Happiness (S1:05)

491 73 0
                                    

"Masalahnya gue bakal pindah dari sini dan itu artinya kita bakal pisah dan gue gak tau sampai kapannya"

"Wait the minute.. what? Lo harus pindah?" Ujar Jeongyeon melebarkan matanya lantaran tak percaya dengan apa yg dikatakan oleh sahabatnya itu.

"Iya..makanya aku gak berani cerita ke kalian" ujar Jihyo dengan nada sedihnya.

"Kapan?? Harusnya Lo kasih tau kita lebih awal,jadi kami bisa ngerelain kepergian Lo. tapi Lo malah ngejauh" ujar Nayeon dengan nada sedihnya.

"Maafin gue,gue gak maksud gitu. Gue cuma.. gak mau kalian jadi susah ngelupain gue,jadi gue ngejauh biar kalian benci sama gue dan dengan mudah kalian bisa ngelupain gue"

"Tapi ga gini caranya,Hyo" ujar Nayeon mulai terisak tangis.

"Iya,Hyo" ujar Jeongyeon setuju dengan Nayeon.

"Maafin gue. Gue gak bisa ngelakuin apapun"

"Sekarang Lo kasih tau gue, berapa lama Lo bakal ninggalin kita? Dan kapan? Kami gak sanggup kehilangan Lo,Hyo" ujar Nayeon kini ia benar benar tak dapat menahan air matanya. Ia mengusap kasar pipinya yang mulai dijatuhi air mata.

"Gue bakal pindah Minggu depan,dan baliknya.. gue gak yakin" ujar Jihyo menunduk.

"Seminggu lagi? Itu terlalu singkat!" Ujar Jeongyeon.

"Gue tau itu.. tapi gue bisa apa? Gue gak mau jadi anak durhaka" ujar Jihyo dengan nada terisak. Nayeon memeluk Jihyo. Jihyo membalas pelukannya kini mereka berdua menangis. Jeongyeon hanya bisa mengusap-usap bahu kedua sahabatnya yang tengah berpelukan itu.

"Udah.. Dari pada nangis gitu, bukannya lebih bagus kalo kita buat kenangan baru sebelum Jihyo pergi. Tinggal 1 Minggu,lho. Kita masih bisa Bersenang-senabg bersama" ujar Jeongyeon disela pelukan Nayeon dan Jihyo yang kini telah melepaskan tautan mereka.Kini mereka sudah lega karena telah melepas tangis mereka yang sedari tadi tertahan.

Nayeon POV

Pagi ini, aku menuju ke kampus lebih cepat dari biasanya. Suasana kampus yang masih sangat sepi ku manfaatkan untuk membaca buku Fisika di taman kampus. Suasana sangat tenang dan sepi hingga akhirnya suara langkah kaki seseorang menghampiriku.

"Oh gigi kelinci, gue pikir siapa"

Suara yang begitu familiar itu mengalihkan pandanganku menuju kearahnya. Tampaklah sosok gadis tomboy yang tak lain adalah Jeongyeon yang kini berdiri di samping kursi taman yang sedang ku duduki.

"Apaan sih, masih pagi dah ngajak ribut aja" ujarku kesal dengan ejekannya Jeongyeon yang memanggilku dengan sebutan gigi kelinci.

"Iya iya, maaf" ujarnya yang kini duduk disebelahku.

"Baca apaan? " tanyanya heran.

"Tumben lo rajin" tambahnya dengan nada yang mengejek.

"Hih dasar. Emang gue rajin, kok! " ujarku kesal sedangkan ia malah tertawa mengejekku.

"Ini buku fisika, kenapa? " tanyaku sinis.

"Oh fisika" ujarnya mengerti.

"Btw lo bisa gak ajarin gue? Gue gak ngerti fisika" ujarnya. Pandanganku menuju kearahnya.

"Hmm? Ngajarin lo? Emang lo gak bisa yang bagian mana? " tanyaku yang kini duduk semakin mendekat. Ia mengambil buku yang ada ditanganku lalu menunjukkan materi yang tak ia pahami.

"Gue gak ngerti bab 5, lo bisa ajarin gue gak? "

"Oh ini, bisa. Ke kelas gue aja sekarang, gue butuh buku sama pena"

"Oke" ujarnya singkat lalu kami menuju ke kelasku untuk belajar Fisika bersama. Ia mendengarkan setiap hal yang aku jelaskan dengan seksama.

"Ngerti belum sampai sini? Ada yang mau lo tanyain sebelum kita bahas rumus selanjutnya? " tanya ku disela penjelasan.

"Nggak ada. Gue paham yang ini" ujarnya mantap. Aku pun menjelaskan rumus selanjutnya. Karena dia duduk bersebelahan denganku, dan posisinya yang condong terhadapku, membuat posisi kami begitu dekat hingga aku menjadi berdebar.

'Duh dekat banget' ujarku dalam hati.

Beberapa waktu berlaku, sudah lumayan banyak siswa yang berdatangan memasuki kelas. Kini, materi yang sedari tadi kujelaskan pada Jeongyeon sudah selesai.

"Oke. Udah ngerti? " tanyaku. Ia mengangguk.

"Iya. Ternyata mudah. Makasih ya, berkat lo gue jadi bisa"

"Ya sebenarnya emang lo bisa. Cuma dasar lo nya aja yang males belajar" ujarku sambil membereskan buku buku yang kami gunakan saat belajar tadi.

"Hehehe. Iya iya maaf. Gue bakal belajar lebih giat lagi" ujarnya cekikikan.

"Jangan di mulut doang, lakuin beneran" ujarku yang sudah selesai membereskan buku-bukuku.

"Iya iya. Nih" sebuah coklat mendarat diatas mejaku.

"Hah? "

"Buat lo,. Anggep aja imbalan. Maaf ya kecil, gue lagi kere" ujarnya. Aku tertawa kecil melihat sikapnya.

"Ya udah, makasih ya Jeong"

"Oke" jawabnya lalu meninggalkan kelasku. Aku tersenyum menatap coklat pemberiannya. Entah mengapa, tapi aku sangat senang mendapat coklat darinya. Aku segera memasukkan coklat itu kedalam tas ku. Tak lama kemudian, bel kelas berbunyi dan akhirnya kami memulai kelas seperti biasanya.

ToBeContinue~
Maafin author telat update, author lagi sakit T_T. Untuk mengganti ketelatan update, besok author bakal update 1 episode lagi. Maaf ya, diusahakan gak akan terjadi lagi >_< Love you all guys! Jangan lupa vote yaa biar author makin semangat. Byee!

Bonus dah:

Bonus dah:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Till I 'Met You [ S1 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang