruangan. Sehingga mereka hanya bisa menikmati acara tv tentu saja acara tv Ana! sembari memakan makanan yang telah dibuat oleh Mama.
Acapkali Anggara dan Ana akan berebut jika sisa dari makanan itu bernilai ganjil. Hal yang tentu saja membuat kepala Pratiwi pening, tapi membuat hatinya hangat melihat tingkah mereka.
Pasalnya ketika bertengkar untuk merebutkan makanan keduanya akan melakukan segala cara. Tapi ketika salah satunya menang, ia akan memberikan makanan itu ke satu yang lain. Aneh!?
Hari pun telah beranjak malam. Setelah melakukan ritual makan malam dan ritual menonton tv, mereka kembali keperadabannya masing-masing untuk beristirahat, menyiapkan tenaga untuk esok hari.
***
Ana telah siap untuk berangkat kesekolah setelah menyelesaikan sarapannya bersama kedua orang tuanya.
Hari ini ia memang berencana datang lebih awal karena jadwal piket yang harus ia lakukan.
Diperjalanan menuju sekolah Ana, yaitu SMP Bina Bangsa. Ana dan Anggara banyak berbincang dan bercanda, saling melempar lelucon dan ledekan satu sama lain.
Ana adalah anak yang sangat ceria dan selalu mengungkapkan apa saja yang ada dipikirannya. Hingga tak terasa waktu telah berputar cepat dan mereka telah tiba didepan sekolah Ana.
SMP Bina Bangsa adalah sekolah menengah pertama yang sangat terkenal akan torehan prestasi murid-muridnya. Dan di kelas ini, kelas 7B.
Kelas yang notabene-nya tempat murid-murid berprestasi berkumpul. Yaa! Ana termasuk siswi yang berprestasi sehingga ia bisa lolos tes penempatan kelas dan duduk di kelas B.
Satu-persatu siswa datang kekelas dan saling menyapa.
Memang, karena kegiatan piket sebelum jam pelajaran berlangsung selalu diawasi oleh guru. Sehingga membuat siswanya mau tidak mau akan mencari muka didepan guru mereka.
Namun, ketika suatu saat sang guru tidak mengawas, seperti hari ini.
Yang terjadi adalah saling mengejek dan saling mengganggu, hal itu dilakukan untuk saling menjatuhkan mental, sehingga siswa yang tidak kuat mental akan merasa down dan tersingkir dari kelas unggulan ini. Sungguh pemikiran yang licik oleh anak yang baru saja akan menginjak usia remaja.
Ketika proses pembelajaran berlangsung, mereka akan saling menjatuhkan namun lebih dengan cara halus yang tidak disadari oleh sang guru.
Sudah banyak siswa yang memilih untuk pindah kelas ataupun pindah sekolah karena takut akan menjadi korban pembullyan secara verbal dikelas ini.
Namun, pembullyan secara verbal itu telah mengganggu sisi lain dari Ana. Ia tidak suka melihat teman-temannya saling mengejek, saling menghina dan terkadang saling adu pukul karena hal-hal sepele.
Bahkan mereka telah membuat kelompok-kelompok tertentu didalam kelas.
Ada kelompok yang berisi anak-anak kaya raya, ada yang berisi anak-anak selebgram dan youtuber, berisi anak-anak konglomerat, anak-anak cantik dan tampan. Sisanya?
Sisanya yang akan menjadi korban bullyan itu. Namun, tidak bagi Ana. Ana tidak pernah tergabung dalam semua geng itu, dan juga belum pernah menjadi korban bully.
Suatu ketika ada murid baru yang penampilannya sangat cupu. Ia memakai kacamata dengan rambut yang dikepang lalu rok kepanjangan.
Tentu saja hal itu membuatnya jadi sasaran empuk utuk dibully.
Dan benar saja, hari pertama siswi itu bersekolah sudah banyak yang menghujatnya, banyak yang mengerjai-nya. Kejadian demi kejadian telah berlalu tetapi pembullyan tetap dirasakan oleh Irma sang siswi culun hingga 2 bulan lamanya semenjak Irma bersekolah disini.
Hal itu membuat Ana iba, dan membantu Irma. Setelah itu hidup Irma sedikit tenang tanpa ada gangguan dari teman-temannya. merekapun menjadi dekat dan bersahabat.
Irma adalah orang pertama dan satu-satunya teman yang dimiliki oleh Ana.Persahabatan mereka telah berlangsung 1 tahun, mereka selalu menghabiskan waktu bersama, kemana-manapun mereka akan berdua. Dibulan ini mereka berdua akan menginjak kelas 9, mereka berharap dalam tes penempatan kelas nanti mereka tetap berada disatu kelas yang sama.
Ketika Ana mencari keberadaan Irma dari kantin hingga kekelas, saat melewati toilet, dia mendengar isakan tangis mirip suara irma dan teriakan-teriakan perempuan yang membentak-bentak.
"Pintu terkunci!? Sial!! Tunggu, apa yang harus aku lakukan? Oke!" Tanpa basa-basi Ana menendang pintu toilet itu setelah tarikan dan hembusan nafas panjang dan berhasil membukanya. Dilihatnya Irma dengan kondisi kacau, rambut ada dimana-mana, seragam sobek karena digunting dibeberapa bagian dan ada luka lebam dibeberapa tubuhnya. Irma dikelilingi oleh 4 orang perempuan yang berwajah bengis tanpa dosa setelah melakukan hal itu kepada irma.
"Hehh! Lo ngapain sahabat gueee!!!??" Bentak Ana untuk pertama kalinya setelah 2 tahun bersekolah di SMP Bina Bangsa.
"Wahh, anak singa udah berani bangun nih, sini kalo berani maju lo!!" Teriak pemimpin geng itu kepada Ana sembari menunjukkan smirk Devilnya, dan mendorong keras bahu Ana hingga Ana terhempas kebelakang.
Ana yang pertama kali dalam posisi ini merasa kebingungan, ia tak tahu harus berbuat apa. Yang ada dipikirannya hanya menolong sahabatnya. Dengan berani Ana maju mengikis jarak antara dia dan ketua geng bernama Siska itu.
Saat jarak mereka mulai menipis, dengan gerakan refleks Ana memukul pundak Siska dan entah bagaimana Ana juga memegang sebuah gunting, menyebabkan gunting itu menancap pada bahu Siska, semua orang yang ada ditoilet itu kaget dan langsung lari kecuali Irma, Ana dan Siska tentu saja. karena gunting yang dipegang Ana masih setia menancap dengan sangar disana.
Ana yang syok pun tak bisa menggerakkan tubuhnya, sementara siska sudah luruh kelantai sambil memegangi pundaknya dan meraung-raung kesakitan.
***
"Ini adalah kali pertama terjadi pembullyan disekolah ini. Dan ini juga kali pertama kamu!" Tunjuk kepala sekolah kepada Ana
"Kamu Ana, bermasalah dengan siswa lain. Saya tidak habis pikir bagaimana kamu bisa melakukan semua ini. Bagaimana bisa kamu membully dua teman kamu sendiri!" Tanya Bu Rahma selaku kepala sekolah dengan perasaan kecewa karena salah satu murid kebanggaannya telah melakukan hal seperti ini.
"Jawabb Anaa!" Bentak Bu Rahma lalu tiba-tiba terdengar dering telepon sekolah dimejanya
"Halo? Kepala sekolah SMP Bina Bangsa, ada yang bisa saya bantu? Iya? Hah! Bagaimana bisa.... Baik baik saya akan segera membawanya kerumah sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lusyana
Fiksi RemajaJahat adalah gue. Itu kata mereka, mereka yang nggak tau gue, mereka yang nggak pernah kenal gue. Gue, Lusyana Elfira nggak mau bersusah-susah hanya untuk merubah reputasi itu. So, Gue jadikan julukan itu sebagai tameng didunia yang penuh ke-bullshi...