17. Hati Yang Terluka

6.5K 189 17
                                    

Pelan-pelan, Sandra berhasil membuka mata. Sekujur tubuh terasa sakit sehingga sulit untuk digerakkan. Meski begitu pendengarannya masih sangat jelas menangkap bunyian teratur dari monitor di sebelahnya. Ternyata dirinya belum mati, Sandra ingat betul detik-detik mengerikan saat jatuh dari tangga.

"Sudah bangun?"

Sandra terkesiap mendengar suara berat itu. Dia berkedip beberapa kali demi memperjelas pandangan lalu memaksakan kepalanya untuk menoleh. Pria ini ... dia harus memanggil Alex atau Dominic?

"Alex?" Perkataan Sandra lemah. Tatapan kelam itu pada akhirnya membuat Sandra yakin. Pria itu sedang duduk pada sofa tunggal yang ditarik lebih dekat ke sisi ranjang yang ditempatinya.

"Kau tahu? Atau hanya asal memanggil saja?" Sebelah alis Alex terangkat.

"Sebenarnya aku tidak ingin percaya, tapi ... benarkah kau punya DID?"

Alex tidak menyahut. Tatapannya berubah waspada dan penuh selidik.

"Dominic yang memberitahu. Dia mengatakan dirinya yang asli dan kau hanya identitas alternatif."

"Aku yang asli." Suara Alex terdengar datar.

"Aku tidak ingin peduli, selama itu masih dirimu bagiku tidak masalah."

Tiba-tiba saja Sandra merasa bodoh. Seharusnya dia mengetahui setiap perubahannya, tetapi entah Dominic ataupun Alex, mereka memiliki pesonanya masing-masing.

"Kau benar-benar gegabah. Kenapa harus tangga itu? Kau bisa lewat lift." Alex mengalihkan pembicaraan lalu bangkit dari duduknya.

"Tolong jangan pergi." Sandra langsung meraih tangan pria itu erat sebelum sempat berbalik pergi. "Aku tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Aku tidak ingin sendirian," rintihnya lagi sambil memaksakan diri untuk bangun meski sangat kepayahan.

"Mau apa?" Alex justru diam di tempat membiarkan usaha Sandra sia-sia.

"Aku ingin pulang. Ayahku sedang kritis di rumah sakit. Aw!" Sandra menyerah dengan rasa sakit di perutnya dan kembali berbaring.

"Butuh waktu yang cukup lama untuk ke Indonesia."

"Tapi hari itu kau bilang akan mengantarku kapan saja."

"Saat itu aku sedang tidak berpikir jernih."

"Tidak bisa begitu, kau sudah janji."

"Lihat keadaanmu sekarang, sangat menyedihkan. Aku tidak akan mengantarmu ke mana pun."

Kedua mata langsung memanas dan seketika menampung air. Sandra tidak bisa menutupi kesedihannya, rasa khawatir yang menggerogoti batin, juga berbagai kemungkinan buruk yang berputar-putar di kepala tentang keadaan ayahnya.

"Apa yang kau tangisi?"

Sandra mulai sesenggukan.

"Kau takut tidak bisa membayar ganti rugi kontrak pernikahan, takut karena ayahmu yang sedang kritis, atau kau memang merasa berdosa karena sudah berhasil melenyapkan pewaris Alexurious?" Wajah Alex tetap dingin seakan tidak memiliki simpati.

"Maafkan aku." Sandra tidak menyangka Alex bisa memberikan sindiran pedas begitu.

"Jawab."

"Ya, benar. Aku takut tidak bisa membayar ganti rugi karena aku tidak punya uang sementara kau melarangku untuk bekerja. Aku juga takut keadaan ayahku semakin buruk karena sebelumnya seorang perawat menelepon dan memberitahu ayahku koma sehingga harus dipindahkan ke ruang ICCU. Aku pun merasa teramat berdosa, akibat kecerobohanku anak itu pergi begitu cepat."

Pernikahan Kontrak Dua Miliar (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang