Emperor Cruise sudah merapat di pelabuhan Bali. Para wisatawan dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing dipandu oleh seorang tour guide, pekerjaan yang biasanya menjadi kesibukan Sandra sehari-hari. Namun sekarang hanya tinggal kenangan, akibat skandal itu Sandra sudah tidak dipercaya lagi untuk menemani turis asing yang berkunjung.
Bosan sekali rasanya, penjelasan tour guide itu tentu saja tidak ada artinya lagi bagi Sandra. Dia sudah sangat hafal dengan setiap detail tempat wisata bahkan sampai sejarah-sejarah, dan semua budaya yang ada pun sudah diketahuinya.
Sandra hanya sendirian saja bersama para wisatawan yang lain. Alex pergi setelah orang suruhannya menjemput. Pria itu bilang ada urusan mendesak di Guardian Hotel sehingga tidak bisa ikut berwisata.
Meski begitu, Sandra juga tak ingin berlama-lama terjebak di tempat ini. Dia ingin memanfaatkan waktu untuk pergi ke rumah sakit dan menjenguk ayahnya, apalagi jadwal kepulangan Emperor Cruise ke Singapura baru besok pagi.
-oOo-
“Kau ada di mana sekarang?” Alex bicara melalui sambungan telepon.
“Kenapa memangnya? Kukira kau sedang sibuk dengan urusanmu sendiri sampai lupa waktu.” Sandra menyahut sinis. “Sampai kapan aku harus menunggumu? Ini sudah malam. Aku di lobi Guardian Hotel sekarang. Wisatawan lain sedang bersiap untuk makan malam di lantai lima.”
“Kau tidak ikut bersama mereka? Aku masih di kantor, di lantai sepuluh. Sebentar lagi aku akan menyusulmu.”
“Tidak perlu. Aku mau pergi ke rumah sakit sendiri saja. Aku sudah lelah menunggumu.”
“Tunggu sebentar, okay? Aku turun sekarang.”
Sandra menggerutu sebal karena Alex memutus sambungan telepon begitu saja. Tak sampai lima menit, pria itu benar-benar datang menemuinya.
“Maaf, tadi ada masalah yang harus kuselesaikan,” kata Alex dengan nada menyesal.
“Terserah. Tahu begini, aku tidak usah ikut,” gumam Sandra masih dengan muka cemberut.
“Kalau begitu kita pergi sekarang. Aku sudah meminta sopir menunggu di luar.”
-oOo-
Setelah perjalanan kurang lebih dua puluh menit, mereka sampai di sebuah rumah sakit swasta tempat ayah Sandra dirawat. Ayahnya sudah dipindahkan ke ruang VIP semenjak pernikahan kontrak terjalin. Sandra pun sudah mendapatkan konfirmasi jika ayahnya telah sadarkan diri beberapa hari lalu.
“Siapa lelaki ini, Sandra? Apa dia temanmu?” Pandangan Pak Ibrahim langsung tertuju pada Alex setelah sempat mengobrol basa-basi dengan putrinya. “Oh, Ayah tahu, dia pasti klienmu, ya?”
Sandra terdiam beberapa lama, bingung harus menjawab apa. Dia sudah menduga pertanyaan itu akan terlontar, terlebih lagi ayahnya tidak tahu kalau dirinya sudah kehilangan semua pekerjaan dan telah menikah dengan Alex.
“Hello, Sir. Nice to meet you.” Alex memberi salam dengan senyuman ramah sementara Sandra menatapnya tak percaya. Pria itu bisa bersikap hangat juga rupanya. “I’m Alex.”
“Jawab, Sandra.” Pak Ibrahim kembali menuntut jawaban.
“Di-dia ... suamiku, Ayah.” Pada akhirnya Sandra menjawab jujur.
“Apa katamu?”
Melihat sorot tajam ayahnya, seketika itu pula Sandra menunduk dalam dengan rasa bersalah yang menyelubungi hati.
“Jadi kau benar-benar sudah menikah? Tanpa restu dariku?”
Sandra mulai sesenggukan. Dia sedih luar biasa.
“Sandra!”
Bentakan itu membuat Sandra takut. “Maafkan aku,” ucapnya terisak-isak sambil membungkam mulutnya sendiri.
“Kau menikah dengan pria asing ini! Jelas-jelas kau tahu budayanya berbeda dengan kita! Dia bahkan sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia!” Amarah Pak Ibrahim sempurna meluap-luap.
“Tapi, Ayah ... kita juga bukan asli Bali, kan? Kita hanya pendatang baru karena aku bekerja sebagai tour guide di sini. Lalu apa bedanya dengan dia?”
“Kau mau mencoba membelanya, hah?”
“Aku benar-benar minta maaf, Ayah.” Sandra masih sesenggukan. Dia sama sekali tidak menyangka ayahnya akan semarah ini.
“Apa kau mencintainya? Apa karena dia pria kaya? Sejak sadarkan diri, ayah sudah curiga kenapa bisa berada di ruangan ini, ternyata ....”
“Tidak. Ayah salah paham. Aku ... Memang mencinta—“
“I very apologize, Sir. In the last time i wanted to marry your daughter immediately.”
Sandra mengangkat pandangan, menatap pria di sampingnya. Kenapa Alex bicara begitu seolah dia mengerti pembicaraan antara dirinya dan juga ayahnya?
“Yes, i know. I should’ve waited for you.”
Pak Ibrahim tak peduli apa pun yang Alex katakan, sekadar balas menatap pun seolah enggan dilakukannya. Perhatian Pak Ibrahim hanya tertuju pada putrinya semata. “Ayah benar-benar tidak menyangka kau tega melakukan ini!”
“Ayah, dengarkan dulu penjelasanku,” kata Sandra.
“Kau—“ Perkataan pria tua itu terhenti, mendadak dia sesak napas.
“Ayah ... Ayah!” Sandra panik, dia lebih mendekat ke sisi ranjang. “Ayah kenapa?”
Alex bergerak sigap dan langsung menekan tombol emergency. Beberapa menit kemudian dokter dan dua orang perawat masuk.
“Tolong kalian keluarlah dulu, dokter akan memeriksa pasien lebih lanjut,” kata salah seorang perawat.
“Tapi, Pak ....” Sandra ingin menyangkal dan memastikan tidak terjadi sesuatu pada ayahnya.
“Let’s get out. Your father will be fine. Trust the doctor, okay?”
Tanpa diduga, Alex mengelusi pelan kedua bahu Sandra memberi isyarat yang menenangkan. Wanita itu pun akhirnya mau menurut saat Alex membimbingnya keluar ruangan.
“Meski tidak banyak, aku tahu isi pembicaraan kalian.” Alex kembali angkat bicara setelah suasana hening sempat menguasai mereka beberapa lama.
Cepat-cepat Sandra menghapus air matanya lalu balas menatap pria itu. “A-apa maksudmu?” Tidak bisa dimungkiri dia terkejut mendengar pernyataan Alex.
“Ibuku orang Melayu.”
“Jadi kau mengetahui semuanya? Itulah sebabnya kau bicara begitu pada ayahku?”
“Tidak.” Alex menggeleng pelan. “Ibuku tidak terlalu sering menggunakan bahasa itu, jadi aku hanya bisa mengerti apa yang orang lain katakan dan tak mampu mengucapkannya.”
“Oh ya, di mana ibumu? Aku tidak pernah melihatnya.”
Bukannya menjawab, Alex justru memalingkan wajah. “Ibuku sudah meninggal saat usiaku lima belas tahun.”
“Hm, maafkan aku.” Tiba-tiba Sandra menyesal menanyakan tentang itu. “Ya sudah, baguslah kalau sudah tahu.”
“Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kau, ayahmu dan diriku sampai terjadi pernikahan kontrak ini. Apakah benar-benar hanya karena uang atau ....”
Sandra langsung melayangkan tatapan tajam. “Jangan berpura-pura bodoh seolah kau tidak mengetahui apa pun!”
Alex tetap tersenyum manis. “Sebenarnya aku ingin memberitahu sesuatu. Setidaknya supaya kau bisa memahami keadaanku, tapi sepertinya tidak sekarang.”
Sandra memilih tak berkomentar.
“Sebaiknya kita kembali ke kapal.”
“Kita akan ikut ke Singapura lagiYa?”
“Ya. Paspor dan kartu identitas kita masih ditahan di port.”
“Bisakah aku tetap di sini? Aku ingin menemani ayahku.” Mendadak wajah Sandra berubah sedih.
“Sebaiknya selesaikan dulu urusan di Singapura. Aku akan mengantarmu ke sini kapan pun kau mau.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kontrak Dua Miliar (TERBIT)
RomanceREADY STOCK @85.000 Bisa langsung WA ; 085877790464 Cover : @reghina "Tugasmu sangat mudah, cukup lahirkan pewarisku dengan selamat. Aku akan membayarmu, bukan hanya dengan mahar tetapi juga kontrak dua miliar." --Dominic A. Jhonson-- Akibat skandal...