11. Ada Apa Denganmu?

5.6K 245 15
                                    

Sandra sudah bosan berbaring dan makan bubur seharian ini. Sakit di negeri orang benar-benar tidak mengenakkan untuknya, apalagi bubur di sini rasanya jauh berbeda dari bubur beras yang biasa dia makan di tanah kelahirannya. Meski begitu demamnya sudah mulai turun. Wanita itu kemudian memutuskan beranjak dari ranjang dan berdiri di sisi jendela, menyingkap gorden tebal itu hingga tampak pemandangan di luar sana. Sore ini sudah tidak turun salju lagi.

Perhatian Sandra teralihkan dari langit yang mendung ke pemandangan serba putih di bawah sana. Kamarnya yang berada di lantai dua membuatnya bisa melihat ke tempat itu, Sandra baru sadar jika jendela ini menghadap sebuah taman yang cukup luas, rupanya ada bangunan-bangunan tinggi lain di belakang mansion. Sandra jadi bertanya-tanya, apakah bangunan itu merupakan tempat tinggal para pelayan dan bodyguard di sini?

“Permisi.”

Sandra terkesiap ketika mendengar suara seorang pria bersamaan dengan pintu yang dibuka dari luar. Dia menoleh, merasa lega. Ternyata Alex, raut wajah pria itu terlihat sedikit menyesal.

“Maaf, seharusnya aku mengetuk pintu dulu.”

Tatapan Sandra berubah curiga. Dia masih saja keheranan dengan perubahan sikap pria itu yang begitu drastis, bahkan masuk ke kamar istrinya pun dia mesti meminta maaf. “Iya, tidak apa-apa. Lagipula kau bebas masuk ke sini kapan saja.”

“Oh, baiklah. Aku lega mendengarnya, tapi aku tidak akan seperti itu. Aku janji lain kali akan mengetuk pintu dulu sebelum masuk.”

Sandra mengembuskan napas jengah, bingung lebih tepatnya. Dia harus bagaimana untuk menanggapi Alex yang sekarang? Pria itu begitu sopan dan penuh senyuman nan memikat hati, Sandra sampai tidak berani lagi untuk membentak-bentak seperti sebelumnya. “Jadi, ada keperluan apa? Ada sesuatu yang harus kulakukan?”

“Tidak. Aku hanya mau mengambil sesuatu.”

“Apa memangnya? Tidak ada barangmu yang tertinggal di sini.”

“Obat yang kau bawa.”

“Obat?” Sandra mencoba mengingat-ingat. “Ah, vitamin yang kau bilang waktu itu?”

“Ya, aku ....” Belum sempat Alex meneruskan, ponselnya telanjur berdering keras. Dia mengambil benda itu dari saku jasnya lalu mengangkat telepon. “Iya, ada apa?”

“Seluruh investor membatalkan kontrak, Tuan. Para direksi mulai meragukan kinerja Anda, mereka ingin mengajukan rapat direksi dan RUPS dilakukan lebih awal dari jadwal yang sudah ditentukan. Perusahaan terancam bangkrut dalam waktu dekat karena kita terlilit banyak utang akibat pembangunan besar-besaran yang sudah telanjur terlaksana. Maaf sebelumnya, tapi saya harus melaporkan jika kemungkinan Anda akan kehilangan jabatan Anda dan akan digantikan oleh PLT sementara.”

Tiba-tiba saja ponsel yang dipegang Alex jatuh ke lantai. Wajah pria itu pun pucat pasi. Sandra memang tidak tahu apa yang baru saja dibicarakan seseorang di seberang sana, akan tetapi pastilah ada permasalahan besar yang baru saja terjadi.

“Alex, kau baik-baik saja?” Sandra berusaha memancing perhatian pria itu.

Sayangnya Alex hanya diam termangu dengan sebelah tangan memegangi kepala. Lama kelamaan rintihan pelannya berubah jadi erangan kesakitan yang teramat sangat hingga tubuhnya jatuh terduduk.

“Alex!” Sandra panik dan langsung berlari menghampiri pria itu. “Ada apa denganmu? Kenapa jadi begini?” Dia ikut bersimpuh di sebelah Alex.

“Sa ... kiitt. Kepalaku saa ... kit,” ucapan Alex terbata-bata.

“Kita ke rumah sakit, ya. Aku akan cari bantuan di luar.” Napas Sandra jadi terengah-engah.

“Tidak.” Kata-kata Alex mencegah langkah Sandra.

Pernikahan Kontrak Dua Miliar (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang