SATU

8.6K 746 39
                                    


*Delapan tahun lalu*

Bau obat-obatan khas rumah sakit memenuhi atmosfer ruang perawatan VVIP di lantai 5.

Seraut wajah pucat muncul dari balik selimut.

"Hai... Shafiyya... Sudah merasa lebih baik?"

Gadis dengan surai ikal mayang yang sedari tadi menunggu di samping tempat tidur, mengusap lembut jemari sahabatnya.

"Maira... Tidak pernah merasa lebih baik ketika aku bangun tidur dan melihat kamu berada disini. Sudah berapa lama aku tidak sadar?"

"Hanya tiga hari, setelah kemoterapi, kamu masuk ruang HCU. Kadar hemoglobin dan trombositmu turun. Tapi sekarang sudah membaik, paska transfusi."

Maira tersenyum. Maira, sahabat sekaligus saudara angkat Shafiyya. Sejak kecil, kedua orangtua Maira bekerja di rumah Opa Laksmana, kakek dari Shafiyya. Mengingat kondisi Shafiyya yang lemah dan terdiagnosa leukemia sejak SMP kelas 1, Opa berinisiatif mengangkat Maira sebagai cucunya sekaligus menjadi teman dekat Shafiyya.

Bersama Maira, Shafiyya banyak tersenyum. Sungguh pilihan yang tepat karena itu membuat Opa bahagia. Mengingat kedua orangtua Shafiyya telah wafat karena kecelakaan mobil di ruas jalan tol, sejak Shafiyya berusia duabelas tahun.

Gadis itu mengalami gangguan psikis berat sampai kemudian Tuhan juga menakdirkan cucu tercinta Opa, terdiagnosa leukemia di usia muda.
Bersama Maira di dekatnya, Shafiyya menjalani hari-hari kemoterapi tanpa kesendirian. Ada Maira yang selalu memberinya semangat, selain Opa.

"Fiy, kamu tahu siapa yang menjadi donor darahmu?"

Shafiyya menggeleng.

"Lelaki pujaan kamu."

"Kak Elano? Sungguh? Bagaimana cara kamu membujuknya?"

Maira tidak ingin berkata yang sejujurnya. Kalau saja bukan Shafiyya yang memintanya mendekati Elano, si kakak kelas paling populer di SMA karena sahabatnya ini benar-benar menyukai pria itu. Maira tidak akan mau bertemu Elano untuk memintanya datang menengok Shafiyya.

Dia tidak suka laki-laki seperti Elano, yang menjual tampang hanya untuk tebar pesona ke gadis-gadis seusianya. Tapi tidak hanya tampan, Elano juga pintar dan kabarnya menjadi kandidat penerima beasiswa untuk kuliah di Amerika.

Seperti beberapa hari lalu, dia berdiri di depan gerbang dengan gelisah hanya untuk menunggu kakak kelas tiga bubar sekolah.

"Kak..."

Elano menatapnya sekilas dan kemudian melenggang pergi.

"Kak, maaf mengganggu. Saya Maira, anak kelas 1-5. Bolehkah saya minta tolong Kakak menemui sahabat saya di rumah sakit? Namanya Shafiyya... Dia sangat menyukai Kakak."

Lelaki itu menghentikan langkah.

"Nama kamu Maira? Nama yang manis. Lalu, imbalan apa yang bisa saya peroleh, kalau ikut dengan kamu?"

Maira terdiam.

"Imbalan? Ooh... Maaf kalau begitu, saya mencari orang lain saja Kak. Permisi..."

Elano memutar bola matanya dan menarik tali ransel sekolah milik Maira.

"Berikan alamat rumahsakitnya sekarang. Setelah itu, kamu janji temani saya pergi belanja ya. Saya mau beli peralatan camping."

Maira berusaha mengenyahkan ingatan tentang Elano. Itu sudah kejadian beberapa hari lalu saat Shafiyya pertama masuk dirawat karena pingsan di sekolah. Dia panik mencari donor darah karena golongan darahnya berbeda dengan sahabatnya.

 SERENADE CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang